11. Drop

1.1K 96 4
                                    

"Aaggghhh—"

"Bagaimana, Mione? Aku sudah bilang, kan, ambil saja bantalku. Tak apa,"

Pertengkaran kecil Harry dan Hermione masih belum usai. Akibat susah tidur, Hermione uring-uringan sejak mereka berdua masuk kamar. Hermione mengeluh sakit pada area pinggang hingga perut bagian bawahnya. Seharian ia hanya bisa duduk, berbaring miring, duduk tegak lagi, dan sesekali berjalan-jalan ringan.

Untuk mengurus Lily ia serahkan pada James dan Al yang tinggal beberapa hari saja di rumah sebelum kembali ke Hogwarts. Dua anak laki-laki itu sudah paham kondisi ibunya. Tapi, namanya juga Hermione, ia susah sekali dilarang. Meski tidak secara langsung membantu Lily yang belum bisa bergerak normal, pekerjaan rumah tetap ia kerjakan sendiri. Hermione merasa ia masih mampu kalau hanya sekadar memasak.

Akibatnya, siang saat Al ingin mengambil minum, ia mendapati ibunya terduduk di kursi dapur memegangi perutnya sambil menutup mata menahan sakit. Al yang panik langsung menghubungi Lavender agar datang ke rumah untuk melihat kondisi ibunya. Sebenarnya Al ingin membawa ibunya langsung ke rumah sakit, tapi Hermione menolak. Ia merasa hanya sakit ringan.

"Kau ini keras kepala, Mione. Aku bilang apa, istirahat! Ini pasti efek kram perutmu tadi siang," Harry bangkit dan mengambil dua bantal yang ia gunakan tidur. Tangannya menyibak selimat yang digunakan Hermione.

Hermione melirik apa yang sedang dilakukan Harry pada kakinya. "Kau mau apa, Harry? Jangan membuat semakin sakit!" protes Hermione. Matanya terbuka dan tertutup menahan sakit.

"Dulu Ginny menggunakan cara seperti ini untuk membantunya saat tidur," Harry mengangkat satu kaki Hermione yang sedang berposisi miring ke kiri, tepat menghadap Harry. Jadi, tentu saja Harry mengetahui bagaimana ekspresi tersiksanya istrinya ketika tidur.

Bantal yang Harry ambil lantas diletakkan di sela-sela paha istrinya. Pelan-pelan ia kemudian meletakkan kembali kaki Hermione di atas bantal itu. "Nyaman?" tanya Harry sangat dekat dengan wajahnya. Hermione tersenyum, 'kau tampan sekali, Harry,' batin Hermione malu-malu.

"Kau memang berpengalaman seperti bidan, Mr. Potter!" ujar Hermione menggoda. Jauh lebih nyaman saat ada bantal yang ia apit di antara pahanya. Cara Harry berhasil.

"Tapi ini masih terlalu kecil perlu tambahan bantal, perutmu besar sekali—"

"A-apa aku sebesar itu?" tanya Hermione disela-sela rintihannya.

Harry diam. Sepanjang ia menangani wanita hamil, pertanyaan dari istri yang menjurus pada bentuk tubuh adalah pertanyaan paling menyulitkan sepanjang sejarah hidup seorang pria. Termasuk Harry. Diamnya Harry berujung pada berpikir tentang dua hal, jujur atau berbohong.

Hermione menilik Harry dari posisinya sekarang tidur. Sedikit terhalang karena perutnya yang luar biasa besar. Tiga puluh minggu, bayi kembar. "Jujur saja, aku tak akan marah,"

Harry menghela napas panjang lantas menjawab, "ya," dengan singkat.

"Ya? Apanya?" koreksi Hermione.

"Kau,"

"Aku? Aku kenapa?"

"Besar—" jawab Harry menyesal.

"Ow,"

Cukup. Rentetan tentang masalah besar atau tidaknya Hermione sekarang berujung pada suara isakan kecil keluar dari mulut wanita terpandai di angkatannya itu. Harry makin menyesal telah mengatakannya. "Ow, please, kau memintaku jujur, kan, sayang," rayu Harry sambil memohon untuk Hermione berhenti terisak.

Would You Still Love Me the Same? (a Harmony fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang