8. Everyday I love you

46 5 1
                                    

*Nessa*

Sumpah! Pacaran ama brondong itu nyenengin banget. Apalagi kalo udah manjanya kambuh. Duuuhh....rasanya gemeeess banget! Udah pingin nyipok brutal gitu. *Maap*

Pernah sekali kejadian, gantian aku pingin manja-manjaan ke dia, sok minta disuapin makan Nasi Padang, pake lauk Rendang. Alih-alih aku menyibukan diri main hape, eh tuh nasi ludes masuk perutnya. Gimana gak pingin nampol pake bibir coba?!

Brondong tercintaku, napsu makanmu sungguh membuatku napsu pingin makan kamu!

Aku memang ga banyak tau soal latar belakang Chandra. Jujur, rasanya udah pingin ngorek-ngorek aja. Tapi diliat dari ekspresinya yang kurang suka tiap aku nanya soal keluarganya, mungkin aku lebih baik nunggu inisiatif dia sendiri untuk cerita. Saat ini, biar kunikmati cinta-cintaan ama broganku. Tanpa perlu memikirkan, akan ke mana arah hubungan kami.

Siang ini, awalnya kami berencana mau jalan ke mall. Jenuh kalo nge-date-nya cuma di kafe. Sekalianlah pingin nyari baju buat ke kondangan teman kuliahku dulu.

Siapa sangka, dia justru membatalkan acara ke mall, lantas memintaku melewati jalan sesuai petunjuknya. Sebab ada yang ingin dia tunjukan padaku. Fine! Aku turuti semua maunya, walau aku udah berasa kayak driver-nya aja.

"Oke, stop!" Perintahnya padaku, untuk berhenti di depan sebuah rumah, yang entah punya siapa.

"Tunggu bentar! Aku buka pagar dulu."

Selagi Chandra membuka pagar, aku sempatkan melihat ke sekitar, dari dalam mobil. Sepi. Jarang sekali kulihat orang berlalu-lalang. Lingkungan orang yang kurang bersosialisasi dengan tetangga, begitu pikirku.

Pagar hitam terbuka seluruhnya, setelah didorong Chandra. Ku bawa mobilku masuk, lalu berhenti di depan garasi.

Aku turun, sehabis mematikan mesin dan menarik tuas rem. Chandra juga selesai mengunci pagar kembali. Tanpa basa-basi, dia menggenggam tanganku, agar aku mengikuti langkahnya.

"Rumah kamu?"

"Iyalah. Kalo rumah orang, mana berani aku masuk sembarangan."

Langkah kami terhenti, genggaman tanganpun terlepas, karna Chandra masih membuka pintu yang terkunci. Setelah berhasil, dia tak lagi menggandengku. Aku ikuti langkahnya melintasi pintu.

"Kok sepi? Lagi gak ada orang?" Pandanganku menyebar ke seluruh penjuru rumah bergaya minimalis dengan perabot yang tak begitu banyak, juga tak banyak sekat, sehingga terkesan luas. Hanya antara ruang tamu dan ruangan keluarga yang di batasi tembok. Setelah itu semua ruang terlihat jelas. Berarti aktifitas di bagian dalam rumah ini, akan tampak seluruhnya. Termasuk yang di lantai 2. Kecuali ketika masuk kamar tentunya.

"Emang gak ada orang..... Sehabis nikah lagi, Mama pindah ke Jakarta."

"Kalo punya rumah, kenapa nge-kost?"

"Aku takut sendirian. Hahhahaha...."

Rasa penasaran membuatku melangkah ringan mengikuti Chandra. Tentu saja aku terus mengedarkan pandangan, demi memuaskan keingintahuan.

"Eengg......aku sebenernya mau nawarin minum, tapi gak tau di kulkas masih ada minuman apa enggak?" Chandra terlihat kikuk. Berkali-kali dia tampak memainkan bibirnya. Entah apa yang membuat dia seperti.

"Ah ya udah deh, terserah mau ngapain aja. Mau ngambil barang-barang buat di bawa pulang juga boleh." Aku paham, kalimat terakhirnya hanya berupa candaan.

Dia tampak tergesa melangkah menuju tangga. Ninggalin aku yang masih berdiri di antara ruang keluarga dan dapur. Kepalaku menengadah, memperhatikan tingkahnya. Meski terhalang railing, dari tempatku berdiri, aku bisa melihatnya masuk ke dalam satu pintu yang di tengah, dari 3 pintu yang sejajar, meski jaraknya tak terlalu berdekatan. Tak seberapa lama, dia keluar dan masih juga tergesa.

Brogan Kesayangan NunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang