The Lost Institute [COMPLETED]

Bagian 7 - Run

Langit sudah mulai gelap. Lihat saja, matahari yang sinarnya sangat terang itu sudah berjalan ke arah barat. Tak lama lagi Ia akan turun dan tak terlihat sampai pagi datang kembali. Kabut putih pun mulai menutupi daerah pegunungan itu. Membawa udara dingin menyelimuti hutan. Cahaya matahari yang tampak berwarna orange itu bahkan sulit menembus tanahnya. Hutan itu tampaknya telah menjadi tempat berkumpulnya para hantu. Bagaimana tidak? Hutan itu sangatlah gelap. Butuh pikir panjang untuk memutuskan untuk masuk ke dalamnya atau tidak. Tapi sepertinya ini satu-satunya tempat untuk mencari aman, pikir kelima orang itu.

Rosie, Jace, Nat, dan Diana serta tentu saja Davian masih dalam perjalanan mereka untuk mencari sebuah tempat yang bisa dianggap aman. Davian menjanjikan sebuah tempat aman, tempat Ia biasa bersembunyi dari makhluk-makhluk 'yang-tergelapkan', bahkan teman-temannya juga sesama serigala yang telah berubah menjadi musuhnya. Tempat itu tepat menghadap institut. Di tempat itu pula para pemburu bayangan menyembunyikan senjata-senjata mereka untuk persiapan jika terjadi perang. Ya, tempat itu adalah bekas sebuah gereja. Namun sayangnya mereka harus melewati sebuah hutan yang sangat mengerikan terlebih dahulu.

Hutan itu konon katanya menjadi sarangnya serigala. Hal ini akan sangat berbahaya karena serigala-serigala itu haus akan darah manusia dan memiliki penciuman tajam untuk menghendus bau daging manusia. Meskipun ada Davian sekalipun, hal itu tak berarti apa-apa. Davian hanya satu orang, bagaimana jika serigala itu datang sekumpulan? Untungnya, matahari masih belum hilang sepenuhnya. Setidaknya mereka masih mempunyai waktu sekitar sepuluh menit untuk mencapai tempat tujuan. Serigala-serigala itu hanya akan keluar ketika malam datang. Namun jarak yang harus mereka tempuh masih cukup jauh. Dan sangat tidak mungkin dalam waktu sepuluh menit mereka dapat mencapai gereja itu.

"Ayo cepatlah, matahari akan segera turun!" Teriak Rosie. Davian masih berlari tepat di depannya sebagai petunjuk jalan.

Dengan nafas yang terengah-engah, Jace bertanya, "Apakah masih jauh?"

Namun tak ada jawaban. Ia lihat Rosie masih terfokus dengan arah larinya. Sedangkan Davian sedang berubah menjadi wujud seekor serigala. Dan akan sangat konyol jika Davian menjawab pertanyaan Jace. Memangnya ada serigala yang dapat berbicara? Dengan kesal, Jace hanya bisa menggerutu, "Oh shit!"

Mereka pun masih berlari dan terus berlari seiring langit yang mulai menggelap. Mungkin kini mereka hanya memiliki waktu tiga menit untuk sampai di gereja. Institut itu bahkan masih sangat jauh.

"So what happen if the night's coming?" Nat bertanya seakan Ia tak pernah diberitahu tentang serigala-serigala itu.

"We will die, Nat!" Sahut Diana dengan kesal. "Serigala-serigala itu akan dan mencabik-cabik tubuhmu!"

Pandangan Diana kembali terfokus pada Rosie dan Davian yang berlari di depan, memimpin perjalanan. Namun anehnya, tak lama kemudian Davian berhenti berlari. Sontak saja, Rosie dan yang lainnya ikut berhenti. Mereka saling menatap satu sama lain seraya menanyakan apa yang terjadi, kenapa mereka berhenti. Davian pun kembali berubah menjadi wujud manusianya. Pandangannya disebar ke seluruh penjuru hutan. Sepertinya Ia merasa ada sesuatu, dan tentu saja Rosie, Jace, Nat, dan Diana tak tahu apa yang akan terjadi.

Benar, langit mulai menunjukkan warna hitam. Dan itu tandanya hal buruk datang. Seluruh wujud setan akan terlihat. Malangnya, Davian tak memiliki satu senjatapun apalagi keempat anak kota itu. Kini mereka berdiri di tengah hutan dan tak tahu apa yang harus mereka lakukan. Walaupun mereka berlari sekalipun, serigala-serigala itu bisa datang dari berbagai arah. Bisa saja serigala itu menghadang mereka di depan, atau mengepung mereka di tempat mereka berdiri sekarang.

"Apa yang terjadi?" Tanya Jace.

Davian pun meletakkan jari telunjuknya tepat di depan mulutnya sambil mengeluarkan suara seperti mendesis. "Kau akan mengundang mereka datang."