6

303 14 0
                                    

*Bevan prov*

Dug. Dug. Dug.

Bunyi pantulan bola basket terdengar jelas ke telingaku. Olahraga adalah bidang yang paling bisa aku kuasai dengan mudah. Aku bisa karena sudah jelas aku mencintainya. Aku terus memantulkan bola basket dan mencoba untuk menshootnya. Dan voila! Bola itu masuk dengan sempurna ke dalam ring. Tanpa sadar senyumku mengembang.

Bola ku jatuh dan menggelinding cukup jauh. Bola itu berhenti tepat saat mengenai sepatu seseorang, yang ku tau itu sepatu seorang wanita. Keiko, itu sepatu wanita itu. Ia mengambil bola berwarna orange itu. Melempar pandangan ke arah sekitar dan mata kami bertemu. Mata hitam miliknya menatap lurus ke arah ku. Tatapannya sejuk, membuat siapa pun yang ditatap olehnya akan merasakan ketenangan dan kenyamanan. Ia berjalan mendekatiku sambil mendrible bola orange itu.

DUG. Bola orange itu sekarang sudah tepat mengenai kepalaku. Yang melempar hanya tertawa tebahak – bahak. Puas.

"Abis ngeliatin gua nya gitu banget, rese" Keiko memberikan penjelasan.

"Kok belum pulang lo?" yah kan kenapa aku malah nanyain hal ini kan salah deh.

"Tumben nanyain, perhatian amat maz." Keiko berucap santai tanpa tau hatiku sudah meledak – ledak.

"Nanya doang." ucapku setenang mungkin.

"Hm.." ucapnya lagi. "Males balik, niatnya mau belajar nge shoot eh taunya ada lo." sambungnya sambil berjalan mencari posisi untuk duduk. Aku hanya mengikutinya dari belakang dan duduk disampingnya. Rasanya aneh, kami akur lagi.

"Lo sendiri ngapain belom balik?" kini ia yang bertanya.

"Latihan." ucapku. "Bulan depan ada lomba" sambungku, meski ku tau dia tidak bertanya dan sepertinya tidak ingin tau. Namun, dia hanya ber'oh'ria. Keadaan kembali hening hingga

"Gue duluan ya." Keiko bangkit dan mulai berjalan.

"Gue anter?" ucapku tanpa sadar membuat langkahnya terhenti dan ia menoleh ke arah ku.

"Gak usah, lo latihan aja." Ia menautkan kedua alisnya. Kemudian ia mulai membuka tasnya mengambil barang dan berucap "Oh iya, ini, kalo lo haus." Tangan mungilnya menjulur ke arahku. "Gak gue kasih racun kok, lagian masih baru" sambungnya.

Aku berjalan mendekatinya dan menerima air mineral itu. "Makasih." ucapku tulus. Dia hanya menunjukan tawanya yang manis dan kemudian berbalik, melangkah meninggalkanku. Mataku terus mengekori setiap pergerakannya hingga punggungnya hilang menjauh.

Aku memandang botol air mineral itu. Mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Menurutku membuatnya tertawa jauh lebih menyenangkan dibanding membuatnya cemberut atau kesal karena ulahku. Tanpa sadar aku menyukai tawa yang menghiasi wajahnya. Tanpa sadar mengingat kejadian itu membuatku tersenyum sendiri. Mungkin kah aku gila karena tersenyum sendiri?

***

*Fallen prov*

Wanya. Wanita itu sedang berbincang dengan teman satu ekskulnya. Sesekali ia tertawa. Cantik. Entah sejak kapan aku menyukainya dan mulai mendekatinya. Memikirkan Wanya membuatku ingat akan kejadian saat free class kemarin. Wajah Keiko keliatan tidak secerah biasanya. Aku penasaran apa yang terjadi padanya. Huntung kemarin Bevan bisa membuat suasana kembali normal dan wajah Keiko kembali cerah meskipun entah kenapa matanya menampakan sorot kesedihan.

Ah iya Bevan. Entah mengapa aku bisa menjadi sahabatnya. Mungkin karena Bevan supel(?). Cowok itu selalu saja popular disekolah. Aku juga sih. Ah ngapain ngomongin Bevan sih.

"Len main napa" suara Nicka, teman satu ekskulku membuyarkan lamunanku.

Sekolahku memang mewajibkan muridnya untuk mengikuti setidaknya satu eksul disekolah untuk bersosialisasi katanya. Aku lebih memilih untuk mengikuti ekskul olahraga seperti layaknya teman – teman cowokku yang lainnya. Bukan, aku bukan ekskul basket seperti Bevan, kami berbeda ekskul. Aku ikut ekskul futsal. Rasanya futsal lebih menarik daripada basket.

Tidak, bukan aku tidak bisa bermain basket, hanya saja futsal telah menarik perhatianku sedari aku kecil. Aku tidak seperti Bevan yang memiliki tingkat popular sangat jauh diatas rata – rata.

"Len, gila ngelamun mulu lo" Nicka lagi – lagi membuyarkan lamunanku.

"Eh iya iya bro" ucapku lalu berlari ke arah lapangan dan ikut bergabung bermain futsal.

Something Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang