5

348 16 0
                                    

Free class. 5 menit yang lalu, guru piket masuk ke kelas memberi kabar bahwa guru yang seharusnya mengajar tidak masuk karena sakit. Kabar tersebut membuat kehebohan yang tercipta dikelas kami. Sorak sorai memadati ruangan kelas ini. Beberapa anak sudah mulai sibuk dengan aktifitas pribadinya masing – masing. Ada yang mulai sibuk dengan ponselnya, entah apa yang dilakukannya. Beberapa anak bahkan keluar untuk menghabiskan waktu dikantin sekolah. Tak jarang pula beberapa anak mulai beristirahat atau memejamkan matanya, mungkin lelah karena semalam tidak tidur dengan nyenyak.

"Dir" aku mulai menyenggol bahunya. Tak ada jawaban.

"Dirr" seruku mulai tak sabar. Dira hanya menengok ke arahku seakan bertanya 'apa?'

"Koperasi bentar yu, pengen beli tahu goreng sama teh kotak hehe" aku mulai menunjukan puppy eyes andalanku. Dira hanya mengangguk lalu menarikku keluar kelas. Aku tau perempuan itu tidak akan tega membiarkan temannya ini jalan sendirian ke koperasi.

"Mba, air mineralnya dibayarin Keiko ya" ucap anak lelaki saat aku dan Dira baru saja memijakan kaki dikoperasi.

"Dih apa – apaan, yang ada tuh lo yang bayarin gue." Lawanku.

"Heh anak curut, sekali – kali kek lo baik sama gue." Bevan mulai meledekku.

"Dir tuh kan diledekin lagi, tolongin dong dir" ucapku pada Dira.

"Dih ngadu dia, cupu" Bevan mulai tersenyum miring membuat para gadis yang melihatnya akan terpesona pada parasnya. Sayangnya, aku tak terpengaruh sedikitpun pada hal itu. Fallen hanya terkekeh melihat kelakuan kami. Duh manisnya.

Tak lama kemudian aku dan Dira telah kembali ke kelas setelah membayar jajananku tentunya.

"Ko, main TOD yu? Bosen nih" Dira mulai bosan rupanya.

"Duh Dir, lo mau tau apaan lagi dari gue? Kan gue pasti cerita ke lo kalo ada masalah atau something gitu." Ucapku polos.

"Eh Bevan, Fallen, sini main TOD bareng gue sama Keiko" pernyataan ini sontak membuat mataku terbelalak, huntung saja bola mataku tidak keluar.

Fallen dan Bevan saling melempar pandang. Aku jadi curiga. Tak lama keduanya mengembangkan senyum khas mereka. Lalu, mereka berjalan menghampiri tempat dimana aku dan Dira berada. Artinya mereka setuju akan ajakan Dira. Duh mati aku mati, kalau mereka nanya yang aneh – aneh nanti gimana coba? Aku harus jawab apa? Duh Dira, rasanya pengen aku cekek.

"Yu main!" seru Fallen bersemangat.

Dira mulai menjelaskan peraturan. Hal yang menyangkut urusan pribadi kami tidak boleh ditanyakan. Huh huntung Dira peka. Dira kemudian mulai memutar pensil dihadapan kami. DEG. Ujung pensil mulai bergerak melambat. Tak lama berhenti tepat dihadapan Fallen. Cowo itu hanya terkekeh sembari menjawab "T".

"Lagi deket sama siapa Len?" ucapku spontan membuat Bevan dan Dira menautkan kedua alisnya, curiga. Namun, keduanya juga ikut memandang Fallen dengan wajah penasaran.

"Hmmm siapa ya?" seru Fallen membuat kami bertiga penasaran. Kemudian, Fallen memandang Bevan seolah Bevan tau akan hal itu.

"OH GUA TAU DEH INI MAH" Bevan berteriak.

"Siapa van?" kini Dira ikut penasaran.

"Siapa lagi lah kalau bukan Wanya" JEGER. Wanya perempuan kelas sebelah ternyata. Wanya temanku. Yah, walaupun aku tau kami tak begitu dekat. Tapi, setidaknya kami saling mengenal, kami berteman. Dira memandangku. Aku hanya memberikan pandang seakan aku tidak apa – apa. Aku yakin aku kuat. Bevan yang sadar akan hal itu memandangku dengan pandangan seolah meminta maaf. Aku yang tak ingin membuat Fallen curiga, hanya ber'oh'ria dan kemudian bertanya "Sejak kapan Len?" suaraku terdengar mulai parau. Tuhan tolong kuatkan aku.

"Yah belom lama sih, doain gua cepet taken ya." Suara tegas Fallen kini terdengar ditelingaku.

"Yeh kucrut, bilang aja lu pengen taken juga" Bevan tengil kini mulai bersuara lagi. Sepertinya ia berusaha memecahkan suasana yang mulai tak lagi asik.

"Yah kan Bevan baper nih si Keiko." Dira yang sedaritadi bungkam kini mulai berbicara.

"Alah Bevan mah bilang aja kodein si Keiko." Fallen yang kini berbicara.

"Ih apaan sih" suara ku menyatu dengan suara Bevan, membuat Dira dan Fallen bertukar pandang dan pastinya mereka ak-

"TUH KAN BARENGAN NGOMONGNYA." Dira berteriak.

an. Pasti kan bener. Hm sudah kuduga.

"Gak ya itu kebetulan" tanpa sadar kami berucap berbarengan lagi.

"Ah udah fix ini mah mereka Dir" Fallen mulai ikut meledek kami.

Tanpa sadar pipi Bevan memerah. Dan satu hal yang ku ketahui saat ini, seorang cowo nyatanya bisa blushing juga.

Permainan kembali kami lanjutkan dengan penuh keceriaan. Jogetan Bevan yang tidak tau malu membuat kami tertawa terpingkal – pingkal. Fallen pun tertawa sampai perutnya sakit. Rasanya hanya melihatnya bahagia, itu sudah lebih dari cukup.

Something Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang