Selama ini mereka ada, kita hanya terlalu buta untuk menyadarinya.
·§·
Mata yang seterang langit senja itu menatap Reagan lama. Memang tidak menilai dari ujung kaki sampai pucuk rambut, tapi gadis pirang itu tetap gugup. Pasalnya, baru kali ini ia berhadapan dengan makhluk aneh yang menawan seperti itu. Dan ditatap oleh lawan bicara selalu membuatnya gugup sendiri.
Reagan memberanikan diri menatap sosok di depannya. Sepintas sosoknya terlihat seperti manusia. Normal. Tidak ada ekor atau sayap. Tidak seperti makhluk-makhluk fantasi yang kadang Reagan temukan di novel atau dia perkirakan begitu. Meski begitu, di sisi lain Casthearer--begitu Azel menyebutnya--ini tidak terlihat manusiawi sama sekali dengan fisiknya yang terlalu sempurna.
Reagan menggeleng. Pusing karena pemikirannya sendiri.
"Maaf," akhirnya Reagan bicara. Dan selama setengah detik yang cepat ia menyadari mata Casthearer yang memang belum lepas memandangnya berkilat tertarik. "Apa dia--" Reagan ragu. Ia mendekat pada Azel dan berbisik, "Apa dia manusia?"
Pertanyaan konyol memang. Jadi Reagan tidak heran ketika mendengar tawa tertahan dari Azel maupun Reid.
Lalu suara Casthearer yang mengalun merdu mengalihkannya. "Tidak, Reagan. Fisik kami memang mirip seperti manusia, tapi jelas ada perbedaan."
Reagan terpaku sesaat. "Kau tahu namaku?"
Bibir tipisnya membuat lengkungan senyum. Reagan merasa makhluk di depannya ingin mengatakan sesuatu, tapi entah apa itu, ada yang membuatnya menahannya.
Kali ini Reagan terdiam lebih lama, tidak tahu harus merespon bagaimana. Tapi raut kebingungan tercetak jelas di wajahnya.
Reagan bahkan tidak bergerak saat Casthearer itu mengulurkan tangannya, lantas meraba dagu gadis pirang itu dan memejamkan mata sekejap.
Masih dengan senyuman, ia bertanya. "Mau ikut berkeliling denganku sebentar, Reagan?"
Sempat terdiam karena ragu, akhirnya Reagan memutuskan mengiyakan. Ia pikir tidak ada salahnya.
Casthearer itu menuntun Reagan melewati lorong luas yang memiliki banyak cahaya menggantung di langit-langitnya. Cahaya-cahaya itu memiliki berbagai warna. Indah sekali. Jangan lupakan dinding di sekitarnya yang memantulkan cahaya itu. Seolah ada keramaian kota dari kejauhan yang terlukis di sana.
Reagan terlampau takjub--matanya tidak berkedip dan mulutnya terus terbuka menggumam--hingga tidak mendengarkan apa saja yang Casthearer itu katakan. Ia bahkan tidak sadar makhluk itu kini sudah berhenti berjalan.
"Kau terlalu terpesona, eh?" Casthearer itu bertanya, sejujurnya terdengar seperti sedang mengejek di telinga Reagan.
Gadis pirang itu mengerjap. "Eh, maaf, um--"
"Kau bisa memanggilku Ceaile," kali ini ia tersenyum geli. "Panggil aku Ceaile." Terdengar seperti sea-il.
"Baiklah, um, Ceaile," Reagan mengernyit, sedikit kesulitan.
"Dan ini adalah tempat kesukaanku," ia berkata sambil mendorong tangannya, membuka pintu ganda yang mengarah ke balkon yang kemudian memampangkan sebuah pemandangan.
"Wah," kali ini Reagan menggumam tanpa sadar. "Apa itu?" tanya pelan. Bagian kecil dalam dirinya merasa ragu untuk bertanya, tidak tahu karena apa.
Ceaile mengikuti arah pandangnya dan mendekati pembatas balkon. Hal itu membuat Reagan mengikutinya. Dan saat tangannya menyentuh pagar pembatas, cahaya hijau muda berpendar di sekitarnya. Gadis itu juga merasakan tangannya tidak bisa keluar lebih jauh. Lalu ia sadar bahwa ada pelindung serupa tembok tak kasat mata di depannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/59192244-288-k249434.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Immortal Heirloom: Darker
FantasiaSetelah terjadi penyerangan di Tempat Perlindungan mereka, para Pelampau Batas--orang-orang yang memiliki kemampuan melebihi manusia biasa--yang tersisa dengan terpaksa harus kembali bertahan hidup di dunia yang sama dengan manusia biasa. Dunia di m...