23. Always You

8.9K 394 11
                                    

M E L

"Gue bingung sama lo. Cara pikir lo itu ribet!"

"Lo itu ribet!"

Semua ungkapan kekesalan Jasmine masih terngiang di kepalaku. Ya, selama ini aku yang mempersulit keadaan. Semua kekurangan dan rasa tidak percaya diri membuatku mendorong Jes menjauh. Tapi apakah Jasmine sadar bahwa ia terlalu cermelang sehingga membuatku tertekan? Dengan semua kecantikan, kepopuleran, kecerdasan, dan segala yang Jasmine punya. Tidak boleh kah aku mengambil sesuatu untuk diriku? Tidak bisakah aku memiliki kehidupan yang berwarna seperti Jasmine? Atau tidak sadarkah Jasmine kalau aku selalu tidak terlihat bila didekatnya? Bukankah lebih baik menyendiri daripada dalam keramaian tetapi kita tidak dianggap?

Mengapa Jes tidak bisa memahami perasaanku? Pernahkah Jes merasakan diabaikan sepertiku? Tentu tidak. Ia memiliki berjuta orang yang memberinya perhatian.

Semua pertanyaan menumpuk dikepalaku sehingga tanpa sadar aku tertidur didepan balkon dengan didampingi nyanyian indah Jasmine.

====================

Aku menuruni tangga menuju ruang makan. Tampak mama, papa, dan Jasmine sedang mengobrol bersama.

"Pagi semua" sapaku sambil menarik kursi disamping Jasmine.

"Pagi everybody" Oza dengan riang menyapa dan memberi candaan pagi yang membuat mama papa tersenyum serta sebuah celaan keluar dari Jasmine.

"Marsya udah didepan, Jes pergi sekolah dulu ma pa" pamit Jasmine.

"Lah gak bareng Melati?" Mama bertanya sambil melihat kearahku.

"Oza bilang, dia yang mau nganter" Jes terus berlalu tanpa menoleh ke arahku.

"Eh iya, biar Oza aja yang ngater Melati siapa tau nemu jodoh disekolah Melati nanti" Oza menutupi kegugupannya dengan candaan.

"Oh, ya sudah kalo begitu. Papa pergi dulu. Minggu depan papa pulang, bilang sama Jasmine." pamit papa yang diikuti dengan mama yang membawakan koper kecil milik papa.

"Pergi sekarang?" Tanya Oza.

"Hem, aku bisa pergi sendiri kok" jawabku pelan.

"Gak, biar gue anter. Kan udah dibilang, siapa tau gue nemu jodoh disekolah lo" Oza mengambil kunci mobil yang tergantung.

Aku hanya mengikuti Oza dari belakang, hingga digarasi aku membuka pintu mobil dan duduk disebelah Oza.

"Little baby, lo gak seharusnya nyimpen semua hal dihati lo. Ini bukan sinetron yang kalo lo ngomong dalem hati tapi semua orang bisa denger. Kalo lo pengen orang ngerti apa yang lo rasain, lo harus ngomong, lo ungkapin apa yang lo rasain. Bukan malah diem seolah everything was good" Oza berbicara tanpa menatapku.

"Aku mau, tapi aku selalu gak bisa" keluhku.

"Lo bukan gak bisa, lo cuman takut buat mencoba. Lo pengen kehidupan kayak Jasmine? Penuh warna dan perhatian? Maka lo harus mencoba bergaul" nasihat Oza.

"Oke, aku akan coba ungkapin apa yang aku rasain. Tapi, menurutmu bolehkah aku memperjuangkan Alfa?"

"Kenapa gak boleh? Tapi, lo harus bilang ke Jasmine agar dia gak ngerasa ketikung. Dan siapa yang bakal dapet Alfa, itu tergantung perasaan Alfa. Mau dia milih lo ataupun Jes, kalian harus janji bahwa kalian bakalan relain dan hargai pilihan Alfa. Terus kalo salah satu dari kalian udah dipilih Alfa, kalian gak boleh mundur dengan alasan apapun. Karena itu sama aja kayak kalian mainin perasaan Alfa"

"Hem" jawabku sambil menganggukan kepala.

"Sekarang lo belajar yang rajin ya" Oza mengacak lembut rambutku.

Me or My Twin?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang