Kalian percaya? Harry mengantarku pulang setelah kami berbincang-bincang banyak. Bahkan Ia memfollowku di twitter kemarin malam.
Ya tuhan. Bayangkan saja kau yang ada di posisiku. Bagaimana rasanya? Bahkan aku kemarin ingin membuang handphone ku pada saat itu juga.
Jaketnya pun sampai sekarang masih ada bersamaku. Padahal sudah 3 hari yang lalu sejak kami bertemu di meet and greet. Sampai sekarang juga setiap malam aku selalu memeluk jaket itu membayangkan jaket itu adalah Harry karena bau Harry sangat menempel di jaket hijau itu. Bahkan aku belum mencucinya.
Fara pun berteriak tak percaya jika aku bertemu dengan Harry dilantai 3 saat aku menceritakan padanya. Bahkan Ia mengumpat bahwa Ia menyesal meninggalkanku dan lebih memilih mata kuliahnya. Dia pun memujiku perempuan paling beruntung seantero jagad raya.
Memang. Aku merasakan bahwa aku berubah menjadi perempuan paling beruntung saat aku bertemu dengan Harry waktu itu.
.
"Celine. Kau mau kuantar pulang?" Tanya Nathan saat aku sedang membereskan barang-barangku.
"Tak usah, Nathan. Ini sudah malam dan aku tak mau merepotkanmu," Ujarku sambil tersenyum.
"Baiklah, aku tak mau memaksa."
Aku pun pulang saat aku sudah berpamitan pada Nathan. Udara malam London yang dingin seakan-akan menusuk tulangku. Dan sialnya lagi aku lupa membawa mantel tapi untung saja aku memakai baju lengan yang agak panjang hari ini.
"HARRY"
"HARRY. MARRY ME!"
"HARRY. I LOVE YOU"
"STOP HARRY"Semakin maju ke arah jalan raya, aku semakin mendengar suara teriakan itu. Harry? Harry ada disini?
Aku pun melihat Harry berlari di kejar oleh para directioners di belakangnya. Aku pun berdiri di balik mobil yang terparkir di jalanan. Aku menarik lengan Harry sehingga Ia jatuh di balik mobil bersamaku.
Para wanita itu pun terus berlari tak sadar bahwa Harry sedang berada di balik mobil.
"Kau tak apa? Maaf aku tadi menarikmu sehingga membuatmu terjatuh," Ujarku dan dia menatapku.
"Kau lagi? Ah, you are my hero. Thank you so much," Katanya sedikit berbisik dengan nafas tersengal-sengal. Ia kelelahan.
Aku pun mengambil air mineral yang sengaja kubawa dan kuberikan pada Harry. Harry pun meneguknya hingga habis.
"Thanks."
Aku pun segera berdiri tak ingin membuang waktuku karena hari semakin larut dan jujur aku tak berani pulang sendirian jika hari sudah larut.
"Harry, aku harus pulang. Kau bisa sendiri 'kan?" Tanyaku. Oh ayolah, pertanyaan konyol apa itu Celine.
"Seharusnya aku yang bertanya padamu. Kau bisa pulang sendiri? Ini sudah malam," Tanyanya sambil ikut berdiri.
"Aku sudah biasa. Baiklah, aku pul--"
"Tunggu. Biarkan aku mengantarmu. Tapi mobilku tertinggal jauh disana. Apa yang biasa kau naiki?"
"Tak usah Harry. Aku biasa naik bus. Sudahlah aku bisa sendiri."
"Celine. Biarkan aku mengantarmu. Aku tak mau kau pulang sendirian," Ujarnya membuatku tersenyum dan mengangguk.
AAAA.. BETAPA BERUNTUNGNYA KAU, CELINE.
Kami pun mulai berjalan menuju tempat pemberhentian bus. Uh, semakin lama aku semakin menggigil.
"Hey, err.. apa err.. aku boleh tinggal dirumahmu satu hari saja?" Tanyanya sambil menggaruk tengkuknya yang kuyakini tak gatal itu.
APA KAU BERCANDA? TENTU SAJA BOLEH.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lucky Girl ▶ h.s
Fiksi PenggemarI don't care what people say when we're together. I love you just the way you are. Harbara Fanfiction