1. Minggu Pagi

150 7 2
                                    

*Chandra POV*

"Slamat pagi brondong gantengku!"

Sapaan dengan suara parau, khas orang bangun tidur, membuatku membuka mata. Seulas senyum dari bibir pink pucatnya, dia suguhkan sebagai penyemangat pagiku. Dengan tatapan mata yang mengarah padaku, serta tangan kiri yang kini mengusap wajaku, aku membalas sapaannya, "pagi nuna-ku sayang!"

Seketika ekspresinya berubah. Aku tahu dia kurang suka ku panggil nuna. Katanya, itu sungguh membuat dia 'tertampar'. Seolah menempelkan sebuah stiker besar di keningnya, dengan tulisan, 'aku lebih tua dari suamiku!'

Berkali-kali dia meminta, tepatnya memohon, agar aku berhenti memanggilnya nuna. Sudah pasti aku tolak. Itu panggilan sayangku untuknya.

Ya, perempuan yang kupanggil nuna itu istriku. Dan aku sangat mencintainya, meski umurnya 5 tahun di atasku.

'Nuna' itu panggilan adik laki-laki ke kakak perempuan, dalam bahasa Korea. I'm a half Korean!

Kadang aku masih suka tak percaya kalau aku sudah nikah. Sampai tiap aku terbangun dan menemukan seorang perempuan tertidur dalam pelukanku, menghembuskan nafas di dadaku, barulah aku seperti tersadar bahwa ini bukan mimpi.

I'm 23, and i'm married.

Nikah muda itu bukan bagian dari cita-citaku. Dari dulu, aku selalu ingin masa depan yang tertata. Kuliah. S1. Kerja. Nikah. Tapi apalah daya, takdir menggariskan berbeda.

Kuliahku saja belum selesai. Terkatung-katung di bab 3 skripsiku.

Memang ada keterpaksaan ketika aku menikahinya. Anggaplah sedikit desakan dari pihak keluarga nuna.

Jangan berpikiran kalau aku sudah menghamilinya! Tentu saja tidak! Aku cowok baik-baik yang menghargai perempuan!

Ah, sudahlah. Terlalu pagi untuk membahas ini. Lagi pula, aku masih sangat ngantuk setelah semalaman nuna memaksaku nonton ulang descendant of the sun beberapa episode. Mentang-mentang hari minggu.

"Bangun! Sholat subuh dulu!"

Dia mengingatkanku untuk berkewajiban. Aku tahu dia sedang bebas berkewajiban. Kalo tidak, nuna sudah menyeretku dari kasur, agar bisa berjamaah.

Menikah, merubahku menjadi sedikit religius. Sejak lahir aku memang muslim. Itu cuma sebatas di KTP. Ya, aku dalam proses belajar. Menjadi lebih baik. Seperti janjiku pada mertuaku.

"Kapan nuna 'selesai'? Aku udah kangen!" Aku merengek sambil mempererat pelukanku.

Nuna berusaha melepaskan diri, "jangan ngerengek gitu! Bikin aku ga tahan godaan. Buruan sholat!"

Apa yang kalian pikirkan? Otakku mesum?! Kalo kalian nikah, kalian akan tahu bahwa sex itu menjadi kebutuhan dasar! Terutama di bulan-bulan pertama. Dan kami baru 3 bulan. Lagi seneng-senengnya nambah pahala. *emoticon senyum dengan pipi merona*

Buat yang sudah nikah dan sedang menyanggah pendapatku, artinya, kalian kurang bisa bereksplorasi untuk urusan ranjang! *emoticon ketawa*

Sebelum pikiranku tertuju pada kegiatan nambah pahala, yang untuk saat ini memang sedang tidak bisa, sebaiknya aku segera berkewajiban. Lagian, ini sudah jam 5. Setengah jam berlalu sejak adzan subuh berkumandang.

💖💖💖💖💖

Apa istimewanya hari minggu? Tak ada! Selain aku bisa bebas main game, melupakan skripsiku yang tersimpan dengan tenang di laptop, semuanya sama seperti hari biasa.

Mengantar nuna ke kafe memang jadi kegiatan rutin. Sejak kami nikah, nuna memang tinggal di rumahku, yang sekarang sebutannya jadi rumah kami. Biasanya kalau ada kuliah pagi, aku langsung drop di depan kafe, terus aku tinggal. Atau kalo sudah kepepet, nuna pasti berangkat sendiri.

Brogan Kesayangan NunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang