Setelah menyelesaikan 'tugas kecil' dari Pak Budi, Rara segera beranjak pulang ke rumah.
Ia merasa lelah. Lelah badan dan lelah pikiran. Tugas-tugas makin menumpuk, sementara pikirannya mulai tak bisa fokus.
Bayangan Aldo mulai menghampirinya lagi.
Tak lama kemudian, matanya menangkap sesuatu. Jaket Biru. Aldo.
Rara mengamatinya dari belakang, mengamati langkahnya yang perlahan menjauh. Ingin sekali Rara memanggil cowok itu untuk menoleh dan berjalan bersamanya. Membicarakan banyak hal. Seperti dulu.
Ya, seperti dulu. Sebelum kata 'jarak' muncul.
{FLASHBACK}
"Ra, pinjem catetan dong!"
"Pasti lo gak nyatet ya"
"Lah kalo gue nyatet ya gak akan minta lo"Rara hanya menghela nafas dengan pasrah. Ia baru mengingat kebiasaan sahabatnya yang sangat malas mencatat.
"Nih," kata Rara sambil mengulurkan buku tulisnya yang bersampul hitam. Rara tidak suka mencampur-adukkan antara catatan-latihan-pr dalam satu buku. Ia selalu memisahkan catatan agar lebih mudah belajar.
Kemudian Aldo hanya tinggal memfotokopi.
"Pulang, Ra?" tanya Aldo yang berjalan disebelah Rara. Rara hanya mengangguk. "Mau makan mie ayam gak, Ra? Mie ayam langganan kita udah jualan lagi."
Mendengar makanan favoritnya disebut, Rara jadi bersemangat. "Mie ayam yang deket warteg itu? Mau dong!!"
Aldo tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu. Ia tidak terlalu mengerti mengapa Rara tampak sedih hari ini. Namun, ia selalu mengerti apa yang membuat Rara kembali normal.
Mie ayam.
***
Cepat-cepat, Rara menggelengkan kepalanya. Ia tak ingin kenangan-kenangan indah yang dilaluinya bersama Aldo bermain dengan bebas di kepalanya.Rara harus berusaha melupakan Aldo, cepat atau lambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
{#1} JARAK
Teen Fiction[PEMENANG WATTYS 2016 : HIDDEN GEMS-cerita kurang dikenal] Untuk kita, Yang enggan memperjelas dan menikmati jarak.