Lombok

462 39 0
                                    

Livia merebahkan tubuhnya diatas sofa begitu sesampainya dirumah, sungguh hari ini benar-benar membuatnya jengkel mulai dari kena marah oleh bossnya ditambah lagi kabar yang mengharuskannya untuk pergi ke Lombok bersama Reza? Apa? Tidak-tidak nampaknya perjalanannya esok akan menjadi hari yang membosankan bersama pria yang super dingin sekaligus menyebalkan.

"Baru balik jam segini Liv? Tumben banget?" Tanya Yulia yang sedari tadi duduk diruang tengah.

"Iya Ma, lagi banyak kerjaan, banyak omelan juga lagi. Huh!" Jawabnya seraya menarik nafasnya. "Papa kemana Ma?"

"Papa lagi keluar sama Denis."

"Lah tumben Papa minta anter Mas Denis?"

"Ketemu temen Papamu, paling bentar lagi pulang."

"Oh ya kamu kenapa? Diomelin sama boss mu?" Tanya Yulia lagi.

"Hmm." Livia menggumam.

"Kenapa? Ish si Livia ini Mama tanya juga, kenapa bisa kena omel?"

"Biasa Ma, masalah sepele. Bossy mah biasa marah-marah sama bawahan."

"Kamu pasti bikin ulah duluan deh? Iya?"

Livia memang termasuk orang yang suka melawan atau lebih tepatnya suka membuat ulah sehingga tak jarang ia selalu kena semprot oleh orang disekitarnya karena sikapnya yang terkadang menjengkelkan.

"Nggak Mama, enak aja."

"Yah terus? Kenapa?"

"Gara-gara gambar yang aku bawa gak sampe tepat waktu. Eh tapi sebelum waktunya juga aku udah sampe kantor lebih dahulu. Masih syukur aku mau kerjain itu kerjaan sampe aku bawa pulang kerumah, lagian nih Ma ya katanya doang perusahaan besar? Tapi benerin satu komputer aja gak bisa."

Yulia yang daritadi mendengarkan cerita anaknya hanya diam mendengarkan sambil sesekali memperhatikan, memang sifat bawel nan cerewet Livia dari dulu tidak pernah berubah nampaknya kini sifat itu telah kembali lagi. Yulia memandangi anaknya rasa-rasanya sudah lama sekali ia tidak melihat Livia bercerita panjang lebar seperti ini, semenjak batalnya pertunangan Livia dan Revan memang membuat Liva terlihat sedikit berubah, Livia yang dulu cerewet, keras kepala, periang berubah menjadi wanita yang pendiam dan menutup diri, tapi kini sepertinya kekhawatiran Yulia saat ini sudah menghilang dengan melihat sikap Livia yang berubah lagi menjadi seperti biasanya.

"Ma.... Mama, kok melamun? Ngeliatin aku sampe kayak gitu banget?" Livia memajukan wajahnya untuk mendekatkannya kewajah ibunya.

"Eh gak apa-apa kok Liv, Mama seneng aja ngeliat kamu udah gak diem lagi kayak dulu, anak Mama sekarang udah jadi wanita yang kuat lagi." Jawabnya sambil membelai lembut rambut Livia.

"Aku emang strong Ma, karena terlalu setrongnya Tuhan sampai kasih ujian yang gak tanggung-tanggung." Livia tersenyum getir, mengingat bagaimana dulu Revan yang menyakitinya, menghancurkan segala mimpinya. "Oh iya Ma, besok aku pergi keluar kota. Lombok lebih tepatnya, gak lama sih paling dua sampai tiga hari."

"Loh masih baru tapi udah dioper buat keluar kota?"

"Iya Ma, karena proyek itu yang buat perancangan bangunan 3D-nya aku, jadi aku disuruh buat ikut deh. Yaudah ya Ma, aku mau kekamar dulu beres-beres buat besok." Katanya sambil berlalu meninggalkan Yulia.

"Liv, jangan lupa makan." Teriak Yulia mengingatkan.

Pagi hari Livia bangun seperti biasanya, dikarenakan sedang tidak shalat hari ini ia bisa bangun 15 menit lebih telat dari biasanya, begitu selesai dan siap untuk jalan tidak lupa Yulia menyediakan makanan untuk anak-anaknya dan seperti biasa roti kupas menjadi makanan kesukaan Livia sebelum berangkat kerja.

Trust LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang