A L F A
Gue lirik jam tangan gue yang menunjukan pukul 10. Gue udah pulang dari bolos singkat gue, dan ketika nyampe kelas. Jasmine gak ada, padahal sekarang udah istirahat pertama. Apa dia sakit? Atau bolos sangking kecewanya sama gue nyampe dia gak mau liat gue lagi. Mungkin dia ada acara keluarga? Tapi kenapa dia gak ngirim surat izin? Apa suratnya belum nyampe? Eh eh, tapi tadi Mel bilang hari ini dia pulang bareng Jasmine. Lah, kalo gitu Jes dimana sekarang? Gue gak percaya kalo Mel berani bohong.
"Sya, temen sebangku lo kok gak sekolah?" Gue menghampiri Marsya.
"Gak tau, udah gue line tapi gak dibales. Diread aja enggak" ujar Marsya.
"Coba lo telpon gih" pinta gue.
"Telpon aja sendiri. Lah elo pacarnya" tolak Marsya.
"Gue gak ada pulsa. Lo deh telpon sana"
Marsya menghiraukan perkataan gue dan kembali mengotak-ngatik handphone nya. Lalu menyodorkan ke arah gue. "Nih, kalo diangkat lo ngomong sendiri"
Gue nerima handphone ya g disodorkan Marsya. Dering pertama gak dijawab, dering kedua gak dijawab juga, hingga dering ketujuh dijawab, dijawab operator -_-
"Nih gue balikin. Gak diangkat"
"Ya udah, gue kantin dulu deh" Marsya berdiri dari kursinya.
Gue tetep dikelas, nungguin Jasmine, siapa tau dia telat gitu. Gue beneran gak mau kalo harus berduaan dengan Jes didepan Melati.
Istirahat pertama telah selesai, 15 menit sebelum jam pulang hanya ada pelajaran konseling. Gue beranjak dari bangku dan berjalan keluar kelas.
"Hahahaha" suara tawa yang familiar bikin gue noleh ke arah kanan. Marsya dan Jes sedang ketawa gak jelas gitu.
"Axandra Jasmine Pradhanita" gue mengintrupsi obrolan mereka berdua dan berjalan kearah mereka.
"Hm?" Jasmine hanya berdehem menanggapin panggilan gue.
"Gue mau bicara"
"Sekarang lo udah bicara"
"Ini tentang kita. Gak disini Jes"
"Gak pernah ada kata kita. Hanya ada aku, kamu, dan dia" Jasmine menyindir perkataan gue.
"Ya udah, ini tentang aku dan kamu, tanpa ada Marsya" gue ngelirik Marsya yang melotot kearah gue.
"Sorry guys, kayaknya lo berdua gak bisa ngobrol sekarang. Tuh pak Suwanta udah otw ke kelas aku, kamu, tanpa dia" cela Marsya sambil menunjuk pak Suwanta yang berjalan menuju kelas.
"Jes, ikut gue sebentar" ajak gue.
"Gak bisa, Jes itu nomor absen 4. Jadi lo yang konseling duluan Jasmine" larang Marsya.
"Gue urutan 2"
"Selamat siang anak-anak, kenapa gak masuk kelas?" Tanya pak Suwanta yang sudah berada dibelakang kami.
"Iya, ini bakalan masuk kok pak" jawab Jes sambil menarik tangan Marsya.
Gue cuman ngikutin mereka berdua masuk kedalam kelas. Ngikutin konseling yang diberikan pak Suwanta. Ini 15 menit terlama menurut gue. Hingga penantian gue selesai, alarm pulang berbunyi.
"Yang belum lanjutkan minggu depan" pesan pak Suwanta sebelum meninggalkan kelas.
"Jasmine berhenti berjalan" perintah gue keras ketika melihat Jasmine terburu-buru meninggalkan kelas. Jasmine berhenti, bukan hanya Jasmine tapi hampir satu kelas berhenti dan menatap gue.
"Jes" gue berjalan menghampiri Jasmine dan menarik lengannya agar duduk di bangku.
Setelah semua siswa pulang, Jes terlihat menghembuskan nafasnya dengan berat.
"Jes, gu-" ucapan gue terputus karna bibir gue terhalang telapak tangan Jasmine.
"Gue gak mau denger penjelasan lo, hati gue gak sanggup kalo mesti dibanting lagi. Tapi gue maafin lo, dengan syarat lo gak boleh deketin gue. Lo harus mastiin dulu perasaan lo itu ke gue atau Melati. Gue maklumi kalo lo harus ngebuat salah satu dari kita terluka" tapi gue gak bakalan diem kalo lo buat kita berdua terluka. Sekarang lo liat baik-baik isi hati lo nyampe lo yakin kalo perasaan lo gak bakalan berubah lagi. Kalo gitu gue pulang dulu, dan lo samperin Melati, gue ada urusan dan Melati gak bawa mobil. See you" Jasmine tersenyum kecil sambil menepuk pelan pundak gue. Lalu pergi meninggalkan gue sendiri dikelas.
Setelah Jasmine pergi, gue segera menuju parkiran. Kenapa gue gak kekelas Melati? Karna itu percuma, Melati pasti udah keluar kelas dan berjalan ke halte atau mungkin sudah berada disana.
Bener dugaan gue, Melati berjalan sendiri dengan earphone menggantung ditelinganya. Gue segera menepikan mobil dan keluar menghampiri Melati.
"Mel" panggil gue sambil menyentuh bahunya.
"Astagfirullah, kamu bikin kaget" Mel terlonjak ketika gue pegang bahunya.
"Maaf deh, ayo naik. Aku anter pulang" ajak gue.
"Eh, anu, tapi, itu" Mel terlihat ragu menerima ajakan gue.
"Jasmine yang ngasih tau kalo kamu pulang sendiri, jadi gakpapa" gue menggenggam telapak tangan Mel dan menyuruhnya masuk kedalam mobil.
20 menit perjalanan kerumah si kembar benar-benar hening. Mel sibuk memperhatikan jalan yang gak menarik sama sekali. Hingga nyampe didepan rumah, Mel ingin melepaskan sabuk pengamannya tetapi gue tahan.
"Kamu bisa gak nunggu sebentar?" Tanya gue.
"Nunggu apa?" Melati terlihat heran.
"Nunggu aku nyari tau perasaan aku sebenernya. Aku gak berani janji kalo aku bakal milih kamu, tapi aku harap kamu mau nunggu sedikit lebih lama lagi" pinta gue.
"Iya, aku bakalan nunggu jawaban kamu" Melati tersenyum.
"Aku masuk dulu ya, sampai ketemu lagi"
Sesampai dirumah, gue segera masuk kamar dan merenung.
· gue lebih nyaman ke Jes atau Mel? Keduanya.
· gue pengen lindungin Jes atau Mel? Keduanya.
· gue pengen bahagiain Jes atau Mel? Keduanya.
· gue pilih kehilangan Jes atau Mel? Gak keduanya.
Kok kayak gini ya, jadi gue suka sama siapa? Atau karna nama mereka artinya sama jadi gue suka keduanya? Okey, cara terakhir, gue bakalan bayangin Mel pacaran dengan pria lain dan Jes juga bakalan pacaran dengan pria lain.
Teryata walau hanya berupa bayangan, gue gak rela liat dia dengan yang lain...
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Post lagi. 4 part lagi selesai yeay!Vote!Vote!Vote please.
Thanks For Reading :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Me or My Twin?
Fiksi RemajaMenjadi anak populer, ketua Cheers, pintar, anggota osis dan selalu berusaha tampil cantik. Apakah itu tidak cukup untuk membuatmu menyukaiku? -Axandra Jasmine Pradhanita ♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥ Mempunyai kembaran menyenangkan bukan? Tapi bagaimana jika ki...