Jarak : 15

6K 814 4
                                    

Berhari-hari Rara tidak bisa melupakan apa yang dilihatnya dari cafe itu. Aldo suka Lala. Lala suka Aldo. Kalimat tersebut tidak bisa berhenti berputar di kepala Rara. Berbagai usaha telah Rara lakukan. Mencoba menyibukkan dirinya dengan belajar, hang out bersama Abel, membaca novel. Namun sia-sia saja.

Setiap pikirannya kosong, adegan itu terus berputar di kepalanya bagaikan kaset rusak.

Rara mengambil secarik brosur yang sudah agak lecek. Brosur menyedihkan itu terselip di antara koleksi novelnya.

Brosur tentang beasiswa ke luar negeri. Rara memikirkan ulang tentang keputusannya setelah ini.

Mungkin Rara memang harus menghindar dan melupakan Aldo.

Dilipatnya brosur tersebut kemudian ia simpan di meja belajar. Tanda bahwa ia akan melihat brosur tersebut kembali.

***
"Omg, Ra. Lo serius mau daftar buat beasiswa?" tanya Abel sambil menjilati es krim cokelatnya. "Yah, gue ditinggal."

"Ya emang dari dulu gue kepengen sih, Bel," sahut Rara dengan agak asal. Sebenarnya, Rara juga baru terpikir beberapa bulan terakhir ini.

"Lo gak pernah cerita, ih," kata Abel. "Berarti Aldo ditinggal juga dong?!"

"Gak usah sebut nama dia lagi, dong," kata Rara sewot. Ia sedang tidak mood mendengar nama Aldo. Namanya hanya akan mengingatkan Rara tentang kejadian itu.

Aldo suka Lala. Lala suka Aldo.
Kata-kata itu terngiang lagi.

"Kayaknya lo emang perlu pergi jauh dari dia, deh. Biar bisa melupakan," kata Abel sambil tersenyum. "Good luck, Ra!"

Ya, Rara memang ingin melupakan Aldo.

***
Sorry for the typo(s)!!
Don't forget to leave ur vomments❤️

{#1} JARAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang