18

213 13 0
                                    

*Keiko prov*

Jika Tuhan selalu menciptakan perbedaan pada setiap umatnya dan akan berujung saling melengkapi, akankah perbedaan aku dengannya juga akan berujung seperti itu?

Akankah pada akhirnya kami akan bersatu seperti kisah – kisah pada novel yang selalu ku baca?

Aah bagiku rasanya hanya dengan berada didekatnya setiap saat pun sudah sangat bahagia. Tetapi, jika pada akhirnya kami bersatu itu bonus namanya.

"Nih Kei." Seru Dira membuyarkan lamunanku sambil memberiku sebotol air mineral.

"Makasih Dir." Ucapku kepada Dira.

Saat ini, kami berada dilapangan sekolah lengkap dengan kaus olahraga. Kami, maksudku kelasku baru saja menyelesaikan latihan bola volly dan sekarang kami bersiap untuk tes.

"Gimana coba caranya? Gua kan gak bisa Dir." Seruku kepada Dira saat melihat anak lain begitu mudah melakukan serven.

"Santai Kei, pasti bisa kok." Seru Dira menyemangatiku.

Tak lama kemudian, guruku mulai memanggil nama muridnya satu persatu.

"Keiko Arsyana" seru guruku.

Aku segera bangkit dari dudukku dan berjalan ke lapangan. Aku mengambil bola yang diletakkan tak jauh dari tempatku berdiri.

"AYO KEI SEMANGAT! LO PASTI BISA!" teriak seseorang yang membuat semua orang langsung menoleh ke arahnya termasuk guru olahragaku yang menatapnya dan diriku sambil tersenyum.

Orang itu adalah Bevan. Ia menunjukan cengiran khasnya saat semua orang menatapnya termasuk aku. Aku hanya terkekeh geli.

Pritttttt...

Peluit dibunyikan dan DUG. Aku memukul bola tersebut. Bola tersebut melambung tinggi melewati net. Serven yang lumayan bagus untuk pemula sepertiku. Aku tersenyum puas.

Aku berjalan keluar lapangan lalu menghampiri Dira.

"Tuh kan gue bilang juga lo pasti bisa." Seru Dira.

Aku hanya tertawa pelan. Mataku mencari seseorang. Kemana dia? Yap Bevan. Sepertinya seusai aku memukul bola, ia pergi ke kelas. Tapi tunggu, dimana Fallen? Ah iya, dia pasti bersama Bevan.

"Kei, ke kelas yuk?" ajak Dira. Aku hanya mengangguk.

Jam olahraga telah usai. Aku dan kelasku diperbolehkan pulang. Memang begitu peraturannya, murid yang telah melakukan tes akan diperbolehkan pulang.

Saat berjalan menelusuri koridor, ponselku berbunyi menandakan terdapat satu pesan masuk. Aku segera membaca pesan itu.

Fallen Winata : Kei gua tunggu lu ditaman biasa kalau udah beres tes. Ada yang mau gua omongin.

"Siapa Kei? Bevan yaahhh?" ejek Dira.

"Fallen Dir." Jawabku sambil menunjukan pesan dilayar ponselku.

"Tumben amat ngajak ketemu." Ujar Dira. Aku hanya mengangkat kedua bahuku. Aku tidak tau.

***

Seusai pamit dari Dira, aku segera menuju taman dekat rumahku. Taman biasa.

Tampak seseorang sedang menempati ayunan biru yang biasa diduduki Bevan. Namun, aku tau orang itu bukanlah Bevan. Ia Fallen.

"Hei!" sapa Fallen begitu melihatku tiba ditaman.

"Ada apa Len?" ujarku tanpa basa – basi. Fallen Nampak sedikit tersentak akibat pertanyaanku.

"Ada yang mau gua omongin Kei, ini tentang perasaan gue." Jawab Fallen.

Aku duduk di ayunan hijau seperti biasa sambil mendengarkan apa yang hendak Fallen bicarakan.

"Gue.. gue.. gue sayang lo Kei." Ucap Fallen langsung pada intinya.

Seperti biasa, Fallen tak suka basa – basi. Pernyataan Fallen kali ini sukses membuatku lemas. Aku tak merasakan desiran hangat yang timbul. Perasaanku kali ini berbeda dengan apa yang aku rasakan saat Bevan menyatakan hal yang sama.

"Gue gak bisa nahan rasa ini terus – menerus Kei. Cepat atau lambat lo juga bakal tau semuanya kan?" sambung Fallen. Aku terdiam.

"Kei, gue minta maaf gue baru bisa bales perasaan lo sekarang."

"Lo telat Len." Ujarku.

"Gue tau Kei, gue tau perasaan lo udah gak sepenuhnya lagi buat gue. Gue tau lo udah sayang sama orang lain. Maafin gue Kei." Ucap Fallen lagi.

"Len, gue mau bilang makasih banget lo udah sayang sama gue. Gue juga sayang sama lo kok tapi, cuman sebagai temen Len, gak lebih." Jawabku.

"Kei, gue terlalu bodoh udah buat lo sia – sia dulu. Gu.. gue.."

"Perasaan seseorang datang tanpa bisa kita duga Len. Apalagi jatuh hati, jatuh hati tuh hak segala bangsa kali Len, semua orang berhak rasain hal itu. Tapi, kalau orang yang lo cintai udah gak cinta sama lo lagi, lo harus bisa terima itu dan lo gak bisa maksain orang itu buat cinta sama lo lagi Len." Ucapku memotong omongan Fallen dengan panjang lebar.

Sedetik kemudian, Fallen mendekapku dan aku hanya diam karena kaget Fallen akan mendekapku.

"Sekali aja Kei, gua minta maaf." Ucap Fallen saat ia memelukku.

"Ini yang lo bilang sahabat Len? Hah? Sahabat yang main dibelakang." Ucap seseorang yang sontak membuat Fallen melepas pelukannya.

"Lo juga Kei, gua pikir lo gak akan mainin gua. Gua sayang lo Kei, tapi apa? Lo malah manfaain rasa sayang gua ke lo cuman buat deketin sahabat gua? Iya gitu Kei? Hah?" Sambung Bevan.

"Gua pikir lo sahabat gua Len tapi, ternyata gua salah." Ujar Bevan sambil menyeringai sinis.

"Van gak gitu, lo salah paham Van." Ujar Fallen yang langsung bangkit berdiri menghadap Bevan.

"Halah busuk lo semua!" ujar Bevan sambil berlalu pergi meninggalkan aku dan Fallen.

Saat itu, untuk pertama kalinya bagiku taman bukanlah lagi menjadi tempat yang menyenangkan.

Padahal baru kemarin aku merasakan kedamaian bila aku berada disini. Tetapi, kedamaian yang aku rasakan begitu cepat menghilang dari kehidupanku.

Something Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang