18. Dikejar Deadline

45 5 6
                                    

*Nessa*

Musim kawin tiba. (Hastagaaahh....berasa kayak dunia flora dan fauna aja. Iya deh musim kondangan) Dalam satu minggu ini, ada empat undangan dari teman kuliah dan teman SMA. Tiga di hari Sabtu, dan satu di hari Minggu. Setidaknya, aku butuh 2 baju untuk menghadiri undangan itu. Yang jadi masalah, duitku udah abis buat belanja facial treatment minggu lalu. Biar gimana, cantiknya Nessa kudu dijaga! Ga boleh kebanting ama brondong.

Demi menjaga penampilan, aku rela ngutang. Asal jangan ngambil duit tabungan. Sekali tabungan itu terambil, bakalan jadi kebiasaan nantinya. Kalo ngutang, aku ngerasa terpacu untuk segera mengembalikan. Jadi ketika ada godaan belanja yang lain, masih bisa kutahan diri. Tapi jika duit tabungan yang aku ambil, bakalan keterusan dan ga akan terkontrol ketika melihat tulisan 'sale' di mall.

"Hmm....lumayan!" Bibirnya sedikit mengerucut dengan alis yang tertaut, saat aku keluar dari ruang ganti, dengan dress putih yang sengaja dia pilih.

Lumayan?! Setelah dia bilang aku harus coba warna lain selain dress pink, dan dia merekomendasikan putih, warna yang dia suka, dan masih dibilang lumayan? Nih bocah minta di getok kepalanya apa?

"Jadi masih lumayan aja?!" Setengah emosi aku bertanya.

"Hehehe....maksud aku bajunya. Kalo Nuna tuh udah pasti cantik lah!" Dua jempol sosis terangkat.

Lega dengernya. Padahal sudah siap-siap ngegaplok tuh bibir yang udah komen seenaknya. Iya sih ngegaploknya pake bibir juga. Aku kan suka mendadak gemas liat bibir belahnya.

Dua baju aku beli di butik yang sama. Capek sedari tadi keliling mall. Keributan datang saat aku akan bayar. Chandra memaksa buat bayar semua belanjaan. Jelas aku tolak. Kami baru pacaran, oke, sudah naik dikit dalam level memikirkan pernikahan, tapi tetap ga boleh terlalu sering nerima traktiran.

Keluar dari toko, mukanya udah ga enak banget. Aku sadar bahwa hanya sesaat kemarahan itu tertunda. Dan benar. Beberapa meter dari toko tadi, dia berhenti, lalu menatapku kesal.

"Kenapa ga mau dibayarin?"

"Ya karna ga mau aja."

"Iya, kenapa?" Cercanya dengan menyertakan emosi, ga puas atas jawabanku.

"Iihh...kamu nih ya, bisa ga sih ga ngeributin hal kecil gini?"

"Buat aku ini hal gede..... Nuna ga mau dibayarin karna aku masih pake duit Mama? Gitu?!"

"Itu omongan Jeffry. Yang demen banget ngolok kamu karna masih kuliah dan pake duit Mama. Aku ga pernah mikir kayak gitu."

"Terus kenapa ga mau?" Sekali lagi dia memaksaku menyebutkan alasan penolakanku.

"Aku ga enak ama Mama kamu. Kita baru pacaran beberapa bulan, tapi pengeluaran kamu udah segitu banyak buat aku. Aku ga mau dianggap morotin kamu. Selagi Mama kamu udah begitu baik ama aku." Jawabanku itu sudah yang paling jujur.

"Kalo Mama mikir kayak gitu, semua keuangan aku udah di cekal. Nyatanya, duit jajan aku justru ditambah.... Ga penting banget sih kita ngeributin ini. Mulai sekarang, apa yang aku kasih, Nuna ga boleh nolak! Ini perintah."

Mantap! Ini sih namanya, nikmat brondong yang tak terdustakan!

"Iya,...iya... ga usah marah gitu. Ntar gantengnya nambah, bikin aku makin cinta."

"Nice try! Another copy paste."

"Kan aku ga bisa ngegombal." Ucapku sok manja, yang sebenarnya aku sendiri geli dengan gayaku kali ini.

Aku senang dia mulai tersenyum. Dibalasnya kemanjaanku tadi dengan acakan rambut dari tangan kanannya. Hanya sebentar, lantas dia kaitkan jemarinya di antara jemariku. Sebut saja untuk sekarang mall ini milik Nessa dan Chandra, sebab kami sedang tak mempedulikan tatapan orang lain yang kami temui.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Brogan Kesayangan NunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang