2

672 27 1
                                    

"Keikoooo, bagi contekan pr dong ya ko ya? Baik deh." Dira merayuku seperti biasa jika pekerjaan rumahnya belum selesai atau dia ga ngerti lagi alias mentok.

"Iye bawel nih ah." Ujarku yang disusul dengan lekukan garis keatas diwajah cewe berkuncir satu itu.

Tak lama bel masuk tanda pelajaran akan segera dimulai berbunyi. Membuat kelas yang tadinya berantakan menjadi rapi seketika dan menyisakan hening yang tercipta antara kami. Tanpa sadar aku melirik dimana bangku duo bad boys terletak. Hanya ada Fallen disana, artinya kursi disebelahnya belum terisi oleh yang punyanya. Kosong. Bevan belum juga hadir. Tapi hal ini tentunya menjadi pemandangan yang sangat wajar bagi siswa kelas XII IPA 2. Tanpa sadar pelajaran biologi sudah berlangsung selama 5 menit.

"BEVAN ADRIANO, TELAT LAGI TELAT LAGI, SUDAH BERAPA KALI KAMU TELAT HA?" suara Pa Karim memecah keheningan yang tercipta diantara kelas kami. Dan Bevan, seperti biasa baru datang dan mukanya terlihat ...... tenang? Bisa ya udah telat muka so polos, dasar bad boys.

"Eh bapak, yaampun pak masih pagi jangan marah – marah ntar cepet tua loh pak." Ujar Bevan santai.

"Kamu ini udah telat malah nyeramahin saya, sudah sana cepat lari keliling lapangan 10 kali!" perintah Pa Karim.

"Itung – itung saya olahraga, siap pak." Bevan tetap santai dan tenang.

Mataku terus memperhatikan gerak – geriknya hingga punggungnya hilang dibalik pintu kelas.

Tak lama pelajaran biologi selesai. Bevan? Dia telah kembali ke kelas 5 menit setelah ia dihukum.

"Gila lo van, pelajaran Pa Karim masih aja berani telat." Suara Fallen kini terdengar ditelingaku. Yang diajak bicara malah terkekeh geli.

"Anak curut, woi anak curut" kini suara Bevan yang terdengar. Dia seperti memanggil seseorang.

"Ih si curut ga sadar gua panggil, heh orang Jepang kesasar!"

Tuh kan manggil aku ini mah namanya. Bodo ah, lagian suruh siapa manggil gak jelas, gua kan punya nama.

"KEIKO" kini Bevan berteriak kencang.

Aku hanya menengok ke arahnya dengan pandangan seolah bertanya 'apa?'. Bevan hanya tekekeh geli melihatku. Dasar gajelas. Aku kembali memusatkan perhatianku kepada buku dihadapanku sesekali menengok ke arah Dira yang sedang menonton video Korea kesukaannya. Baru saja perhatian ku terpusat pada buku, suara Bevan kembali mengisi indera pendengaranku. Ia memanggilku lagi. Jelas aku tak akan tertipu untuk yang kedua kali olehnya. Jadi, aku tidak menggubrisinya.

TUK. Kembali benda persegi panjang itu melayang dan mendarat tepat dikepalaku lagi. Ini mah siapa lagi kalau bukan Bevan si bad boys alay.

"BEVAN! Bisa gak sih sekali gak usah gangguin gue? Rusuh banget sih!" kali ini suaraku, membentaknya.

"Kepala lo abisnya enak dijadiin sasaran empuk lemparan gue sih." Bevan tengil.

"Eh lo berdua rebut mulu, pusing nih gue." Kali ini Dira ikut bersuara.

"Iya udahlah udah, lagian kasian kepala si Keiko ntar benjol malah gak bisa lu jadiin sasaran lagi." seru Fallen menengahi.

Dari dulu Fallen memang baik. Aku heran kenapa dia bisa bersahabat dengan cowok super duper tengil kayak Bevan. Bevan Fallen tuh berbanding terbalik. Yang satu baiknya kebangetan, yang satu lagi? lah gak usah ditanya deh itu mah.

Something Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang