Hidup adalah perjuangan berlanjut. Melelahkan memang, tapi setidaknya itu hal yang benar.
·§·
"Apa kau kenal Roisin dan James Hale? Atau mungkin Leicah Hale? Mereka saudara dari ayahku. Mereka juga Pelampau Batas."
Pertanyaan yang baru saja Reagan ucapkan berhasil memecakan keheningan mencanggungkan yang melingkupi mereka berdua.
"Tidak tahu," Seth menjawab beberapa saat kemudian, tanpa menoleh pada lawan bicaranya. "Aku lupa kalaupun aku pernah dengar nama-nama itu. Sudah lama sekali sejak aku bertemu Pelampau Batas yang lain. Kau tahu 'kan, Pelampau Batas yang selamat jarang ada yang menetap untuk waktu lama di satu daerah."
Reagan terdiam cukup lama. Kepala gadis itu penuh dengan pertanyaan-pertanyaan seputar keluarga kecilnya itu, hingga tak terasa matanya memanas. "Kenapa Paman dan Bibi tidak memberitahuku hal ini?"
Seth menoleh untuk melihat air muka gadis itu yang mengeras, seperti hendak marah, tetapi air mata terlihat menggantung penuh di pelupuk matanya.
"Kenapa mereka membohongiku?" gadis pirang itu membersitkan hidung, dan berusaha menghilangkan air mata di pelupuknya dengan berkedip-kedip.
"Menurutku itu masuk akal."
Sebuah kalimat yang meluncur mulus dari bibir Seth mengejutkannya. Bagaimana tidak? Ia baru saja diberitahu bahwa berbohong pada seseorang selama belasan tahun itu benar.
"Aku tidak heran dengan itu. Jadi Pelampau Batas itu melelahkan. Apalagi mereka punya tanggungjawab besar padamu karena kau seorang Penjaga. Aku juga berpikir jadi manusia biasa itu lebih menyenangkan. Kekanak-kanakan memang, tapi di saat tertekan, pemikiran untuk 'mencoba-hidup-baru' itu yang terasa paling asyik," jelas Seth panjang lebar. Reagan sampai bersumpah, itu adalah kalimat terpanjang Seth, atau mungkin, seorang cowok yang pernah diajaknya bicara.
Sementara Reagan masih meresapi itu semua, Seth melanjutkan, "Aku sendiri kadang berharap bebas--nggak diburu, tidak harus repot menutupi identitas ataupun pindah-pindah."
"Pindah-pindah," Reagan menggumam, bersaamaan dengan sesuatu yang menyentaknya dalam kepalanya. "Jadi itu alasannya? Itu alasannya kami sering pindah-pindah rumah?"
"Ya," meski perkataan Reagan ambigu, Seth masih bisa menangkap apa yang gadis itu maksud. "Itu juga yang menyebabkan kami sulit mencari Penjaga yang lain."
"Lalu," Reagan menyelipkan rambutnya yang tertiup angin, menggangu sekali. "Bagaimana kau tahu aku tidak membawa benda pusaka?"
Seth diam sejenak. "Hanya menebak. Tapi aku bisa tahu tebakanku benar karena," dia menggaruk kepalanya yang Reagan yakin tidak gatal, "yah, kau tampak berbeda saja."
Salah satu alis Reagan terangkat. Sungguh? Semudah itukah untuk tahu bahwa dia menghilangkan--membuang--benda yang harusnya ia jaga itu?
"Berdoa saja benda itu aman. Apa kau nggak bisa merasakan ada di mana benda itu? Sama sekali?"
Reagan menggeleng.
Seth mengangguk-angguk sendiri, seperti berhasil menemukan sesuatu yang brilian. "Arthfael mungkin benar, kepekaanmu jadi berkurang karena nggak dilatih."
"Mungkin," gumam Reagan sambil mengangkat bahu. "Aku bahkan tidak tau aku pernah punya kemampuan apapun."
"Ini sudah cukup malam. Harusnya kita istirahat, karena secepatnya kita harus menemukan benda pusakamu," kata Seth, sambil mendorong bahu Reagan menuju pintu balkon.
![](https://img.wattpad.com/cover/59192244-288-k249434.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Immortal Heirloom: Darker
FantasiSetelah terjadi penyerangan di Tempat Perlindungan mereka, para Pelampau Batas--orang-orang yang memiliki kemampuan melebihi manusia biasa--yang tersisa dengan terpaksa harus kembali bertahan hidup di dunia yang sama dengan manusia biasa. Dunia di m...