Extra Chapter (2/2)

1.8K 148 14
                                    

Suara ketukan pintu kamar membuatku langsung pergi untuk membuka pintu. Aku mendapati security rumahku membawa beberapa undangan. "Ada kiriman undangan untukmu," Kata security itu dan aku mengambil beberapa undangan itu dari tangannya. "Terima kasih."

Aku menutup pintu kamar saat security-ku sudah pergi. Aku mengambil iPhone milikku lalu beranjak turun menuju ruang tamu. Aku duduk di sofa empuk putihku lalu membuka undangan itu satu persatu. And-- boom-- undangan pernikahan Harry dan Kendall. Memang undangan yang lainnya adalah undangan pernikahan dan undangan ulang tahun dari para rekan kerjaku. Tapi satu yang membuatku langsung terdiam, undangan pernikahan Harry dan Kendall.

Ini memang sudah 3 bulan berlalu sejak pertunangan Harry dan Kendall. Tak salah jika aku mendapatkan undangan ini. Di undangan berwarna gold ini, tercantum nama Harry Edward Styles dan Kendall Nicole Jenner. Seharusnya namaku lah yang ada di undangan ini. Ini tidak adil.

Aku menaruh semua undangan itu di meja, lalu aku beralih menuju walk in closet milikku. Aku mengambil gaun pernikahan yang akan kukenakan pada saat aku akan menikah dengan Harry--- itu dulu. Aku masih menyimpan gaun ini. Gaun putih yang harganya murah, tapi tetap elegan di mataku.

Bibirku membentuk lengkungan tipis, tersenyum sedih melihat gaun ini. Harry dengan mudah mengatakan Ia tak mencintaiku sejak kami pertama kali bertemu. Dengan mudahnya Ia memutuskan hubungan kami. Dengan mudahnya Ia mengatakan kepadaku agar aku berhenti untuk bermimpi dan dia akan menikahi Kendall. Aku masih mengingat itu semua walaupun kejadian itu sudah setegah tahun lalu terjadi.

Aku juga tak akan pernah melupakan kejadian itu. Aku juga berterima kasih kepada Harry dan Kendall, karena mereka aku sekarang bisa berdiri disini sebagai seorang model internasional yang dikenal dimana-mana. Mereka juga yang merubahku menjadi orang yang lebih kuat dan tegar. Karena mereka aku bisa lebih tegar menjadi seorang wanita.

Aku membawa gaun putih ini menuju ruang tamu lalu aku duduk kembali di sofa dan menaruh gaun ini di sebelahku. Aku lagi-lagi membuka undangan pernikahan Harry dan Kendall. Pernikahan mereka akan dilaksanakan 5 hari lagi. Aku tak munafik, aku mengakui bahwa ini masih berhasil membuatku sakit hati. Rasaku kepada Harry masih tak berubah. Aku masih sangat mencintainya seperti dulu.

Aku masih mengingat ciumannya, pelukannya, suaranya, kata-katanya, dan semua yang ada pada dirinya. Tak ada yang bisa kulupakan dari diri Harry. Tapi sayang sekali Ia tak pernah mencintaiku. Seumur hidupnya Ia tak akan pernah mencintaiku.

-

-

-

Disinilah aku berdiri di depan gereja tempat dilangsungkannya pernikahan Harry dan Kendall. Acara ini terlihat sangat mewah. Semua bernuansa putih dan pink. Aku melangkahkan kakiku memasuki gereja ini dan langkahku terhenti saat Niall berdiri di depan pintu gereja. Aku tak menghiraukannya. Aku masih mengingat masalah itu.

Aku berjalan melewatinya,tapi tangan Niall mencekal tanganku. "Apa yang kau inginkan?" Tanyaku sedikit berteriak.

"Kau harus duduk bersamaku, Celine," Jawabnya membuatku mengernyit.

"Tidak. Aku tidak mau," Tolakku tapi Ia malah menarikku untuk lebih masuk ke dalam gereja ini.

Niall berhenti di deretan tempat duduk paling depan. Apa dia sudah gila? Di bangku ini juga ada The Boys, Sophia, Eleanor, dan juga Gigi.

"Apa kau sudah gila? Kenapa kau mengajakku duduk di sini? Aku tidak mau."

"Jangan keras kepala, Celine! Kau harus duduk disini bersama kami!"

"Tidak mau, Niall. Aku akan duduk di belakang saja," Akh berusaha lepas dari genggamannya tapi lagi-lagi Ia menarikku untuk duduk di depan dan kini, Niall sudah berhasil mendudukkanku di bangku paling depan.

"Kau ini--"

"Tak ada komentar!" Bentaknya membuatku terdiam.

Semua orang memang sialan. Apa dia sengaja menyiksaku dan membuatku menangis saat menyaksikan acara bodoh ini?

"Biarkan aku pergi, Niall," Aku berdiri tapi Niall menarikku membuatku terduduk lagi di kursi ini. "Diam, Celine! Kenapa kau sangat keras kepala?"

Aku berdecak kesal karena ulahnya. Dia memang sangat menyebalkan. Tak berapa lama acara di mulai. Harry sudah berdiri di depan sana bersama pendeta membuat kami semua yang ada disini bangkit dari duduk guna menyambut Kendall. Kurang kerjaan sekali, menurutku.

Sial. Harry sangat tampan dengan tuxedo putihnya. Seharusnya aku yang menikah dengannya hari ini. Aku berusaha menghilangkan pikiranku dari Harry. Aku kini fokus melihat Kendall yang sedang berjalan menuju altar sembari membawa bunga. Wajah bahagia terpancar sangat jelas di wajah Kendall. Senyuman tak lepas dari bibirnya.

Hatiku masih sakit mengingat sebentar lagi Harry akan menikah dengan Kendall. Niall menatapku membuatku mengernyit. "Kenapa kau melihatku?" Tanyaku dengan ketus.

"Aku tahu kau ingin menangis," Ejeknya membuatku terdiam lalu menggeleng dengan keras.

"Untuk apa aku menangis? Ini acara pernikahan, bukan kematian," Elakku dan dia tertawa.

Sial.

Harry kini memghampiri Kendall dan menuntun Kendall menuju altar. Janji suci mulai mereka ucapkan. Sedari tadi tenggorokanku sakit karena menahan tangis. Rasanya aku ingin pergi dari tempat ini sekarang juga. Setelah mengucapkan janji suci, Harry mulai mencium bibir Kendall dan aku langsung menghapus air mata yang menyempil lewat ujung mataku.

"Kau menangis, Celine!" Ejek Niall lagi membuatku meninju lengannya.

"Can you just shut up?"

Acara sudah selesai dan kini aku pamit kepada Niall untuk ke kamar mandi. Aku berlari keluar dari gereja ini lalu berlari ke kamar mandi. Air mataku sangat ingin tumpah sekarang. Sesampainya di kamar mandi, aku langsung menangis dengan kencang. Pintu kamar mandi terbuka membuatku berbalik dan segera menghapus air mataku.

"Aku tahu kau menangis."

Suara itu? Aku membalikkan badanku dan menatap Niall. Dia sangat menyebalkan.

"Apa kau bodoh? Ini kamar mandi wanita," Ucapku dengan sesenggukan.

"Tentu saja aku tahu karena aku tidak bodoh sepertimu. Oh, lihatlah gadis manis ini. Kau terlihat sangat jelas jika kau baru saja menangis," Katanya sambil mencolek daguku membuatku menunduk.

"Untuk apa kau menangisi bajingan itu?" Tanya Niall dan kini aku menatapnya.

"A-Aku masih sangat mencintainya, Ni. Kau tak tahu bagaimana besarnya cintaku kepadanya. I can't move on from him," Jujurku.

"Aku tak tahu kenapa dengan mudah Ia mengatakan bahwa Ia tak mencintaiku dan dia mencintai Kendall. Aku masih tak percaya jika yang mengatakan itu adalah Harry."

"Kau benar, itu bukan Harry yang sebenarnya. Percaya padaku, Harry masih sangat mencintaimu walaupun Ia sudah menikah dengan Kendall. Ia sama sekali tak mencintai Kendall. Ia hanya mencintaimu. Ada sesuatu masalah besar yang membuatnya harus menikahi Kendall. Yaitu karenamu, Harry menikahi Kendall karena untuk menyelamatkanmu. Dia tak mau kau mati di tangan Kendall. Harry masih sangat mencintaimu, Celine."

The Lucky Girl ▶ h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang