Hermione mendengar ada seseorang yang mengajak Lily berbicara padanya. Suaranya kalem dan khas perempuan. Sedikit berat seperti wanita yang memang sudah berumur, tapi gaya bicaranya yang cukup cepat membuat Hermione menebak tamuanya memang suka sekali berbicara. Setelah mematikan kompornya, ia berniat untuk keluar dan mencari tahu siapa yang datang.
"Siapa yang datang, sayang? Kenapa tak kau suruh ma—"
"Oh hai, Granger! Ups, sorry, maksudku Mrs. Potter. Lancang sekali mulutku ini."
Sigap, kedua tangan Hermione melingkar di sekitar perutnya. Berusaha meredakan gerakan bayinya yang semakin terasa kuat. "Rita," panggilnya pelan.
"Lama tak jumpa. Terakhir kita bertemu kau masih langsing, tapi sekarang perutmu besar sekali. Aku masih ingat betapa lugunya kau dan Potter dulu. Tapi lihatlah sekarang, ohh," tunjuk Rita pada perut Hermione, "seorang Harry Potter memang luar biasa," katanya kagum.
Rita Skeeter datang dengan pakaian khas wanita pekerja. Rambut pirangnya tampak lebih kusam seiring bertambahnya usia. Badannya masih ramping meski kulitnya tak sekencang saat belasan tahun lalu. Tidak seperti biasanya, Rita datang sendirian. Tidak ada pena bulu yang terbang di sisi kepalanya. Ya, tentu saja ia datang sendiri. Rita sudah memikirkan bagaimana ia harus berpenampilan saat masuk ke kawasan Muggle.
Sedikit merubah penampilan, kacamata masa kini, blazer hijau dengan rok selutut membuat penampilannya sempurna. Rita mencondongkan tubuhnya lantas membelai pipi kiri Lily. "Kau kan kesulitan, biar aku bantu masuk," katanya sambil mendorong kursi roda Lily masuk. Tangan kanannya mengayun centil dan seketika itu juga pintu tertutup.
"Apa yang kau inginkan? Apa tak puas kau selalu mengejar-ngejar keluarga kami demi memenuhi kolom artikelmu?" Hermione mengambil alih kursi roda Lily menariknya agar menjauhi Rita.
Rita tersenyum. Wajahnya sampai memerah menahan tawanya. Kacamata lebarnya melorot. Sedikit tak terbiasa. "Tenangkan emosimu, Mrs. Potter. Tidak baik untuk bayimu," katanya. Sama sekali tidak menunjukkan rasa tak enak apalagi rasa bersalah. Rita meraih tangan Lily dan menggenggamnya.
"Publik sudah lama penasaran dengan keadaanmu yang sebenarnya, sweetheart. Ayah dan saudara-saudaramu tidak akan merasa tertekan lagi saat berada di tengah-tengah publik kalau kau mau lebih terbuka denganku sekarang," kata Rita menatap lekat mata coklat gelap kecil Lily. "Kacamatamu kotor, nak," lanjutnya sambil membersihkan lensa kacamata Lily dengan syalnya. Basa-basi kecil.
Rita bersikap layaknya tidak sedang terjadi masalah serius. Santai. "Lalu sekarang apa yang ingin kau perbuat dengan Lily? Kalau ingin wawancara, silakan saja. Kami siap me—"
"Ow, ya. Memang aku akan mewawancara," Rita berhenti latas membuka tas tangannya.
Pena bulu dan note spiral melayang keluar lantas berhenti tak jauh di belakang kepalanya. Terayun-ayun seperti digerakan oleh tangan seseorang. Pena itu menulis sendiri. "Tapi hanya dengan Lily," lanjutnya.
Hermione tidak mengerti dengan maksud Rita yang mengatakan 'hanya dengan Lily'. Rita berdiri tegak, menghadap Hermione semata untuk menghargai sang nyonya pemilik rumah. "Aku dan narasumberku pasti butuh privasi," tuturnya.
"Tapi itu terkesan mengintimidasi!"
"Tidak ada yang akan terintimidasi di sini. Begitu juga Lily. Aku selalu memperlakukan narasumberku dengan baik," Rita kembali memperhatikan Lily yang masih ketakutan, "kita hanya butuh tempat berdua untuk bicara dari hati ke hati, Ms. Potter. Trust me!"
Rita meyakinkan dengan berbagai cara agar Hermione ataupun Lily mau menerimanya datang. Yang utama adalah Lily, Rita menargetkan Lily harus mau dan ikut dalam sesi wawancaranya hari ini. Karena jika Lily sudah setuju, Hermione pun tak akan bisa menolak keputusan Lily.
KAMU SEDANG MEMBACA
Would You Still Love Me the Same? (a Harmony fanfiction)
Fiksi Penggemar"Anak yang akan lahir itu akan menanggung kecerobohanmu!" Hermone membuat 'kesalahan besar' yang mengantarkannya bersatu dengan cinta sejatinya, Harry Potter. Mengantikan posisi Ginny di hati Harry dan ketiga anaknya. Dan kesalahan itu, Li...