Kenangan Masa Lalu

380 29 0
                                    

Bacanya sambil dengerin mulmed diatas ya....

Happy reading

Waktu berjalan sangat cepat tanpa terasa sudah hampir seminggu Reza menunggu sebuah kepastian jawaban akan keinginannya untuk lebih mengenal dekat Livia. Entahlah apa yang sedang difikirkan wanita itu, tidak mengerti juga atas sesuatu hal yang belum bisa diungkapkannya.

Seminggu berlalu hubungan Livia ataupun Reza sedikit berubah menjadi lebih sedikit canggung ketika di kantor sekalipun.

Mati-matian Livia mencoba menghindari Reza tapi sepertinya sangat sulit mengingat mereka berada di lingkungan tempat kerja yang sama, belum lagi status Reza sebagai pemilik perusahaan membuatnya mau tak mau harus bertemu dengannya setiap hari.

Sesungguhnya jauh di dalam hatinya Livia ingin segera menjawab permintaan Reza, mengatakan yang sesungguhnya tapi sayang rasa akan takut tersakiti jauh lebih besar dari pada keinginannya. Livia sendiri juga tidak enak hati jika harus membuat seseorang menunggu lama menanti jawaban darinya.

"Eh Liv bengong aja..." Suara Karina tiba-tiba membuyarkan lamunan Livia.

"Yap kenapa, Rin?"

"Pak Reza nanya revisian gambar hotel yang di Lombok, kata dia kok lo belum nyerahin revisiannya?"

"Ini udah kelar, gue minta..." Livia berdiam sebelum melanjutkan pembicaraannya.

Kalau minta tolong Karina yang anter nanti dia malah mikir gue ada masalah sama Reza. Batin Livia.

"Minta tolong apa, eh?"

"Nggak jadi Rin, nih gue mau anterin dulu ya gambarnya."

Livia mengetuk pelan pintu ruangan Reza, tanpa perlu menunggu Reza mempersilahkannya masuk Livia melangkahkan kakinya terlebih dahulu.

"Permisi Pak ini saya antarkan revisian untuk proyek hotel di Lombok." Ucapnya seraya menyerahkan beberapa lembar kertas yang kemudian langsung diambil oleh Reza.

"Terima kasih."

Livia hanya menganggukkan kepalanya tanpa berani menatap Reza yang sepertinya sudah sedari tadi menatapnya.

"Saya permisi dulu, Pak." Belum Livia melangkahkan kakinya suara Reza membuatnya mau tak mau membuat Livia mengurungkan niatnya untuk pergi.

"Sudah seminggu tidak terasa saya menunggu jawaban dari kamu." Reza yang semula duduk kini sudah berdiri dari tempatnya dan berjalan perlahan menuju kearah tempat Livia berpijak. "Saya gak tahu hal apa yang belum bisa kamu katakan, ya saya memberikan waktu sebanyak yang kamu butuhkan, tapi jika saya boleh berharap saya menginginkan kamu menjawabnya lebih cepat." Ucapnya to the point tanpa basa-basi.

Suaranya terdengar dingin, ia pun telah mengganti sebutan namanya menjadi saya, meski begitu masih terdengar sebuah ketulusan dan pengharapan disana.

Saat Reza merasa dirinya membutuhkan sebuah kepastian, Livia sendiri masih bingung harus menjawab apa, seolah saat ini fikirannya sulit menyusunkan kalimat menjadi satu.

Livia merasa tubuhnya menjadi dingin, belum lagi deguban jantungnya yang terdengar lebih cepat dari biasanya, saat itu juga lidahnya terasa sulit berkata.

Tok, tok, tok .....

Terdengar suara kenop pintu dibuka, Reza atau pun Livia masih terdiam ditempat masing-masing yang jaraknya tidak kurang dari beberapa cm.

Reno yang datang tanpa mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi saat ini hanya memanggil Livia dan tersenyum sekilas kearahnya.

Ya Tuhan terima kasih engkau tak mengizinkan ia untuk mendengar detakan jantung ini. Ucap Livia dalam hatinya.

Trust LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang