What This Sign?

376 32 0
                                    

Sepulang setelah pergi bersama dari malam Mayang yang memutuskan untuk tetap diam tak bertanya apapun pada akhirnya membuka mulutnya juga dan bertanya kebenaran yang sesungguhnya, apakah benar anaknya mengajak pergi Livia malam tadi.

Mayang yang duduk berhadapan dengan Reza kemudian bertanya sangat hati-hati. "Semalem katanya ada yang pergi sama anak gadis orang? Kok Mama gak tahu ya?" Sindirnya seraya menatap Reza masih asik menikmati sarapan paginya.

Alih-alih menyindir Reza seketika itu juga jutru Keira yang menjawabi sindiran ibunya. "Mas Eza pergi sama cewek Ma? Siapa, kok Kei baru tau?" Keira menatap ke arah ibu dan kakaknya secara bergantian.

"Tanya aja sama Mas mu, wong Mama juga gak di kasih tau."

"Mas pergi sama cewek? Siapa? Kok kita gak ada yang di kasih tau? Cantik gak Mas? Kira-kira gimana ya wajah calon kakak ipar Kei, jadi penasaran hihihi."

"Kamu udah pernah ketemu, Kei."

"Iya Ma, siapa? Mbak Alya?"

"Bukan lah yang baru Kei."

"Siapa, Ma?"

"Itu yang tempo hari pernah Mas mu ajak kerumah. Anak temennya Mama, Tante Yulia."

Seketika itu pula Keira membulatkan matanya seraya mengingat-ingat wajah wanita yang tempo hari pernah bertemu dengannya. "Oh Mbak yang cantik itu?"

"Eza masih belum mau cerita juga sama Mama? Mama 'kan mau tau, Za."

Reza berdeham pelan sebelum ia menjawab pertanyaan ibunya barusan."Aku cuma jalan biasa aja, Ma. Gak ada yang special. Lagian Mama tau darimana sih?"

"Kamu lupa? Tante Yulia itu temen Mama? Mama kaget aja Tante Yulia tiba-tiba ngabarin Mama bilang, katanya kamu pergi sama Livia."

Tak ada jawaban Reza hanya diam kemudian pergi begitu sarapan paginya selesai, sementara Mayang yang kurang puas dengan jawaban Reza tadi tetap berusaha untuk mencari tau detail tentang anaknya.

****

Livia merebahkan badannya pada ranjang begitu melihat sekelilingnya kamarnya yang sudah rapi.

"Ahhhh akhirnya bisa istirahat juga." Livia menghela nafasnya kemudian sesekali memejamkan matanya untuk menghilangkan rasa lelah.

Tiba-tiba matanya terfokus pada ponsel yang terletak diatas nakasnya yang seingatnya tadi berbunyi.

Reza : Lagi ngapain?

Seketika Livia membulatkan matanya begitu melihat pesan yang masuk ternyata dari Reza? Ya nama Reza telihat jelas di layar ponselnya.

Livia : Gak lagi ngapa-ngapain, ada apa?

Reza : Gak apa-apa.

Aneh.

Membuang waktunya saja bukan? Kemudian Livia kembali terdiam tentunya dengan fikiran yang entah berarah kemana pun ia berfikir.

"Kalau saya minta kamu untuk dekat dengan saya lebih dari seorang karyawan dan atasan bagaimana?"

Livia terdiam seribu bahasa begitu Reza bertanya dan menatap dirinya, hamparan wajah itu, tatapan matanya seakan menusuk ketika Livia mencoba untuk menatapnya kembali. Livia berulang kali mengalihkan pandangan wajahnya menatap lantai yang dingin sedingin hati nya saat ini, mungkin.

"Saya serius, memang mungkin saya tidak bisa berjanji untuk menjadi yang terbaik untukmu, tapi saya akan mencoba untuk menjadi seseorang yang selalu ada kapanpun kamu membutuhkan."

"Saya tidak tahu apa yang saya rasakan saat ini mungkin Tuhan yang lebih tahu apa yang saat ini saya rasakan."

"Jadi apa kamu mau menerima saya?"

Trust LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang