Bagian 10 - Love

139 6 0
                                    

Lorong institut itu tampak sangat gelap. Banyak sekali sarang laba-laba di sekitarnya. Tak jarang, kelelawar-kelelawar liar juga keluar dari dalam lorong tersebut karena mendiami ruang bawah tanah institut. Seperti yang dikatakan oleh Diana, di sepanjang lorong itu banyak sekali kerangka maupun tengkorak manusia tergelatak dimana-mana. Bahkan di ruang penyimpanan pun juga terdapat kerangka manusia utuh yang telah membusuk. Mereka adalah para korban perang yang terjadi dua puluh tahun silam. Semuanya terbakar dengan tragis. Sisanya adalah mereka yang menjadi korban Infernal Cup yang dipegang oleh Sebastian. Mereka mati dalam api yang membakar seluruh isi institut bahkan sampai ke rumah-rumah kecil di seberang pusat institut.

Gadis pirang itu, Diana, sedang berlari dengan keadaan nafas yang sangat tak enak didengar. Langkahnya juga sedikit terganggu, sesekali Ia menabrak dinding lorong tersebut. Bagaimana tidak? Lorong itu hanya berkuruan satu setengah meter saja. Hanya cukup untuk dua orang jika berjalan berdampingan. Kini Diana benar-benar sakit. Ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sendiri. Bahkan Ia masih berpikir kenapa Ia memukul sahabatnya sendiri, Rosie. Padahal Ia sudah berlari kesana kemari, susah payah mencarinya, tetapi yang Ia lakukan di akhir perjalanan malah membuatnya kehilangan jejak Rosie kembali. Ia sangat khawatir jika sesuatu yang buruk terjadi pada sahabat perempuannya itu. Karena saat Ia kembali ke tempat terakhir Ia bertemu Rosie, Ia sama sekali tak melihat batang hidung Rosie. Hal ini membuatnya sangat ketakutan.

Dari kejauhan Ia melihat ada dua orang laki-laki yang sama-sama sedang mondar-mandir seperti sedang menunggu seseorang. Ya, mereka adalah Jace dan Nat. Kedua laki-laki itu sedang menunggu kedatangan Diana yang sudah larut malam belum kembali juga. Mereka telah berjanji untuk kembali ke lorong institut sebelum matahari sepenuhnya tenggelam, tetapi Diana justru kembali saat bulan telah muncul.

Lama kelamaan langkah Diana semakin dekat. Jace dan Nat sangat terkejut ketika melihat Diana kembali. Karena mereka pikir Diana tak akan kembali lagi. Namun kini mereka tak memikirkan hal itu lagi, justru yang mereka pertanyakan adalah apa yang terjadi dengan Diana? Kenapa Ia begitu kesakitan dan ketakutan?

"Apa yang terjadi, Diana? Kau ini kenapa?" Tanya Nat khawatir. Ia pun menoleh ke arah Jace, menanyakan hal yang sama.

"Aku...Aku mendapatkan senjata itu, tadinya." Diana merintih, dengan sigap Nat segera menopang tubuh Diana yang lemas itu. Tanpa terasa, Diana pun mulai menangis. "Tetapi aku melakukan hal yang salah, mencelakakan teman sendiri."

Mendengar hal itu, Jace pun paham siapa yang dimaksud. Dengan penuh kekhawatiran tentang apa yang terjadi pada Rosie, Ia pun bertanya. "Dimana Rosie? Kau bertemu dengannya? Katakan dimana dia?"

Tangis Diana pun semakin menjadi. Tetapi setidaknya Ia masih bisa mengatakan sesuatu. "Aku memukulnya sampai Ia pingsan, lalu aku meninggalkannya begitu saja di tepi sungai dekat gereja. Aku benar-benar...tak bermaksud untuk melakukannya, Jace. Tanganku mengayun begitu saja dan melukai Rosie. Aku tak sengaja..."

Karena kesal, Jace pun langsung pergi meninggalkan kedua temannya itu. Ia tak peduli dengan keadaan Diana yang saat ini sedang seperti orang sekarat. Nat pun memanggilnya beberapa kali dan memperingatkannya untuk tidak pergi malam ini karena itu terlalu berbahaya. Tetapi Jace bahkan tak menoleh sama sekali. Ia berjalan dengan langkah cepat dan pandangan lurus ke depan. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah Rosie. Ia khawatir serigala ganas itu akan menyeret Rosie dan mencabik-cabik tubuhnya. Ia pun memutuskan untuk keluar dari institut dan kembali ke hutan untuk mencari Rosie.

Nat masih berusaha menenangkan Diana yang begitu merasa bersalah. Nat pun paham apa yang terjadi dengan Diana. Pasti sisi buruknya sedang mencoba menguasai tubuhnya, seperti yang terjadi pada diri Nat. Begitulah. Nat ingin membantu Jace mencari Rosie, tetapi Ia pun harus mengurus sahabatnya yang satu ini. Ia membutuhkan pertolongan. Kini mereka berdua hanya bisa berharap jika Jace akan kembali bersama Rosie besok pagi.

The Lost Institute [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang