Jarak : 12

6.6K 886 23
                                    

Rara sedang bermalas-malasan di kamarnya. Berusaha melupakan segala yang berkaitan dengan tugas-tugas sekolahnya.

Juga tentang Aldo dan Lala.
Setidaknya, Rara telah berusaha keras untuk tidak memikirkan mereka. Salah satunya dengan belajar. Karena Rara tidak tahu lagi apa yang bisa menyibukkan dirinya selain tugas sekolah.

Mungkin ia butuh tidur.

Drrrttt drrrtt
Ponsel Rara yang diletakkannya di meja mulai bergetar.

"Siapa sih?" gumam Rara setengah kesal sambil mengangkat ponselnya. "Iya, halo?"

"Ra, mau jalan bentar gak? Temenin gue beli buku," kata suara di ujung sana. Suara cowok.

"Ini siapa ya?"

"Yah, Rara. Lo gak liat caller id nya? Atau jangan-jangan lo gak nyimpen nomer gue lagi. Kurang ajar,"

Rara terdiam dan menjauhkan ponselnya sesaat. Oh, Adit.

"Iya, iya. Gue tau lo Adit," sahut Rara kemudian melanjutkan, "Jadi? Berdua aja nih?"

"Yah, digeplak Aldo dong gue. Gaklah. Gue ajak Rafi. Dia lagi main di rumah gue nih,"

"Apa sih kok Aldo? Dia kan Lala," kata Rara kemudian tertawa hambar.

"Gue tau kok lo sebenernya masih sayang banget sama dia," kata Adit dengan nada merendahkan.

Sakit, tapi dia benar.

Rara terdiam. "Lo gak bilang apa-apa ke dia kan, Dit?"

"Gue emang deket sama dia. Tapi gue gak sebusuk itu dengan nyeritain tentang perasaan lo ke dia ya, Ra. Kan gue sahabat lo," jelas Adit. "Eh lo siap-siap sekarang ya? Ajak siapa gitu biar lo gak kayak cabe-cabean,"

"Enak aja lo. Siapa suruh bawa-bawa Rafi," sahut Rara kesal. "Bilang ke Rafi dia utang 10.000 ke gue terus belom dibayar dari bulan lalu."

"Woi gue bokek. Ntar kalo ada hujan emas baru gue bayar, Ra," teriak Rafi dari ujung sana.

Rara terkikik kecil. Tetangga masa kecilnya itu memang menyebalkan. Dulu, rumah Rara dan Rafi berdekatan. Mereka sering sekali mengunjungi satu sama lain. Sampai akhirnya Rafi pindah rumah dan Rara tidak memiliki teman sepantaran lagi di sekitar rumahnya. Mereka sempat lost contact kemudian bertemu lagi saat bersekolah di SMA yang sama.

"Halah semerdeka lo aja, Fi," sahut Rara kesal. "Oh iya, Dit. Gue ajak Abel ya."

"Gila lo, Ra. Lo ajak Abel ntar si Rafi klepek klepek nih," komentar Adit sambil tertawa. "Tapi boleh juga,"

"Sip," sahut Rara kemudian memutuskan teleponnya.

***
Ternyata rencana awal Adit untuk membeli buku hanyalah wacana belaka. Makhluk menyebalkan itu malah sibuk melihat-lihat komik kesukaannya.

Tau gitu gue gak ikut, pikir Rara dengan kesal.

"Ra, liat deh si Rafi modus gitu. Makanya gue gak mau lo ngajak Abel," bisik Adit sambil menyikut Rara.

Rara tertawa. Sebenarnya Rara tahu bahwa Abel juga ada sedikit perasaan ke Rafi. Hanya Rafi saja yang belum berani tancap gas.

"Biarin aja, lah. Itung-itung usaha. Kalo gak ada usaha ya gak akan dapet lah," kata Rara sambil tertawa lagi. Kayak temen lo si Aldo itu tuh. Ngeliatin iya, tapi ngomongnya suka sama yang lain, batin Rara dalam hati.

"Ra," panggil Rafi kemudian berjalan menuju Rara. "Nih, itung-itung gue bayar utang lo, gue traktir lo mau makan atau minum dimana aja. Tapi, ada syaratnya,"

"Halah lo tuh ya udah ngutang, sok-sok pake syarat," komentar Rara dengan nada kesal. "Yaudah deh. Apaan?"

"Pertama, jangan kemahalan. Kedua, jangan sama Abel, terus---"

"HAH LO MAU NEMBAK ABEL?! Gue jadi Abel sih ogah," potong Rara dengan ekspresi tidak percaya.

"WOI DIEM NAPA! Gak nembak, baru mulai pendekatan. Makanya, daripada lo sama adit ganggu, mending gue traktir," jelas Rafi kemudian mengeluarkan sejumlah uang. "Gue males nunggu lo milih mau makan apa. Jadi gue kasih uang jajan aja buat lo sama Adit. Udah sana pergi,"

"Kampret," gumam Rara kesal. "Dit, kita dapet uang jajan nih."

***
Adit sibuk menyendok es krimnya. "Gue jadi sayang makannya. Mukanya lucu amat,"

Rara tertawa. "Makanya kenapa lo beli yang ada mukanya sih. Gue jadi gak tega liatnya," sahutnya.

Adit terdiam sesaat seperti menimbang-nimbang apa yang akan dibicarakan. Jujur saja, Adit tidak seharusnya membocorkan perihal ini kepada Rara. Ini kan rahasia sahabatnya, Aldo. Tapi Adit agak merasa kesal juga melihat hubungan Rara dan Aldo yang makin hari makin tidak menemui ujung.

"Ra, gini. Sebenernya ada yang mau Aldo kasih tau ke lo,"

Tawa Rara berhenti.
Apa lagi?

Rara sudah bosan berharap.

***

Hai semuanya!! Maaf kalo makin kesini makin gak jelas ya hehe. Ini part terpanjang loh!! Horee

Anyway, sorry for the typo(s)! Hope you like it and don't forget to leave your vomments❤️❤️

{#1} JARAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang