Pagi Kelabu (?)

487 36 0
                                    

Sesampainya dirumah Reza yang terus terfikirkan akan acara pulang bersamanya dengan Livia tadi, bagaimana mungkin baru kali ini Reza mau mengajak karyawannya untuk pulang bersama dengannya, jika terfikirkan mungkin itu bukan alasan yang tepat tapi lebih tepatnya lagi baru kali ini Reza mau berinteraksi lagi dengan mahluk yang bernama wanita.

"Om ezaaa." Teriakan Rara terdengar dari depan pintu menyambut kepulangan Reza sudah seperti biasa keponakannya itu menyambutnya ketika pulang bekerja.

"Hallo sayang."

"Om Ezaaa, Rara baru dibeliin ini sama Oma." Katanya sambil mengangkat boneka barbie yang ada digenggamannya.

"Cantik, sama cantiknya seperti Rara."

"Iya dong Om, nanti Rara minta Bunda beliin pasangannya yang cowok biar ada temennya."

Reza yang melihat keponakannya bercerita boneka barunya hanya tersenyum mendengarkannya sambil sesekali mengusap kepala Rara.

"Om kekamar dulu ya Ra."

Tepat disaat Reza memasuki ingin melakangkah masuk ke kamarnya Mayang menghampiri Reza.

"Ezaa."

"Iya Ma, kenapa?"

"Mama mau bicara sesuatu, tadi Alya dia ngehubungi Mama lagi Za, tapi Mama gak angkat. Gak tega juga sih Mama Za, tapi kalau Mama inget dia nyakitin kamu rasanya Mama kesel sendiri."

Reza menghela nafasnya dengan kasar sambil terus menatap ibunya. "Ma, Reza kan udah bilang kalau Alya telfon lagi Mama gak usah ladenin, daripada Mama kesel sendiri. Setiap Reza pulang Mama ngomonginya itu lagi itu lagi." Reza tampak memijat keningnya sambil berlalu meninggalkan ibunya, kemudian saja langkahnya terhenti. "Ah ya daripada Mama pusing mending Mama ganti aja tuh nomor handphone Mama, biar dia gak bisa ngehubungi Mama lagi."

"Masa Mama harus ganti nomor handphone sih Za?"

"Yah terserah Mama ajalah. Udah ya Reza mau istirahat dulu Ma."

Sungguh Reza tidak mengerti apa yang ada difikiran ibunya, bagaimana mungkin setiap kali Alya kembali menghubungi ibunya selalu saja ibunya melapor kepadanya. Memang sudah tidak ada lagi hubungan antara Reza dan Alya tapi rasa sayang ibunya kepada Alya belum sepenuhnya hilang. Lantas siapa yang harus disalahkan? Ibunya? Alya? Atau dirinya? Mungkin jawaban yang tepat adalah dirinya sendiri, salah masuk kedalam perangkap wanita itu.

****

"Livia." Panggil Yulia yang sudah siap di ruang makan bersama suami dan Denis. "Duh kemana sih Livia, tunggu deh Mama panggilin dulu." Dengan segera Yulia bangkut dari tempat duduknya untuk memanggil Livia yang ada di dalam kamarnya.

TOK TOK

"Liv, makan dulu yuk? Papa sama Masmu udah nunggu diruang makan."

"Iya Ma, sebentar ya tanggung banget ini ceritanya dikit lagi." Jawab Livia yang tetap asik membaca cerita wattpad di layar handphonenya.

"Liv, gak ada nanti-nanti ya. Nanti Papamu marah."

"Tapi Ma...."

Yulia lantas memicingkan matanya sebagai tanda penolakan "Livia ayo cepat ke ruang makan, jangan bawa-bawa handphone mu."

"Iya-iya aku kesana."

Hardi dan Yulia memang menegaskan kepada anak-anaknya untuk menjauhkan handphone ketika sedang makan, dengan alasan jika menggunakan handphone ketika makan akan membuat seseorang tidak menikmati makannya.

"Liv, gimana kerjaan di kantor barunya?" Tanya Hardi menatap anak wanita.

"Baik Pa, cuma lagi sedikit pusing aja. Kerjaan lagi banyak banget. Besok lagi ada meeting sama klien."

Trust LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang