23

218 12 0
                                    

Pagi ini cahaya mentari mampu menembus kaca mobil. Menghangatkan suasana pagi ini yang sebetulnya mendung bagiku. Baru kemarin wanita yang aku sayang pergi meninggalkanku. Hari ini? Kedua orang tuaku pergi meninggalkanku. Maksud dari pergi tuh bukan ke alam lain yah, mereka masih bisa bertemu denganku kok. Hari ini, aku dan kedua saudaraku akan pergi ke bandara. Mengantarkan kedua orang yang kami sayang ke tempat yang mereka tuju. Urusan bisnis.

"Arka, Bevan, Carla, mama sama papa pergi ya." Pamit mama dan papa kepada aku dan juga kedua saudara kandungku. "Jaga diri kalian ya." Sambung mama.

"Bang Arka, papa nitip adik – adik kamu ya. Kalau ada keperluan apa – apa bilang aja sama tante Via." Ucap papa.

Papa menepuk punggungku. Mama memelukku. Lalu bergantian kepada kedua anaknya yang lain.

"Mama, jangan lama – lama ya perginya." Seru Carla sambil memeluk mama erat.

"Oia Van, salam buat Keiko ya." Ucap mama dan papa sebelum pergi.

Kemudian terdengar dengan jelas pemberitahuan pesawat berangkat yang memisahkan kami. Mama dan papa berjalan pergi menjauh meninggalkan sisa bayang – bayang punggungnya yang kemudian hilang ditelan kejauhan.

***

"Van, Keiko mana? Tumben amat lu gak ngajak itu anak." Tanya Bang Arka saat kami telah sampai dimobil.

"Iya nih Ko, kangen Ka Keiko nih." Seru Carla.

"Biasa." Jawabku.

"Lagi ribut?" Tanya Bang Arka.

"Hmm." Jawabku lagi. Lalu aku menceritakan semuanya kepada Bang Arka. Bang Arka terkekeh geli mendengar ceritaku.

"Salah lu juga sih. Kalau salah paham beneran gimana?" Tanyanya.

"Terlanjur Bang." Ucapku.

"Van, harusnya lu denger dulu penjelasan mereka. Bisa aja kan hipotesa lu tuh salah?"

Aku terdiam.

"Van, mau sampe kapan lu begini? Lu pikir diem – dieman gini enak?"

Aku berpikir. Ya, Bang Arka benar. Aku lebih baik jika harus beradu argumen dan membuatnya marah daripada aku harus berperang dingin dengannya. Ini hanya akan terus menyiksaku. Menyiksa batinku.

"Udah lah Van, jangan kayak anak kecil. Kasian Keiko nya juga. Kalau nanti dia mikirnya lu udah moveon gimana coba? Ribet kan? Lagian gua belom denger tuh kalian berdua jadian. So? Harusnya lo tau dong Van, Keiko bebas deket sama siapa aja, karena lo belom punya hak buat ngatur ataupun ngelarang dia." Lanjut Bang Arka.

***

*Fallen prov*

"Jelasin semuanya ke Bevan. Lo gak bisa gini terus. Mau sampai kapan Len? Jangan jadi pengecut." Jelas Nicka.

"Cepat atau lambat gua bakal beresin semuanya." Tuturku.

"Len, lo mau kehilangan orang yang jelas – jelas sahabat lo?" Tanya Nicka.

Aku terdiam.

"Oke. Gua bakal ngomong sekarang. Gua cabut Nick." Pamitku.

Aku berjalan menuju taman dekat rumah Keiko. Tempat dimana Bevan berada. Karena hari ini Bevan tidak masuk sekolah. Kulihat lelaki bertubuh jangkung itu sedang memainkan ponselnya.

"Van." Panggilku.

"Mau apa lagi lo?" Tanya Bevan.

"Gua gak bisa bilang kalau perasaan gua ke Keiko itu bohong. Tapi jujur Van, gua gak ada maksud rebut dia dari lo." Jelasku.

"Oh gitu? Lo bebas deketin Keiko sekarang. Gua bukan siapa – siapanya." Tegas Bevan.

"Jangan kayak anak kecil gini Van, gara – gara satu perempuan kita ribut."

"Trus lo maunya gimana? Bertingkah seakan gak kejadian apa – apa? Cih, gua gak munafik." Balas Bevan.

"Gua minta maaf Van. Kalau lo marah sama gua pukul gua sekarang Van, jangan kayak banci yang cuman diem – dieman." Ucapku.

BUG. Tinju Bevan tepat mengenai pipiku. Aku mulai tersenyum miring.

BUG. Kali ini tinju melayang tepat dihidungku.

Tak lama baik wajahku dan wajah Bevan sudah dipenuhi lebam dimana - mana.

"Maafin gua Van." Ucapku kepadanya.

Bevan mengangguk lalu menepuk pundakku.

***

*Bevan prov*

"Dari mana lo?" Tanya Bang Arka saat aku memasuki rumah.

"Muka udah kayak apaan tau, ribut lo?" Sambung Bang Arka.

"Tawuran." Jawabku lalu berlalu masuk ke dalam kamar.

"BEVANNN!!!" Teriak Bang Arka. Aku tak peduli akan omelannya, lagian siapa juga yang tawuran. Dasar lebay.

Memang benar, memaafkan akan membuat hati menjadi lega. Meski memaafkan bukan berarti melupakan tetapi itu cukup untuk berdamai.

Kulirik meja yang terletak disamping kasurku. Terdapat sebuah foto yang cukup menarik perhatianku. Foto yang dibingkai dengan figura berwarna hitam menambah kesan keindahannya. Terdapat dua orang didalam foto tersebut. Seorang wanita yang sedang tersenyum manis dan lelaki yang menggunakan jaket. Aku rindu wanita itu dan ingin memeluknya lagi.

Aku kangen kamu Kei. 

Something Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang