Wanita berambut ombak itu berusaha tegar menghadap Harry. Wajahnya sedikit menegadah mengimbangi tubuh Harry yang sedikit lebih tinggi darinya. Hermione menatap lekat manik hijau sang suami lantas berkata, "ceraikan aku!" dengan tegas dan yakin.
"What?" Harry syok. "Kau mau membuat masalah ini semakin besar, Mione? Katakan kalau kau tak serius dengan kata-katamu tadi," tanya Harry meminta penjelasan.
Cerai, Hermione meminta cerai dan diwajahnya sama sekali tak menunjukkan bahwa permintaannya tadi hanya bercanda. Tepat pukul satu malam, Hermione menolak Harry menyentuh tangannya. Meski hanya untuk menenangkan.
"Kalau kau tak bisa, aku yang akan urus semuanya—"
"Hermione, you're my wife!"
Brukk!
Suara seperti sesuatu terjatuh terdengar dari arah kamar. Harry mendengarnya jelas karena posisinya lebih dekat dengan pintu dibandingkan Hermione. "Itu seperti dari kamar Lily.. Lily!" secepat kemudian Harry berlari mendatangi kamar Lily yang tak jauh dari perpustakaan. Ia meninggalkan Hermione yang tetap diam tanpa ingin mengikutinya mencari tahu suara apa.
Di depan kamar Lily, Harry ragu untuk membuka pintunya. Tidak ada suara teriakan atau tangisan mengingat terakhir Harry melihat Lily, putrinya itu sedang menangis. Harry berusaha untuk tetap berpikir positif, berharap Lily tidak mengalami hal-hal buruk di dalam sana.
Perlahan pintu terbuka, dan apa yang pertama kali tertangkap oleh mata Harry adalah.. kepala Lily berada di lantai. Ya, Lily jatuh dan tak sadarkan diri.
"Lily! Bangun, sayang! Buka matamu! Lily!" Teriak Harry luar biasa panik. Kedua tangannya menopang leher belakang Lily agar kepalanya lebih tinggi. Badan Lily dingin dengan wajah memucat. Bibirnya biru dan memar di kepalanya belum mengempis.
Di luar, tampak Hermione berdiri melihat keadaan Lily yang tak sadarkan. Tapi ia tak mendekat. Hanya melihatnya sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan sambil menangis. Harry menyadari kedatangan Hermione, memanggilnya agar ikut mendekat menyadarkan Lily.
Harry berteriak, "Mione, bantu aku. Lily tak sadar," pintanya. Namun yang diminta hanya diam tanpa berusaha membantu. "HERMIONE," bentak Harry dipuncak kemarahannya, "aku mohon!" sambungnya jauh lebih tenang.
***
Harry sepakat membawa Lily ke accident & emergency department terdekat. Harry memikirkan keadaan Lily yang rawan jika melakukan Apparate. Lagi pula, sebelumnya ketika kecelakaan terjadi, Lily dirawat di A&E rumah sakit yang sama.
Hampir setengah jam berlalu, belum ada petugas medis yang keluar untuk menemui Harry dan Hermione. Pintu ruang emergency masih tertutup rapat. Tengah malam tidak membuat rumah sakit itu sepi dari aktifitas medis. Harry cukup beruntung ketika membawa Lily, dokter Rachel, dokter yang menangani Lily saat mengalami kecelakaan, kembali menangani Lily malam ini. Setidaknya, kondisi Lily sudah diketahui oleh dr. Rachel sebelum memberikan tindakan lanjut.
Dua buah pintu ruang emergency terbuka bersamaan. Tidak lebar, namun cukup untuk dilalui dr. Rachel yang keluar menemui Harry dan Hermione. "Mr. Mrs. Potter," salam dr. Rachel sopan.
"Bagaimana keadaan Lily, dokter?" tanya Harry panik.
"Maaf, Mr. Potter. Saya sampaikan bahwa Lily.. dalam kondisi kritis," kata dr. Rachel pelan. Ia membuka masker yang menutupi mulut dan hidungnya lantas membiarkan tergantung di leher.
Hermione menahan jeritnya. Membayangkan kata kritis yang sungguh menakutkan. "Apa yang terjadi, dok? Mengapa Lily sampai bisa kritis? Dia baik-baik saja, kan, kemarin? Hanya memar dan sakit kepala saja," tutur Harry dengan suara bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Would You Still Love Me the Same? (a Harmony fanfiction)
Fanfiction"Anak yang akan lahir itu akan menanggung kecerobohanmu!" Hermone membuat 'kesalahan besar' yang mengantarkannya bersatu dengan cinta sejatinya, Harry Potter. Mengantikan posisi Ginny di hati Harry dan ketiga anaknya. Dan kesalahan itu, Li...