20. Finally

7.8K 410 12
                                    

M E L

Aku duduk dengan gelisah sembari mendengar Ibu Muhaimi menjelaskan materi pelajaran.

'Gimana ya cara ngejelasin semuanya ke Jasmine' pikirku. Walaupun kita gak pernah saling cerita, deket, atau apapun itu, tapi seenggaknya kita bakalan saling senyum bila ketemu berbeda dengan sekarang, Jes lebih suka diem dikamarnya atau kamar Oza. Itu pertanda jelas kalo Jasmine memang menghindar agar gak ketemu aku.

"Lo kenapa?" Tanya Melani.

"Gakpapa" jawab gue singkat.

"Kalo mau hubungin seseorang gakpapa kok, ibu Muhaimi gak bakalan liat" sarannya sambil berbisik dan menatap tanganku yang berada dikolong meja dengan handphone yang tergenggam.

"Eh, iya" sahutku sambil mencari nama Jes friendlist ku.

MelatiPradhamita : pulang bareng ya?

Axandra_Jasmine : gak bisa, gue ada janji. Lo pulang sendiri aja

Benarkan dugaanku? Jasmine memang membenciku. Atau lebih tepatnya kecewa karna sikapku yang begitu serakah terhadap apa yang menjadi milikinya.

MelatiPradhamita : aku gak bawa mobil.

Axandra_Jasmine : lo tadi pagi kesekolah sama siapa? Biasanya juga lo gak pernah ngeluh kalo pulang tanpa gue.

MelatiPradhamita : ya udah kalo gitu gakpapa.

Aku menyimpan kembali handphoneku dan melanjutkan menyimak materi yang disampaikan ibu Muhaimi.

'Butuh tumpangan' sebuah kertas putih dengan tulisan tersebut disodorkan Melani kepadaku. Yang kutanggapi dengan gelengan dan senyuman sambil mengucapkan terima kasih tanpa suara.

50 menit kemudian, alarm sekolah berbunyi. Pertanda bahwa ibu Muhaimi harus menghentikan kegiatan mengajarnya.

"Kantin?" Tawar Melani yang lagi lagi kujawab dengan gelengan dan senyum kecil.

Jika kalian mengira bahwa aku akan pergi ke taman sekolah, maka kalian salah. Cukup minggu lalu saja aku meminjam Alfa-nya Jasmine sebentar. Cukup minggu lalu saja aku membuat hubungan persaudaraan kami merenggang. Dan cukup minggu lalu saja kami menyukai lelaki yang sama.

Tidak munafik, bahwa aku sangat bahagia mendengar pernyataan, penjelasan, dan perlakuan Alfa beberapa minggu yang lalu. Tetapi, bila kebahagianku membuat seseorang menderita. Lebih baik kulepaskan bukan?

Aku menatap kaca jendela, kebetulan meja belajarku persis disamping kanan tembok kelas, sehingga bisa melirik sedikit taman tempat teramanku disekolah.

"Mel, dicariin Abdi tuh" celutuk seorang lelaki teman sekelasku yang tidak ku kenal sama sekali.

"Ha?" Aku menoleh kearah pintu. Dan disana, sang ketua OSIS berdiri menatapku tajam, seolah berkata bahwa aku harus menemuinya sekarang juga.

Aku hanya mengangguk pelan dan memasukan alat tulisku ke dalam tas. Lalu bangkit dan menghampiri Abdi dengan heran.

"Gue gak suka basa-basi, lo suka Alfa?" Tanya Abdi yang sontak membuatku membulatkan mata karna terkejut.

"Eh, kenapa?" Aku hiraukan pertanyaan Abdi dan mengajukan pertanyaan lain dengan suara pelan.

"Walaupun lo kembaran Jasmine, tapi gue tetep bakalan turun tangan kalo lo nyakitin Jasmine" ucap Abdi yang membuat aku terdiam.

"Ini peringatan, bukan ancaman. Jasmine itu lebih rapuh dari yang lo kira" Ujar Abdi yang membuatku sedih, kecewa, dan terharu. Bagaimana bisa aku menjadi alasan kesedihan kembaranku sendiri? Bahkan orang lain pun menyalahi keberadaanku. Jasmine sunggu beruntung karna memiliki banyak orang yang begitu perhatian ke dia.

"Ya, aku bakal menjauh dan melupakan Alfa. Bagaimana pun hubungan persaudaraan lebih penting" jawabku pelan.

"Gue minta maaf kalo niat gue bikin lo tersinggung, tapi gue gak tahan liat Jes sama Alfa kayak gini. Kalo lo dengan Alfa emang saling suka, seenggaknya kalian gak perlu tunjukin didepan Jes sebelum dia punya gebetan baru" tutur Abdi.

"Iya, aku mengerti" ucapku pelan sambil menganggukkan kepala.

"Ya udah gue cuman mau bilang itu, gue balik ke kelas dulu, sekali lagi sorry kalo lo ngerasa tersinggung dan gue udah ganggu waktu istirahat lo" Abdi tersenyum manis dan pergi meninggalkanku yang masih berpikir tentang apa yang Abdi ucapkan tadi.

'Kalo lo dengan Alfa saling suka'

'Lo dengan Alfa saling suka'

'Saling suka....'

Kalo menggunakan kata saling berarti Alfa juga suka aku? Ini maksudnya gimana sih? Kok terlalu ambigu gini, gak jelas deh. Tapi kalo gak jelas kenapa masih aku pikirin. Kayaknya aku salah denger deh. Tetapi bisa jadikan kalo Alfa memang beneran suka aku? Eh, kalo Alfa suka aku, gimana nasib perasaan Jasmine?

"Hei, ayo!" Melani tiba-tiba disampingku.

"Ha? Kemana?" Tanyaku sambil mengedarkan pandangan keliling kelas yang sudah kosong.

"Ruang musik, tadi Nadin udah umumin didepan kelas, kalo ibu Elva nyuruh kita ke ruang musik. Lo aja yang gak ngeh masih berdiri didepan pintu" jelas Melani.

"Oh, ya udah kamu duluan aja. Nanti aku menyusul" ujarku.

Setelah Melani pergi, aku kembali ke mejaku dan mengambil suling. Satu-satunya alat musik yang kubisa.

Ruang musik mengingatkanku pada rasa sakit hati pertamaku, waktu Alfa merangkul Jasmine dengan bahagia. Haruskah aku merusaknya? Haruskah aku menghalangi pandangan Alfa terhadap Jasmine? Atau lagi lagi aku harus mengalah terhadap kehidupan Jasmine yang sudah hampir sempurna?

'Aku akan mundur bila Alfa yang menyuruhku mundur. Maaf Jasmine, aku berhak memperjuangkan apa yang aku inginkan dengan caraku sendiri. Bila nanti aku yang harus mundur, maka aku mundur dengan senyuman' kutetapkan pilihanku untuk memperjuangkan Alfa. Bila kalian berpikir bahwa aku akan mendekati Alfa, maka kalian salah. Aku hanya akan tetap seperti ini sampai Alfa menyuruhku menjauh atau mungkin mendekat...

♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Hai hai! Aku update lagiii.

Vote!Vote!Vote please!

Thanks For Reading :)

Me or My Twin?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang