Bab 8: Perbatasan

1.7K 237 2
                                    

When you light a candle, you also cast a shadow.

·Ursula K. Le Guin·

·§·

Udara dingin musim gugur berhembus, membawa dedaunan cokelat yang mati jatuh ke tanah. Orang-orang tentu akan lebih memilih bergelung di balik selimut tebal mereka daripada berada di luar dengan cuaca seperti ini. Jadi Roisin tak heran mendapati kota ini semakin sepi. Apalagi jalan yang mereka lalui ada di arah yang berlawanan dengan keramaian kota.

Leicah yang berjalan di belakangnya tidak henti-hentinya bertanya, meskipun Roisin yakin putrinya tahu ia tidak akan menjawab.

Namun setelah cukup lama, Leicah tidak lagi bertanya dan mulai mengeluh. "Bu, aku lelah."

"Sebentar lagi, sayang," Roisin menengok jauh ke belakang, bukan untuk melihat putrinya, tapi untuk mengantisipasi kalau-kalau ada benda aneh--apapun itu--di sekitar mereka.

Kalau Roisin tidak salah, perbatasan kota tinggal sepuluh menit lagi. Ah, dia jadi menyesal. Andai saja ia mengendarai mobil dengan lebih hati-hati, pasti sekarang mereka tidak akan berjalan kaki seperti ini.

Wanita itu mengeluarkan belati dari balik sakunya, tetap menybunyikannya di balik jaket agar Leicah tidak bertanya macam-macam. Entah mengapa ia merasa perlu waspada.

·§·

"Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi--"

Reagan mematikan sambungan dan berdecak. Ia panik setengah mati sekarang, nomor bibi maupun pamannya tidak ada yang bisa dihubungi. Daripada merasa gila, ia kembali menekan nomor pamannya, mendapat pemberitahuan bahwa nomor itu diluar jangkauan, menekan tombol merah. Lalu ia kembali melakukan panggilan. Terus begitu, hingga Reid membuka mulutnya.

"Apa yang terjadi?"

Cukup dengan pertanyaan simpel itu, Reagan diam. Tangan gadis itu berhenti bergerak, membiarkan suara operator mengoceh dari ponselnya.

"Reagan, aku bicara padamu," suara Reid menyentak.

Reagan memasukkan ponselnya ke saku. Ia menatap Reid ragu sebelum menengok ke sekeliling, memastikan orang-orang lain di dalam bis tidak bisa mendengar perkataannya. "Aku juga masih bingung, tapi kami--aku, Leicah dan bibiku--sedang dikejar, Reid, oleh, entahlah--aku bingung bagaimana mengatakannya--tapi mereka bukan manusia," kata gadis itu, sambil menatap sweter Reid yang entah mengapa jadi sangat menarik. "Bibiku bilang mereka disebut Apsychos."

"Cukup tidak masuk akal, tapi, apa itu yang kulihat di gang?"

Reagan mengingat-ingat, "Ya."

Reid membenarkan posisi duduknya. Otaknya berpikir, sementara mulutnya kembali menyuarakan pertanyaan. "Kenapa kalian dikejar?"

"Aku tidak tahu."

Keheningan panjang mengikuti kalimat itu. Mereka sibuk berdiam diri, bergulat dengan pikiran masing-masing.

Reid tersadar dari lamunannya saat melihat palang di sisi jalan. "Perbatasan sebentar lagi," katanya sambil menepuk bahu Reagan.

Menganggukkan kepala, Reagan memasukkan ponselnya ke saku celana dengan perasaan khawatir. Penglihatannya beberapa saat lalu tidak mungkin salah. Kalau teriakan di gang hanyalah sebuah jebakan. Itu berarti Leicah masih ada di luar sana. Ketakutan. Dan bagaimana dengan Roisin?

The Immortal Heirloom: DarkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang