Bagian 3 - The Woods

206 10 0
                                    

Matahari sudah mulai berjalan ke arah barat, tak lama lagi ia akan turun. Kira-kira sekarang ini pukul empat sore. Sinarnya tak akan terlihat lagi tertutup awan hitam yang sudah menunggu datangnya malam. Kemudian Ia akan muncul lagi esok hari, dengan cahayanya yang mampu menyinari seluruh isi bumi itu. Udara di sekitar tempat itu terasa sangat dingin, itu karena letak geologisnya yang berada di perbukitan. Pohon-pohon pinus yang tumbuh menjulang sangat tinggi di seisi hutan itu membuat cahaya yang tersisa dari matahari sulit untuk masuk, menjadikan hutan itu penuh dengan kegelapan. Menakutkan sekali bukan?

Gadis berambut cokelat itu mulai menggerakan jari-jarinya. Keempat temannya yang lain masih tak sadarkan diri di dalam mobil yang telah hancur itu. Ia pun menggerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri, kemudian ke depan. Sepertinya Ia sedang mencari sesuatu yang seharusnya ada di samping tempat Ia duduk. Ia pun mengangkat tubuhnya, mengubah posisinya agar bisa duduk. Sedikit demi sedikit gadis itu membuka matanya.

Pandangannya masih sangat kabur, yang Ia lihat hanyalah kegelapan. Ia pun menutup dan membuka kedua matanya beberapa kali. Semakin lama pandangannya semakin jelas. Ia bisa melihat pohon besar tepat di depannya, kedua teman laki-lakinya yang berlumuran darah, dan keadaan sekelilingnya yang hanya ada pepohonan.

"Apa aku telah mati?" Batinnya berkata. Ia seperti orang linglung. Jantungnya mulai berdebar dengan kencang karena ketakutan yang menyelimuti hatinya. Gadis itu adalah Rosie Pearce.

Ia kemudian menoleh ke samping kanannya. Ia sangat terkejut melihat di sebelahnya kosong, tidak ada siapa-siapa. Kemana perginya Axel? Seharusnya Axel ada di samping Rosie, tetapi kini Ia menghilang. Rosie pun melihat pintu mobil sebelah kanan telah terbuka dengan sangat lebar. Ternyata daun pintunya terlepas dari engselnya. Mungkin karena benturan tadi, pikir Rosie.

Tanpa berpikir lebih panjang lagi, Rosie langsung keluar dari mobil itu dengan gerakan cepat. Ia pun berdiri tepat di samping mobil itu, kemudian mengengok kanan dan kiri mencari teman laki-lakinya itu. Namun yang Ia lihat hanyalah pohon dimana-mana, sepertinya memang tidak ada orang disana. Ia tak menyerah, kemudian Ia berlari memutari mobil menuju sisi kirinya. Dan ternyata hasilnya pun tak ada, memang tidak ada seorangpun di tempat itu kecuali dia dan ketiga temannya yang lain.

"AXEL—!!!"

Rosie beberapa kali meneriakkan nama Axel. Namun tak ada suara lain selain hewan-hewan malam. Suaranya yang sangat bising itu sedikit mengganggu pendengaran. Tetapi Rosie tak berhenti sampai disitu, Ia pun kembali meneriakkan nama Axel. Siapa tahu dia akan menunjukkan batang hidungnya.

Ternyata suara teriakkan Rosie tak hanya membuat hewan di sekitarnya ketakutan, Jace pun mulai tersadar.
Jace mengangkat kepalanya dari roda kemudi dan menghempaskan tubuhnya ke belakang, melemaskan otot-ototnya yang kaku. Kepalanya terasa sangat sakit karena benturan keras itu. Ia pun bisa merasakan keningnya perih karena terluka, bahkan darahnya hampir memenuhi pipi sebelah kanannya. Lalu Ia menoleh ke arah kirinya. Terlihat ada seorang gadis berdiri di sana, tentu saja itu Rosie. Jace pun langsung bergegas keluar dari mobil. Ia kemudian berlari menghampiri Rosie yang masih berteriak memanggil Axel.

"Rosie..." Ucap Jace dengan nada lemas.

Rosie pun menoleh ke belakang. "Axel hilang, Jace."

Jace sedikit terkejut mendengar hal itu. Tiba-tiba saja kepalanya menjadi sangat pusing, Ia pun memegang kepalanya dan menjambak rambutnya sendiri. "Mungkin Ia sedang buang air."

"Aku memanggilnya berpuluh-puluh kali, Jace. Jika Ia buang air, pasti Ia mendengar suaraku."

Rosie sedikit kesal dengan respon Jace yang hanya menganggap ini hal sepele. Tentu saja ini bukan masalah buang air. Bagaimana jika Axel tersesat? Bagaimana jika hal buruk terjadi padanya? Bagaimana jika binatang buas memakannya? Atau apapun! Masalahnya adalah, mereka ada di hutan, dan mereka tak tahu mana timur, mana barat, mana utara, maupun selatan. Apalagi untuk melarikan diri dari tempat itu. It's impossible. Mereka telah terperosot cukup dalam dan sangat jauh dari jalan raya. Akan sangat sulit untuk mendaki bukit tersebut sendirian.
Jace pun hanya diam. Memikirkan apa yang harus mereka lakukan.

The Lost Institute [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang