"Acaranya besok. Bagaimana, Mione?"
Harry berat ketika menjelaskan pesta pernikahan anak buahnya di Kementerian dilaksanakan esok hari. Tentu saja, Harry tak akan datang sendiri, ia harus mengajak Hermione juga. Tapi bagaimana dengan Lily? Hermione tidak bisa membiarkan Lily pulang sendirian.
Bukan hanya Hermione, Harry pun begitu. "Lalu siapa yang akan menjemput Lily dari sekolah?" tanya Harry kebingungan.
Hermione menuangkan susu ke dalam gelas Harry, "Ron atau Lavender? Apa mereka juga diundang?"
"Tentu saja, Mione. Bahkan Ron satu tim dengan Steven—"
"Berangkatlah, Mom. Aku bisa naik bus,"
Lily Luna Potter. Turun dari lantai dua dengan seragam sekolahnya lengkap, mulai dari jas hitam dengan kemeja putih, dasi, rok hitam dengan garis merah serta sepatu dan kaus kaki putihnya. Sekolah Lily sangat ketat dalam peraturan penampilan. Ya, tidak susah bagi Lily untuk mengikuti peraturan itu, karena Lily sendiri cukup rapi dalam berpenampilan sehari-hari.
"Tidak masalah, kan?" ulang Lily di samping Hermione.
Sang ibu tiri tersenyum melihat kedewasaan di diri Lily mulai tumbuh. "Kalau begini, kau jauh lebih dewasa, sayang," kata Hermione sembari membetulkan kacamata Lily.
Sejak masuk ke sekolahnya yang baru, Lily sedikit merubah penampilannya. Salah satunya adalah kacamata. Bukan karena untuk bergaya, Lily benar-benar membutuhkannya untuk melihat. Harrylah yang pertama kali menyadari keanehan Lily saat melihat putrinya itu sibuk menulis deretan rumus fisika di buku tugasnya. Jarak antara Lily menulis dengan buku sangat dekat. Begitupula saat Harry tidak sengaja melihat tangan Lily sering mengucek matanya tiap ia selesai melihat layar laptop untuk mengerjakan tugas sekolahnya.
"Kayaknya Dad harus ajak kamu ke dokter mata, sayang. Dad takut kau seperti Dad," kata Harry.
Dan benar saja, minus 1 untuk mata kiri dan 0,75 untuk mata kanan, hasil pemeriksaan medis awal Lily. Harry hanya bisa lemas saat dokter mata yang memeriksa Lily menjelaskan jika salah satu faktornya adalah keturunan. Sangat jelas itu menurun dari siapa.
"Nanti juga kembali manjanya," ujar Harry langsung mendapat cubitan pelan dari Lily. Tawa mereka meledak saking senangnya menggoda Lily. Ya, Lily tetaplah Lily Luna yang manja.
Semakin hari Lily semakin nyaman dengan kehidupan barunya. Tanpa sihir, ternyata Lily tak begitu terpengaruh, tidak ada kesulitan baginya berbaur bersama banyak Muggle. Khususnya di sekolah, Lily terkenal pintar. Ia menyukai pelajaran sains, khususnya fisika. Menurut Lily, ilmu fisika seperti sihir. Ia bahkan bisa melakukan teknik-teknik yang digunakan para pesulap dengan teori ilmu fisika. Akibat kepandaian Lily ini, Harry sempat terkejut melihat Lily bisa memasukkan telur dalam botol berisi asap tanpa pecah. Harry mengira Lily bisa melakukan sihir, namun Harry kembali kecewa saat mengetahui itu hanyalah hasil percobaan fisika saja.
Banyak buku-buku tentang fisika Lily kumpulkan. Berkat bantuan Hermione pula, setiap harinya Lily tak jarang membawa satu buku fisika baru ke rumah. Entah meminjam dari perpustakaan ataupun membelinya sendiri.
Harry pun merasakan perubahan Lily itu. Putrinya lebih suka belajar. Mengikuti aktifitas di luar sekolah dan juga aktif dengan teknologi. Beberapa karya desain animasi sederhana telah Lily ciptakan. Keunikan dari sekolah Lily adalah sekolah yang mengutamakan pendidikan terknologi di dalamnya. Salah satu kewajiban bagi siswanya adalah bersahabat dengan teknologi. Itulah yang kini Lily lakukan. Ia lebih cekatan mengoperasikan komputer serta cakap menggunakan ponsel pintar.
Lily mengambil ranselnya siap berangkat, sementara Harry berjalan menuju meja sudut untuk mengambil kunci mobilnya untuk mengantar. "Dad yang antar?" tanya Lily terkejut melihat ayahnya yang memegang kunci mobil. "Biasanya, kan, Mom?" katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Would You Still Love Me the Same? (a Harmony fanfiction)
Fanfiction"Anak yang akan lahir itu akan menanggung kecerobohanmu!" Hermone membuat 'kesalahan besar' yang mengantarkannya bersatu dengan cinta sejatinya, Harry Potter. Mengantikan posisi Ginny di hati Harry dan ketiga anaknya. Dan kesalahan itu, Li...