Livia mengetukkan jari jari tangannya pada meja sambil sesekali melihat ke kiri dan kanan untuk mencari cari keberadaan Reza, tapi sepertinya seseorang yang ia cari belum juga datang. "Gila janjian jam sepuluh, gue on time eh malah dia ngaret." Gumam Livia kesal. Memang hampir 20 menit ia menunggu kehadiran Reza tetapi sampai saat ini pria itu belum juga menunjukkan batang hidungnya.
Tiba tiba disaat rasa kesalnya sudah semakin memuncak Livia justru dikagetkan dengan suara bariton seorang pria yang berada di sampingnya, tidak tetapi lebih tepatnya berada di belakangnya.
"Maaf terlalu lama menunggu, tadi saya ada keperluan yang sangat mendadak." Reza menarik sebuah kursi dan langsung duduk tepat dihadapan Livia, sementara Livia hanya bisa menelan salivanya. "Sebelumnya saya berterima kasih atas waktu kamu yang sudah mau menerima panggilan saya pada saat waktu weekend seperti sekarang ini." Livia hanya bisa terdiam dan mengerutuki dirinya sendiri entahlah kemana fikirannya berada sekarang? Yang jelas kini ia malah di buat pusing dengan pertanyaan pertanyaan di kepalanya sendiri "Apakah Reza mendengar ucapannya tadi?" Batin Livia.
"Livia kamu bawa print out gambar 3D yang saya minta kemarin?"
"Ah eh iya Pak, saya bawa." Ucap Livia seraya menyerahkan beberapa kertas yang tergulung rapi.
"Saya mau kasih koreksi gambar sedikit, karena terus terang saya kemarin dihubungi pihak klien untuk memperbaiki sedikit bagian interior dan mereka meminta ini untuk di perbaiki segera."
Reza menjelaskan dengan sabar beberapa bagian gambar untuk interior yang harus dirubah, sementara Livia hanya menyahuti 'Ya' dengan penjelasan panjang lebar Reza. "Jadi saya minta sekali semoga kamu mengerti. Kalau kamu tidak keberatan boleh saya minta hasilnya esok kamu kirim ke saya by email?"
"Insha Allah Pak saya usahakan."
"Baik, terima kasih atas waktu kamu hari ini. Saya rasa hanya itu yang ingin saya beritahu, jangan lupa besok kirimkan hasilnya by email kepada saya."
WTF
Hari weekend seperti ini Reza mengajaknya bertemu hanya untuk membicarakan masalah pemindahan letak jendela di ruangan? Bukankah ia bisa memberitahunya lewat telfon? Gila saja Livia sangat merasa membuang buang waktunya dengan percuma.
"Kamu pulang dengan siapa?" Sapaan Reza tiba tiba menyadarkan Livia dari lamunannya.
"Ah iya Pak kenapa?"
"Kamu pulang dengan siapa? Mau bareng bersama saya?"
"Tap----"
"Disini mall kamu gak perlu takut ada karyawan lain yang melihat kamu dan saya pulang bersama."
DEG!
Livia membuka mulutnya, bagaikan terasa petir di siang bolong dari mana Reza mengetahui gossip murahan itu? "Bukan begitu Pak, tap---"
"Gak perlu sungkan, anggap saja ini ucapan terima kasih saya pada kamu, karena kamu mau saya ajak untuk bertemu membicarakan pekerjaan pula pada saat weekend seperti sekarang ini."
Suara deruan knalpot dan klakson terdengar jelas dari luar mobil tapi tidak dengan keadaan di dalam mobil yang sangat hening tanpa adanya percakapan diantara Livia dan Reza. "Ini jalanan Jakarta emang udah parah banget macetnya gak weekday, gak weekend sama aja." Reza membuka suaranya masih dengan menatap antrian kendaraan panjang di hadapannya sementara Livia hanya mendengarkan Reza yang terlihat sudah mulai malas.
"Pak atau gak saya turun di halte busway depan aja, nanti biar bapak gak usah belok tinggal lurus aja." Livia berbicara dengan sangat hati hati sambil terus menghadapkan pandangannya kedepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust Love
RomanceCinta pada dasarnya selalu hadir pada setiap insan manusia, namun bagaimana jika akhirnya kepercayaan terhadap cinta hilang? Disaat Livia masih belum siap menjalin sebuah kisah karena masa lalu. Disisi lain Reza seorang laki-laki yang juga pernah ga...