Livia menatap lurus jalanan yang terlihat ramai, mobil di depannya bahkan tak hentinya membunyikan klakson secara bergantian. Jam-jam pulang kerja seperti ini memang sudah menjadi hal biasa, belum lagi banyaknya penumpang yang terlihat antre di halte busway.
Entah sudah berapa kali Livia dihadapkan pada situasi seperti saat ini, berdiam tanpa berbicara dengan Reza hanya bedanya saja pada saat itu dirinya dan Reza belum memiliki sebuah hubungan.
"Kita mampir makan dulu, ya? Kamu mau kan? Nanti biar aku hubungi Mama kamu, supaya beliau tidak khawatir." ucap Reza yang menyadarkan Livia dari lamunannya.
"Nggak usah. Maksudnya nanti biar aku aja yang hubungin Mama."
"Yaudah oke, hmm kamu mau makan di mana?" tanya Reza lagi yang masih memperhatikan Livia.
Incomming call
Mas Denis
"Hallo, Mas."
"Kamu di mana? Jadi pulang bareng gak? Mas baru keluar kantor nih, kalau mau nanti Mas jemput sekalian."
"Ng-nggak usah, Mas. Aku udah di jalan pulang nih, sama Reza." ucapnya seraya melirik ke arah Reza yang tersenyum ke arahnya.
"Oh gitu, yaudah. Hati-hati ya, Liv."
"Iya, Mas. Nanti bilangin sama Mama sekalian ya?"
"Iya, yaudah. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Sambungan terputus begitu ia mengakhiri percakapannya dengan kakaknya. Berutung saat di telfon kakaknya tidak banyak bertanya.
"Mas Denis telfon, nanyain mau pulang bareng atau nggak, hehe." ucap Livia.
Setelah melewati panjangnya kemacetan akhirnya mereka memutuskan untuk mampir makan ke salah satu restoran cepat saji di mall daerah Jakarta Selatan.
"Kamu mau pesan makan apa?" tanya Reza.
Livia membolak-balikan menu makanan yang dipegangnya, hingga akhirnya pilihannya jatuh pada nasi lengkap dengan ayam beserta sup cream.
Dengan sabar waiters mencatat pesananan yang mereka pesan. Kemudian kembali mengulangi semua pesanan untuk memastikan tak ada yang kurang.
Sambil memesan makanan, sesekali Reza menanyakan kondisi Livia. Sejak kemarin Livia memutuskan menerima permintaan Reza untuk mendekatinya. Lebih banyak Reza yang bertanya, berbicara atau bahkan yang memulai untuk menghubunginya, walau hanya sekedar bertanya sudah makan atau belum.
Livia merasa asing dengan hubungannya yang sekarang, ia merasa bagaikan sebuah burung yang baru saja keluar dari sangkarnya, polos dan belum tahu harus pergi terbang ke mana.
"Aku boleh tanya sesuatu sama kamu?" tanya Reza hati-hati.
"Iya."
"Kalau aku boleh tahu, hal-hal apa yang tempo hari pernah kamu bilang? Kalau kamu mau, kamu boleh cerita sama aku."
Livia terdiam, hal-hal tempo hari yang pernah ia katakan maksudnya lebih mengarah pada ketakutannya akan kembali merasakan kesakitan atas suatu hubungan.
"Kalau kamu belum bisa cerita sekarang, aku gak akan memaksa."
Livia masih diam sibuk dengan fikirannya sendiri. Haruskah saat ini juga ia memeritahukan alasannya?
Namun belum sempat Livia menjawab pertanyaan Reza tak lama kemudian pramusaji datang membawa makanan yang mereka pesan.
Usai makan mereka tidak langsung pulang, mengingat besok hari libur mereka memutuskan untuk pergi sekedar berjalan-jalan mengelilingi mall.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust Love
RomanceCinta pada dasarnya selalu hadir pada setiap insan manusia, namun bagaimana jika akhirnya kepercayaan terhadap cinta hilang? Disaat Livia masih belum siap menjalin sebuah kisah karena masa lalu. Disisi lain Reza seorang laki-laki yang juga pernah ga...