Jarak : 04

8K 1K 14
                                    

"Ra, dia daritadi liatin lo," kata Abel tiba-tiba sambil mencolek punggung sahabatnya.

Rara mendengus kesal, "Lo udah bilang itu tiga kali."

"Soalnya emang bener, Ra," sahut Abel kesal. "Makanya lo tuh peka dikit bisa gak? Daritadi kerjaannya main twist mulu."

Abel menatap sahabatnya dengan kesal. Sahabatnya yang satu itu sedang keranjingan main twist. Game yang berisi bola yang menggelinding dan intinya hanyalah menjaga bolanya tetap di dalam track.

Abel juga pernah memainkan game itu.
Tapi, ia lebih stress memainkan twist daripada mengerjakan tugas fisika.

"Ra," panggil Abel. Rara menoleh. "Coba sesekali lo jangan jalan sambil main twist deh,"

Rara mengangkat alis, "Emang kenapa, Bel?"

"Entar jatoh," jawab Abel seadanya. Rara hanya menatap Abel kesal. Kirain gue apa.

"Gakdeng. Gue cuma bercanda. Maksud gue itu, lo sesekali liat sekitar. Biar nyadar kalo si Aldo ngeliatin lo," jelas Abel panjang lebar.

Namun, Rara sudah kembali sibuk ke dalam permainannya.

***
Bohong jika Rara bilang bahwa dirinya tak memedulikan perkataan Abel. Kenyataannya adalah perkataan sahabatnya tersebut malah menghantui pikirannya.

Masa sih? Apa Abel bohong sama gue? Rara kerap meragukan ucapan Abel jika berkaitan dengan Aldo. Lagipula, bukan hanya sekali Abel berkata bahwa Aldo memerhatikan dirinya.

Tapi, masa sih?

Hal itulah yang mendorong Rara untuk menyimpan handphone nya di kantong saat berjalan di koridor. Ia penasaran dengan perkataan sahabatnya yang bawel itu.

{#1} JARAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang