Begin

373 34 1
                                    

Reza memasamkan wajahnya mendengarkan Mayang yang sedaritadi memintanya untuk menghubungi Livia, bagaimana mungkin ia ini seorang boss dari perusahaan besar? Meminta karyawannya untuk bermain kerumahnya lagi akan menjadi sangat hal yang membuat gengsinya berubah naik menjadi 180 derajat.

Walaupun mungkin kunjungan Luvia kerumahnya sudah berada di jam kantor tetapi tetap saja statusnya Livia itu karyawan kantornya. Tapi apa boleh buat Reza tak bisa membantah perkataan ibunya, disatu sisi mungkin ia merasa gengsi ketika ia yang harus memulai menghubungi wanita itu tetapi di sisi lain? Ada rasa yang mendorongnya untuk menghubunginya.

"Za, udah belum? Kamu ajakin Livia main kerumah lagi, Za." Mayang masih meminta kepada anaknya untuk seger menghubungi Livia, sementara Reza yang sedaritadi sudah malas untuk menanggapi ibunya.

"Maaaa...."

"Za, Mama mohon ya? Kali ini aja."

"Masa aku yang harus hubungi duluan?"

"Kamu'kan laki-laki Za, mana mungkin wanita memulai duluan."

"Yah Mama'kan bisa hubungi sendiri. Aku kasih deh nih nomor telfonnya Livia."

"Udah kamu aja Za."

Lagi-lagi Reza hanya bisa mendecak kesal, jika ibunya sudah berkata A maka kata-katanya tak ada yang bisa di bantah, hingga lagi-lagi Reza tepaksa mengalah untuk ibunya.

"Ini mau aku telfon atau sms?"

"Telfon aja Za."

Reza mengetikkan sebuah nama di phonebook nya dan segera menekan tombol warna hijau di layar ponselnya.

"Nih Mama yang ngomong." Ia menyerahkan ponselnya tetapi Mayang malah sedikit menghindar

"Hallo."  Sapa Livia di ujung telfon sana.

"Ma... ini ngomong."

"Ih kamu aja yang ngomong, Za."

"Hallo." Sapannya lagi.

Mau tak mau akhirnya Reza'lah yang menyahuti. "Ya Hallo, maaf saya menganggu kamu. Ah hmmm gini..."

"Ya Pak, ada apa?"

"Saya minta laporan untuk rumah sakit permata hari ini."

"What the....."

TUT

Livia mematikan ponselnya sepihak tanpa berbicara lagi. Persetan dengan Reza yang nantinya akan marah karena ia langsung mematikan telfonnya begitu saja.

"Gila! Pagi-pagi ngecall cuma buat bilang minta laporan? Di kantor juga nanti ketemu." Livia berbicara pada dirinya sendiri kemudian melempar asal ponselnya keatas ranjang.

*****

"Pak ini laporan rumah sakit permata yang tadi pagi Bapak minta." Livia menyerahkan map kuning dab meletak'kan nya di meja Reza.

"Ahm ya, terima kasih. Oh ya itu, yang tadi pagi maaf saya mengganggu."

"Iya Pak, tidak apa-apa."

"Kamu nanti pulang mau untuk mampir ke rumah saya lagi?"

DEG!

"Ma.... mampir ke rumah Bapak?"

"Iya, kamu mau'kan?"

"Itu Pak, saya Insha Allah. Saya..."

"Nanti biar saya yang minta izin sama Tante Yulia."

Tuhan apalagi ini? Belum juga mengatakan "iya" dia langsung mencuri start.

Trust LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang