8

321 16 1
                                    


Tanpa aku sadar hari demi hari berlalu. Sekarang, aku dan Bevan jarang untuk bertengkar. Aku juga telah mentraktirnya soto mie kantin yang membuat Dira dan Fallen protes karena hanya Bevan yang aku traktir.

Bel istirahat berbunyi, membuat murid – murid berhamburan ke kantin sekolah, tidak terkecuali aku dan Dira.

Selepas dari kantin aku dan Dira memutuskan untuk masuk ke kelas, apalagi kalau bukan untuk mengerjakan tugas. Sesampainya dikoridor kelas, tidak seperti biasanya koridor sangat ramai.

'Berjuta rasa – rasa yang tak mampu diungkapkan kata – kata

Dengan beribu cara – cara kau slalu membuatku bahagia

Kau adalah alasan dan jawaban atas semua pertanyaan

Yang benar – benar kuinginkan

Hanyalah kau untuk slalu di sini, ada untukku'

Suara itu. Suara yang tak asing kepunyaan cowok itu. Akankah keramaian ini berasal darinya? Apakah sekarang waktunya?

"Liat yuk Dir" ucapku sambil menarik lengan Dira secara paksa menebus kerumunan orang yang membentuk lingkaran dan menyisakan dua orang insan ditengah lingkaran.

'Maukah kau tuk menjadi pilihanku

Menjadi yang terakhir dalam hidupku

Maukah kau tuk menjadi yang pertama

Yang slalu ada disaat pagi ku membuka mata'

Suara cowok itu kembali terdengar. Yang cewek hanya tersipu malu. Dua insan itu orang yang aku kenal. Wanya dan Fallen.

Aku tak sanggup melihat mereka. Tubuhku bergetar dan mataku sudah mulai berkaca – kaca. Aku mundur secara teratur kebelakang dan mulai berlari memasuki kelas. Dira yang sadar akan tingkahku ikut mengejarku. Beruntungnya kelas kami sedang sepi, hanya ada aku dan Dira. Dira memelukku, mengelus punggungku. Memberikan ketenangan yang ia miliki.

"Gue mau pulang Dir.." seruku lirih.

Dira melepas pelukan kami lalu, mengemasi barang – barangku.

"Ayo, gua izinin lu ke guru piket, gua gak mau lu malah keliatan sedih depan banyak orang" Dira berkata selembut mungkin.

Aku menggendong ransel pinkku lalu berjalan menelusuri lapangan menuju gerbang sekolah. Tanpa ku sadar seseorang sedang memperhatikan kami. Setelah sampai dimeja piket, Dira kemudian memberikan alasan bahwa aku tiba – tiba sakit perut (alasan wanita). Tak lama aku diperbolehkan pulang namun, Dira tidak diperbolehkan mengantarku jadi ia hanya mengantarku hingga gerbang sekolah.

"Take care, jangan nangis lagi." seru Dira saat aku sudah melewati gerbang sekolah.

Tak lama aku berjalan dering ponsel ku berbunyi menandakan satu pesan masuk ke ponselku. Aku segera membaca pesan itu.

Bevan Adriano : LU DIMANA?

Aku pun segera mengetik balasannya.

Keiko Arsyana : jalan, mau balik.

Ponsel ku kemudian berbunyi dengan nada yang berbeda. Panggilan masuk. Dari Bevan. Mataku melotot saat melihat namanya dilayar ponselku. Tidak seperti biasanya dia menelponku. Aku segera menjawab panggilan darinya.

"Halo?" ucapku

"Lu dimana sih seberenya?" Bevan berbicara setengah berteriak.

"Dibilangin gua dijalan mau balik. Kenapa sih?"

Something Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang