Pagi ini Harry mengajakku untuk bertemu keempat temannya. Oh ayolah, aku yakin kau pasti tahu siapa yang kumaksud. Tentu saja The Boys. Harry mengajakku ke basecamp pagi ini. I'm so exited about that. Tapi ada hal yang kutakutkan. Aku takut mereka tak menyukaiku.
"Hey, kenapa kau diam saja?" Tanya Harry membuyarkan lamunanku.
"Err.. tidak. Uhm, Harry. Bagaimana jika mereka tak suka padaku?"
"Kenapa kau berfikiran seperti itu?"
"Entahlah. Tapi aku takut mereka tak menyukaiku."
"Tenanglah. Mereka itu menyenangkan dan friendly. They are so humble. Trust me. Don't worry about that," Katanya menyakinkanku membuatku mengangguk dan tersenyum.
Beberapa menit kami berkendara, akhirnya kami sampai di depan basecamp One Direction. Paparazzi sudah stay di depan basecamp.
"Aku minta kau pakai ini. Aku tak mau identitasmu terbuka," Ujar Harry seraya memberikan kacamata dan masker untukku.
Aku pun memakai kacamata dan masker itu. Aku yakin ini untuk kebaikan Harry. Lagipula aku tak mau reputasi Harry rusak gara-gara aku.
Kami pun turun dan Harry langsung menggenggam tanganku. Aku mengernyit.
"Ada apa?" Tanyaku.
"Listen. Jangan lepaskan tanganku sampai kita masuk ke basecamp. Aku tak mau kau terluka. Just grab my hand and don't ever drop it," Kata Harry memberiku instruksi.
Apa paparazzi menyeramkan sehingga aku tak boleh melepaskan pegangan tangannya?
Kami pun mulai menjadi sorotan para paparazzi itu. Aku menundukkan wajahku takut identitasku terbongkar.
"Who is she?"
"Harry. Who is she?"
"Harry belong in kendall's heart."
"Hendall is real!"
Teriakan para directioners membuatku sedikit sakit? Ugh, aku tak seharusnya bersikap seperti itu. Kami hanya teman bukan? Bahkan bisa dibilang bukan teman. Kami baru saja bertemu 1 minggu yang lalu.
Kami pun akhirnya bisa masuk ke basecamp ini dengan selamat. Aku melepas kacamataku saat kami sudah menaiki elvator.
"Uh, menyusahkan sekali," Ujarku seraya melepas maskerku.
"Itulah resiko seorang artis. Kau harus bisa terbiasa dengan itu," Katanya sambil terkekeh.
Aku pun ikut terkekeh.
Tak lama kemudian elevator ini berhenti di lantai 3. Aku pun mengikuti Harry dibelakangnya. Aku takut dan gugup. Kau percaya? Perutku mulas sekarang. Aku takut mereka membenciku.
Aku merasa dahiku terbentur sesuatu. Ternyata itu Harry yang tiba-tiba saja berhenti membuatku menabrak punggungnya.
"Apa?" Tanyaku.
"Ayolah, tak perlu gugup seperti itu. Lihatlah kau. Kau menggigit bibir, kau berkeringat, dan aku yakin perutmu mulas sekarang. Tak perlu seperti itu. Bahkan kau sudah bertemu mereka sebelumnya, Celine."
Harry pun menganggkat daguku sehingga aku bisa menatap mata hijaunya. Aku terasa seperti tersesat di hutan saat melihat mata hijau emeraldnya itu.
"A-Aku.." Aku pun menjauh.
"Kenapa?"
"Tak apa."
Harry pun tertawa lalu menggandeng tanganku. Harry membuka salah satu ruangan.
"Hai, guys," Sapa Harry.
"Hai, Haz. Siapa yang kau bawa itu?" Tanya seseorang yang kuyakini Niall.
Aku pun mendongak mengedarkan pandanganku ke segala arah diruangan ini. Aku mendapati Niall yang sedang memeluk chipsnya, Zayn memainkan ponselnya, sedangkan Louis dan Liam bermain play station?
"Uhm, bukankah kau perempuan yang waktu itu ikut meet and greet kami?" Tanya Zayn dan aku mengangguk kikuk.
"Kau perempuan yang kausmu terkena fanta?" Tanya Liam lagi dan aku mengangguk.
Ternyata mereka masih mengenaliku?
"Dan kau wanita yang selalu Harry ceritakan sehingga membuatku harus tidur di tengah malam?" Poor Harry.
"Niall. Shut up!" Ujar Harry malu.
Harry sering membicarakanku? Oh, aku tersanjung.
Aku pun menunduk malu merasakan darah sudah bersemu di pipiku.
"Oh Niall. Kau membuatnya seperti tomat. Dan, Harold, apa kau mau berdiri di ambang pintu sampai besok pagi?"
Harry pun tertawa dan menggandengku masuk. Aku pun dengan malu-malu duduk di sofa tempat Zayn dan Niall duduk.
"Siapa namamu nona cantik?" Tanya Louis sambil duduk di sebelahku.
"Aku Celine. Celine Anderson."
"Aku Louis. Louis Tomlinson. And don't forget to call me Loui. I hate if you call me Louis. Remember that."
Aku pun tertawa mendengar ucapan Louis. He is so funny.
.
Tak terasa aku sudah lama disini bersama The Boys. Hari juga sudah malam. Aku tak percaya, mereka menerimaku dengan baik. Sedari tadi kami membuat jokes yang membuatku tak bisa berhenti tertwa.
"Aku rasa aku harus pulang karena hari sudah larut," Aku pun berdiri dan memakai mantelku.
"Kenapa buru-buru, Celine? Padahal kita masih baru saja berbincang," Ujar Niall sambil memakan chips nya.
"Niall, ini sudah malam dan aku harus bekerja besok," Kataku dan dia mengangguk.
Mereka sudah tahu pekerjaanku dan mereka tak mempermasalahkan itu. "Kami tak mempermasalahkan itu, semua orang sama saja," Kata Liam saat aku menyebutkan pekerjaanku.
"Biar aku mengantarmu," Kata Harry.
"Tak usah, Harry. Aku tak mau merepotkanmu. Ini sudah malam dan kau butuh istirahat bukan? Tak apa, aku bisa sendiri," Tolakku.
"Kau berangkat denganku jadi kau juga harus pulang denganku," Katanya.
Well, kini aku tak bisa membantah lagi.
"Good night."
"Good Night, Celine. Have a nice dream," Teriak Louis membuatku tertawa.
.
Setelah beberapa menit berkendara. Akhirnya kami sampai di depan rumahku.
"Kau mau mampir?" Tanyaku kepada Harry.
"Aku rasa kapan-kapan saja. Ini sudah malam. Uhm, terima kasih sudah membuat hariku bahagia," Katanya sambil menggaruk tengkuknya.
"Justru aku yang berterima kasih. Kau sudah membuatku senang dan hari ini aku memiliki teman baru. I have a new friends."
"Baiklah. Selamat malam."
"Selamat malam."
Aku pun keluar dan melambaikan tanganku pada Harry. Aku masuk rumah saat memastikan bahwa mobil hitam range rover milik Harry sudah tak nampak.
Ini hari terbahagia dihidupku. Aku merasa aku dan Harry memiliki chemistry yang berbeda. Ah, kau berlebihan, Celine. Hari ini aku sangat senang. Aku memiliki teman baru dan teman baruku adalah idolaku yang paling kugila-gilai
-
Don't forget to tap the star, guys.
Don't forget to give me your comment, because I need your comment :)
I hope you like this chapter.
I'm sorry if this chapter is bad.
Thank you :)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lucky Girl ▶ h.s
FanfictionI don't care what people say when we're together. I love you just the way you are. Harbara Fanfiction