3

477 21 0
                                    

Hari Minggu. Hari yang ditunggu oleh setiap orang tetapi tidak untuk hari setelahnya. Hari Minggu, seperti biasanya aku akan pergi ke taman. Menghabiskan bacaan novel sambil duduk di ayunannya menjadi aktifitas favourite untuk mengisi sore hariku.

Tubuhku terduduk dibangku ayunan berwarna hijau favourite ku. Tanganku memegang sebuah novel yang belum sempat kuhabiskan bacaan didalamnya. Disini hening, persis seperti dugaanku. Keadaan yang entah mengapa membuatku merasa nyaman atau mungkin tenang. Jangan tanya mengapa aku sendirian ke sini. Jawabannya sudah pasti, bukan bukan bukan karena status single ku namun, aku adalah anak tunggal. Tapi, statusku juga menjadi alasannya sendiri. Okay back to topik.

"Keiko? Ngapain disini?" suara Fallen. Ya, dia cukup membuatku terkejut.

"Fa.. Fallen?" tunggu, sejak kapan aku gugup?

"Yeh, ditanya juga." Serunya sambil duduk dibangku ayunan disebelahku.

"Eh..eh iya rutinitas Len." Seruku sambil mengangkat novel yang sedari tadi kupengang. Fallen hanya ber'oh'ria. Setelah itu, hanya tercipta keheningan antara kami. Tak ada satupun dari kami yang membuka pembicaraan.

Entah mengapa dan sejak kapan, rasanya Fallen selalu bisa menarik perhatianku. Dia selalu terlihat menarik dimataku dan dia cukup membuat ku gugup.

"Sendirian aja ko?" Fallen kembali membuyarkan lamunanku.

"Menurut lo?" kataku.

"Iya hehe, gua temenin lo ya? Boleh kan?" suara Fallen terdengar lembut.

Oh Tuhan tolong jantung ini. Rasanya pipiku memanas, warnanya mungkin memerah. Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan Fallen.

"Eh, gaboleh ya? Yah padahal gua pengen temenin lo, sekali – kali kan." Suara Fallen terdengar lembut lagi.

"Eh boleh kok Len, lo ngapain emang kesini? Rumah lo deket sini juga?" Duh tunggu kenapa ini mulut nyerocos banget sih.

"Ha? Enggak, rumah sodara gua deket sini, trus katanya ada taman bagus dideket rumahnya jadi ya gua kesini. Kalau lo? Rumah lo deket sini ya?" Jawab Fallen.

"Iya, lo kok... tau?"

"Bevan pernah cerita"

DEG. Bevan lagi. Kapan sih hidup aku sehari aja gak ada nama dianya. Betein.

***

Selepas mengobrol dengan Fallen, aku pamit pulang dan berujung diantar olehnya, walaupun hanya dengan berjalan kaki tapi rasanya itupun sudah cukup.

"Aku pulanggg.." teriakku sesampainya dirumah.

Tak ada sahutan. Sedang pergi mungkin. Duh ngapain ya? Bosennn. Tiba – tiba saja muncul ide dikepalaku. Mungkin jika difilm-film akan muncul bohlam dengan sinarnya diatas kepalaku. Telepon Dira atau mungkin skype. Buru – buru aku mengirimi Dira pesan agar dia on skype. Tak lama kami berdua telah asyik bercerita lewat skype.

"SERIUS? DEMI APA?" jerit Dira diseberang sana, membuat aku harus melepas kedua earphone dari telingaku.

"Duh Dir, kuping gue." ujarku sambil sesekali mengusap kedua telingaku yang memerah akibat teriakannya. Dira hanya nyengir gajelas.

"Yakan gua exited Ko, lagian kok bisa ya Bevan cerita gitu, dia tau dari mana coba?" ucap Dira dengan muka berpikir khas nya.

Eh tunggu, Dira benar. Bevan ngapain cerita tentang aku ke Fallen? Lagian dia tau dari mana alamat rumahku? Aku kan gak pernah ngajak dia kerumah, ngasih liat alamat aja boro – boro. Bevan memang aneh.

Something Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang