Waktu menunjukkan pukul 05.00 tidak seperti biasanya pagi ini Livia bangun tanpa mendapat ketukan pintu dari ibunya.
Setelah selesai mandi dan shalat Livia segera keluar kamar untuk siap-siap berangkat ke kantornya, tidak lupa juga sarapan seperti biasanya dengan roti kupas yang menjadi sarapan favouritenya.
"Ma, buat apa sarapan pagi ini?" Kata Livia yang segera menarik bangku begitu keluar dari kamarnya.
"Nasi goreng."
"Mas, bareng lagi ya ke kantornya?" Tanya Livia yang begitu langsung menyapa Denis.
"Boleh."
Begitu selesai sarapan Livia dan Denis bergegas untuk segera pergi ke kantor.
"Ma, aku sama Mas Denis jalan dulu ya. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Memang walau terkadang Denis dan Livia bertengkar, tapi tak jarang mereka juga bisa menjadi akur. Apalgi Denis yang begitu menyangi adik semata wayangnya.
*****
"Hallo Ren, lo bisa tolong suruh sekretaris lo bawa CV anak baru yang kemarin lo bilang?"
"Oke Za, wait five minutes ya."
"Oke thanks Ren, ah ya jangan lupa anaknya suruh ke ruangan gue juga sekalian."
Begitu mendapat telfon dari Reza dengan segera Reno menyuruh sekretarisnya mengantarkan data CV Livia.
TOK TOK TOK
"Ya Masuk." Suara terdengar dari dalam ruangan.
"Permisi Pak, ini data yang Bapak minta tadi." Kata Rianti sambil menyerahkan selembar map kepada Reza.
"Iya, terima kasih." Jawabnya datar.
Livia yang tau akan segera bertemu dengan boos besar pemilik perusahaan ditempatnya bekerja lantas menjadi sedikit nervous, tunggu bukan karena ia memiliki kesalahan tapi karena ia malu sekaligus kesal ketika mengingat kejadian di lift tempo hari.
TOK TOK TOK
Livia mengetuk pintu pintu hingga 3x sampai akhirnya terdengar suara barito yang terasa cukup asing didengarnya.
"Masuk."
"Permisi Pak." Jawab Livia yang tampak memberikan senyumannya.
"Silahkan duduk."
Livia menarik satu bangku tepat di depan meja Reza dan segera duduk disana.
"Jadi kamu sudah tahu untuk apa saya menyuruh kamu menemui saya disini?" Livia menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Ah ya perkenalkan nama saya Reza Affan Arsalan." Kata Reza sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Livia.
"Livia Rayyana."
"Baiklah saya hanya ingin menyampaikan sambutan untuk karyawan baru, sebelumnya selamat datang dan selamat bergabung bersama perusahaan kami." Kata Reza yang kini sudah kembali terduduk di bangkunya. "Sepertinya sebelumnya kita sudah pernah bertemu ya?" Reza terlihat tampak sedang berfikir mengingat-ingat kapan persisnya ia dan Livia pernah bertemu.
"Iya Pak, waktu di dalam lift." Jawab Livia sambil tersenyum.
"Oh iya-iya saya baru ingat, kamu yang waktu itu terlihat begitu sedikit repot dengan baju yang kamu pakai kan?."
Sungguh jika saja pria dihadapan Livia saat ini bukanlah atasannya sepertinya Livia ingin sekali melakban mulutnya, untuk apa kejadian kemarin di bahas lagi. Livia hanya tersenyum mendengarkan apa yang Reza bicarakan, sungguh memalukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust Love
RomanceCinta pada dasarnya selalu hadir pada setiap insan manusia, namun bagaimana jika akhirnya kepercayaan terhadap cinta hilang? Disaat Livia masih belum siap menjalin sebuah kisah karena masa lalu. Disisi lain Reza seorang laki-laki yang juga pernah ga...