Jarak : 10

6.4K 882 4
                                    

"Udahlah, Ra. Jangan mikir yang engga-engga deh. Semua orang tuh punya kelebihan dan kekurangan. Masih banyak kelebihan lo yang Lala gak punya," ucap Abel dari ujung sambungan telepon. "Lala gak akan pernah jadi lo, dan lo juga gak akan pernah jadi Lala."

Rara tersenyum pelahan, "Lo selalu tau gimana naikin mood gue ya, Bel."

"Emang. HAHAHA," terdengar suara tawa Abel diujung sana. "Eh, lo besok masuk gak?"

Hari ini Rara tidak masuk sekolah dengan alasan flu berat akibat hujan-hujanan. Sebenarnya, Rara tidak berbohong. Hidungnya memang terus-menerus mengeluarkan ingus dan menyebabkan hidung Rara menjadi memerah.

Tapi, tentu saja bukan Rara namanya jika tidak masuk sekolah karena flu.

"Ra, do you hear me? Lo masuk gak besok?" tanya Abel lagi.

"Mmmm... Hmm," Rara hanya menyahutnya dengan gumaman.

"Ra. Udah dong galauin Aldonya. Besok lo harus masuk buat ajarin gue Fisika," rengek Abel.

"EH APAAN TUH. Gue flu berat, bukan galauin Aldo," sahut Rara kesal.

"Flu berat dan galauin Aldo," sahut Abel tak mau kalah. "Masuk ya, Ra?"

Rara tersenyum, "iya, iya. Apa sih yang enggak buat lo? Lagian gue juga bosen di rumah,"

Abel tertawa. "Lah siapa yang nyuruh lo gak masuk, Rara sayang?"

"Serah lo, Bel. Udah ya. Bye"

"Bye,"

Kemudian Rara mematikan teleponnya. Sesungguhnya, Rara tidak berniat masuk pada esok hari. Tapi, kasihan juga Abel.

Ya sudahlah. Kalau harus bertemu Aldo memang kenapa?

{#1} JARAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang