Disinilah Hinata terduduk kaku memikirkan perkataan Sasuke. "Tapi sepertinya kau sudah sangat mengenal cinta bukan?"CINTA?"
'Hah itu tidak penting aku ke dalam saja'. Batin Hinata.
.
.
.
FLASHBACK END
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
HINATA POV
Keesokan harinya di sinilah aku,
Bersekolah ditempat abu-abu dengan suasana hati abu-abu, mungkin sedikit lagi akan berubah hitam tak berwarna.
'Bukankah memang begini harusnya? Hah... Hidupku kembali monoton tapi ini semua berubah. Karena ayah, dan pria itu Uchiha Sasuke' batinku saat melangkah menuju kelas.
"Pagi" sapa sepupuku saat aku mulai memasuki kelas.
"Hn" jawabku singkat tanpa menoleh.
Hari ini aku berangkat sekolah sendiri, menikmati kesendirianku untuk berpikir mengenai hidup.
'Huh memangnya sejak kapan aku memikirkan hidup? Bukankah beginilah hidupku kerja, sekolah, melaksanakan perintah?' batinku tertawa miris.
'srek' "Eh" gumamku saat tidak sengaja tanganku menyentuh lipatan kertas di dalam laci mejaku.
'kuambil atau langsung kubuang saja ya? Ah... mungkin tidak ada salahnya kubuka' batinku
"Ketika hatimu terluka sangat dalam, maka saat itu kamu sedang belajar tentang memaafkan."
– Anonymous
'Apa-apaan kertas ini' segera saja kubuan kertas tersebut di keranjang sampah samping papan tulis.
"Ada apa Hinata-san?" tanya ketua kelas melihatku berjalan ke depan kelas. Sepertinya dia baru saja datang.
"Buang sampah" jawabku singkat dengan nada datar.
HINATA POV END
Setelah melakukan kegiatan singkat membuang sampah di keranjang sampah, Hinata mengedarkan padangan matanya ke penjuru kelas yang mulai terisi siswa dan siswi. Ia melihat jam tangannya sebentar memastikan waktu, terlihat pukul 06.55 pada jam tangan biru yang Ia kenakan sekarang. Kemudian berjalan menuju samping chairmatenya Uchiha Sasuke.
"Kenapa kau tanyakan hal itu padaku?" tanya Hinata dengan suara dingin.
SASUKE POV
'Sekarang aku duduk malas dikursiku dengan mendengarkan lagu dari earphone yang menyambung di iphoneku, yah meskipun itu hanya kamuflase karena aku tidak menyalakan lagu sama sekali'.
"Kenapa kau tanyakan hal itu padaku?" tanya Hinata tiba-tiba saat baru saja duduk di sebelahku dengan dingin tanpa menoleh padaku.
"Tapi sepertinya kau sudah sangat mengenal cinta bukan? Tiba-tiba ingatan mengenai percakan terakhirku dengannya terngiang lagi.
"Aku tertarik padamu" jawabku to the point dengan melihatnya dan melepas earphoneku, sedikit terkejut memang melihatnya membuka percakapan terlebih dahulu dengan kata sedikit lebih banyak.
"Kenapa? Kata-kataku benarkan?" kataku lagi dengan nada bertanya padahal lebih tepat disebut pernyataan.
"Aku tidak mau mengenalnya" jawabnya singkat namun dengan menatap mataku.
DEG
DEG
'eh, apa-apan dengan jantungku. Tapi sepertinya ada yang aneh dengan ucapannya' batinku membalas tatapannya.
"Sepertinya memang kau sudah mengenalnya" jawabku memikirkan kata TIDAK MAU MENGENAL bukan TIDAK MENGENAL yang Hianata ucapkan.
Kulihat Hinata sedikit tersentak namun dalam sekejab ekspresinya kembali datar.
"Cinta itu datang saat dibutuhkan bukan diinginkan" lanjuku tiba-tiba bijak. Wow aku kagum pada diriku sendiri.
Ekspresinya tiba-tiba berubah aneh sepersekian detik, mungkin bahkan dia juga merasa aneh dengan kata-kata bijakku.
"Aku tidak ingin dan Aku.." jawabnya singkat masih menatapku, namun padangannya seperti orang melamun.
"Tapi kau butuh, sepertinya mulai belajar mencintai sekarang tidak buruk?" jawabku memotong ucapanya. Aku merasa seperti motivator cinta *EAAKK...
"Belajar mencintai?" tanyanya lirih.
"Belajar mencintaiku"
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Update lama...
Kurang beberapa chap mungkin tamat.
Sekarang hari terakhir PAS namun jadwalnya pelajarannya ringan-ringan jadi usahain update deh.
Mohon voment demi kelanjutan cerita *mulai alay.
Arigatou .
Jaa ne.
typo bertebaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Harianku
FanfictionHanya kehidupan yang kutuliskan dalam buku harianku Sasuhina