Katakan Apa Yang Harus Dikatakan

404 32 0
                                    

Mayang mengetuk pintu kamar Reza sedari tadi, namun tak ada jawaban dari orang di dalamnya. Sejenak Mayang pergi kemudian kembali lagi mengetuk pintu kamar anak laki satu-satunya itu, masih sama seperti tadi tak ada jawaban.

"Eza, Za..." panggilnya seraya mengetuk pintu kamar Reza berulang-ulang. "Ngapain sih itu anak di dalem?" Ucapnya pada dirinya sendiri.

"Eh Mama, mau kemana Ma, rapi banget." Keira yang baru saja pulang berdiri bersamaan dengan ibunya, di depan pintu kamar Reza.

"Mama mau minta anterin Masmu ke rumah temen Mama."

"Siang-siang begini? Emang Mas Eza udah pulang?"

"Udah Kei."

Keira hanya ber-oh-ria kemudian pergi meninggalkan ibunya yang masih terus-terusan mengetuk pintu kamar kakak laki-lakinya.

"Eza, buka pintunya. Anterin Mama kerumah Tante Yulia." ucap Mayang lagi.

Hingga pada akhirnya Reza membuka pintu kamarnya, menampakkan wajahnya di depan ibunya dengan wajah yang kusup layu bagai tanaman yang tak pernah di sirami air.

"Kenapa Ma?" ucapnya malas.

"Kamu kemana sih? Gak denger apa Mama dari tadi ngetok pintu."

Mayang berbicara panjang lebar meminta penjelasan mengapa baru sekarang Reza membuka pintu kamarnya.

"Aku ketiduran."

"Anter Mama ke rumah Tante Yulia, yuk."

Reza menarik nafasnya perlahan untuk mengisi udara pada rongga dadanya, wajahnya nampak tak bersemangat. Bukan karena ia tak mau mengantar ibunya, tapi mengingat kembali pada Livia yang berusaha menghindarinya habis-habisan saat di kantor, dan sekarang ibunya mengajaknya untuk berkunjung kerumahnya? Meskipun dengan alasan ingin bertemu teman ibunya, tetap saja kemungkinan besar ia akan bertemu dengan Livia, terlebih hari ini Livia tidak masuk kantor karena izin sakit.

Kini Reza berdelik sendiri dengan perasaannya, ada keinginan menemani ibunya untuk pergi ke rumah Livia. Tapi di sisi lain, bagaimana kalau saja dirinya menutut Livia kembali untuk segera memberitahunya akan hal yang belum bisa ia jelaskan.

Saat ini keinginannya mengetahui bagaimana keadaan wanita itu juga cukup besar.

Mayang mencolek pelan bahu anaknya, yang kemudian membuat Reza sadar dari lamunannya.

"Heh kok bengong, Za? Jadi kamu mau gak anterin Mama?"

"Mama mau ngapain emang ke rumah Tante Yulia?"

"Itu tadi Mana telfon Tante Yulia, kan Mama pernah janji mau buat rawon kebetulan hari ini Mama masak rawon, jadi Mama mau anterin ini ke rumah Tante Yulia. Lagian kata Tante Yulia, Livia lagi sakit. Dia tadi gak masuk kantor kan, Za?"

"Iya Ma, yaudah tunggu sebentar aku ganti baju dulu."

****

Reza menghentikan mobilnya persis di depan pekarangan rumah Livia. Mayang yang sudah turun terlebih dahulu segera masuk, Yulia pun yang sudah menyambut dengan suka cita kedatangan temannya segera mempersilahkan Mayang untuk masuk.

Livia yang masih asik sendiri di ruang televisi seraya menengok sekilas ke arah ruang tamu, namun kemudian tatapannya berhenti pada sosok pria yang datang bersama Mayang, Reza ya memang tak heran jika Mayang datang bersama Reza.

Kedua pasang mata itu bertemu tepat sekali saat Livia mengalihkan pandangannya ke arah ruang tamu, dengan cepatnya pula Livia menutup wajahnya dengan selimut yang menutupi setengah badannya. Masih sempat terlihat Reza yang tersenyum kepadanya.

Trust LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang