Harry's POV
Aku langsung berdiri, tak terima dengan perkataan Liam dan Simon tentang Celine.
"Kalian tak mengerti! Aku mencintainya apa adanya! Kalian tidak boleh mengaturku! Aku memiliki jalan hidupku sendiri!" Aku langsung keluar dengan menggebrak pintu.
Sialan. Mereka sialan. Mereka egois.
Aku langsung pergi ke toko kaset tempat Celine bekerja. Aku harus berbicara dengannya saat ini juga. Aku tak mau kehilangannya.
.
"Hey, apa Celine ada di dalam?" Tanyaku kepada teman pria Celine yang tak ku ketahui namanya.
Lelaki ini malah menatapku dengan tatapan jijik.
"Ada apa denganmu?" Tanyaku lagi.
"So, kau kekasih baru Celine?" Tanyanya membuatku mengeryit.
"Dengar! Aku tak ingin kau dekat-dekat dengan Celine. Kau hanya membuatnya sedih. Setiap hari Ia mendapat cemoohan, setiap hari dia selalu diikuti paparazzi yang membuatnya ketakutan, dan setiap hari Ia berpikir atas ucapan orang-orang tentang hubungan kalian. Kau sudah cukup membuatnya sedih dan aku minta jauhi Cel--"
"Harry?" Aku langsung menoleh ke sumber suara mendapati Celine yang sedang menatapku bingung.
"Hey, aku perlu bicara denganmu. Bisa kita pergi sekarang?"
"Tapi aku sedang bekerja. Bisa kita pergi nanti malam saja?"
"Pergilah. Aku ingin kau segera memecahkan masalahmu," Putus lelaki itu lalu pergi.
"Tunggu. Aku akan mengambil tas."
.
Aku mengajak Celine ke pantai karena pantai ini sepi. Aku butuh privasi dengan Celine.
"Celine. Apa kau sedih?" Tanyaku dan dia langsung menatapku.
"A-Ap-- Kenapa kau bertanya seperti itu?"
"Kau tahu semua orang tak menginginkan hubungan kita. Liam, Simon, Hendall Shipper, dan sepertinya teman lelakimu itu juga tak menyukai hubungan kita."
"Memangnya apa hubungan kita? Kita tak memiliki hubungan apa-apa, Harry!" Ujarnya sambil menendang-nendang pasir yang ada dihadapannya.
Aku langsung duduk di pasir pantai disusul oleh Celine yang duduk di sebelahku.
"Aku mencintaimu. Aku ingin kita memiliki hubungan khusus. Aku benci dengan management, mereka menentangku. Jika mau aku akan keluar dari One Direction. Aku sudah muak dengan aturan mereka. Mereka hanya mementingkan karir, karir, karir, dan karir. Mereka tak memikirkan kebahagianku."
"Apa yang kau katakan? Seharusnya kau berterima kasih kepada mereka, karena mereka kau jadi sebesar ini. Mereka yang membuatmu dikenal oleh masyarakat luar. Mereka benar, Harry. Kita tak seharusnya bersama. Kau harus tahu jika kita tak pantas bersama," Jelasnya.
"Jadi kau tak mencintaiku?" Tanyaku dan dia menggeleng.
"Aku mencintaimu. Percayalah, tapi ini demi kebaikan kita, Harry. Sudahlah, jangan sedih seperti itu. Aku yakin kita bisa melewati ini," Dia memegang tanganku membuatku tersenyum.
"Kau tunggu sini. Aku akan kembali," Dia langsung berlari kebelakang.
Apa yang dilakukan gadis itu?
Setelah beberapa menit aku menunggu akhirnya aku mendengar Celine memanggilku dari belakang membuatku menoleh.
Aku tertawa saat mengetahui Celine membawa balon-balon yang berwarna-warni. Ada apa dengannya?
Aku langsung berlari ke arahnya.
"Apa yang kau lakukan?" Tanyaku.
"Untukmu," Dia memberikan balon-balon itu kepadaku dan aku menerimanya.
"Kau pikir aku anak kecil? Untuk apa kau membeli balon-balon ini?" Tanyaku sambil melihat balon-balon ini.
"Saat aku kecil, jika aku memiliki masalah dan sedih, ibuku selalu memberiku balon-balon untuk diterbangkan. Dia berkata jika kau memiliki masalah, terbangkan balon agar masalahmu ikut terbang bersama balon-balon itu. Jadi, terbangkan balon-balon itu agr masalahmu ikut terbang bersama balon-balon itu," Jelasnya membuatku terkekeh.
"Stop your laughing, Harry!" Katanya sambil memukul lennki pelan.
"Well, aku akan menerbangkannya," Aku mulai melepaskan balon-balon ini.
Aku mulai mendekap Celine saat balon-balon itu sudah mulai berterbangan di udara. Aku menatap wajahnya. Aku langsung menyuruh Celine untuk menghadap ke arahku. Aku membawa tangannya untuk ku kecup.
"Aku mencintaimu. Kau harus tahu itu. I don't care what people say when we're together. I love you, just the way you are. Trust me, i won't leave you."
Dia tersenyum sambil menatap mataku. Mata coklatnya membuatku takjub.
"I don't care what people say when we're together. I love you, just the way you are. Trust me, i won't leave you," Ucapnya mengulang kata-kataku.
Aku mencium bibirnya disaat itu juga. Aku bahagia akhirnya Ia mau menerimaku. Keserhanaannya membuatku jatuh cinta pada gadis yang satu ini. Disaat zaman sekarang para gadis memburu fashion dan sebagainya, Celine berbeda, Ia mengenakan fashion seadanya dan tentu saja tanpa make up diwajahnya. Dia cantik alami.
.
Setelah mengantar Celine pulang, akhirnya aku kembali ke basecamp. Tak terasa hari sudah malam karena sedari tadi aku dan Celine melakukan hal-hal yang menyenangkan di luar.
"Bagus sekali. Bagaimana reputasimu sekarang? Beritamu dan Celine berciuman sudah tersebar luas. Kau bodoh Harry!" Omel Liam tiba-tiba saat aku membuka pintu.
"Apa maksudmu?" Tanyaku.
"Apa maksudku? Aku tak ingin kau dan Celine bersama. Apa-apaan kau? Kau merusak reputasimu, Harry. Lebih baik kau bersama Kendall dari pada dengan gadis miskin sialan itu!"
Gadis miskin? Sialan? Oh kurang ajar sekali kau, Dude.
"Keep your words, Liam!" Ujar Zayn.
"Aku tak peduli! Dia memang gadis miskin dan tak punya harga diri. Harga dirinya samgat rendah sehingga dengan beraninya Ia memacari Harry!"
Satu pukulan keras tepat mengenai pipinya. Tanganku sudah gatal ingin menghajarnya. Mulutnya ingin kurobek saja. Sialan.
Aku langsung keluar dari sini dan masuk ke dalam kamarku. Mereka semua sialan. Aku membenci mereka. Aku langsung meraih semua benda yang bisa kutarik dan langsung ku lemparkan saat itu juga.
"Harry?" Seseorang masuk ke kamarku.
Oh, Zayn. Kau harus tahu aku dan Zayn tinggal satu kamar.
"Apa kau baik-baik saja, Hazza?" Tanya Zayn mendekatiku.
"Apa aku terlihat baik-baik saja? Aku kesal dengan kalian! Kalian egois! Aku mohon kau keluar sekarang!" Jawabku dengan berteriak.
"Calm down, Harry. Aku tak seperti Liam dan Simon. Aku mendukung hubungan kalian. Kau harus tahu cinta tak didasati dengan harta, jabatan, ketampanan, dan segalanya. Cinta dari hati. Aku mendukungmu dengan apa yang kau pilih," Dia mengelus pundakku pelan.
Untung saja Ia masih mendukungku.
"Aku tak habis pikir dengan mereka. Mereka harus berpikir jika pilihan mereka belum tentu yang terbaik untukku. Mereka egois. Aku membenci mereka!"
"Ya, aku tahu. Kau harus sabar."
Aku tak akan meninggalkan Celine selama kami masih saling mencintai. Aku tahu Ia berbeda. Aku yakin dia tak mau harta ataupun uangku. Aku yakin.
-
Holaa.. balik lagi.
Maaf yaa selalu late update :(
Jangan lupa dihargain ya authornya.
Ini mikir loh :)
Kalo ada masukan ato apa gitu comment aja, gaperlu malu-malu XOXO :D
Thanks. Xx
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lucky Girl ▶ h.s
FanfictionI don't care what people say when we're together. I love you just the way you are. Harbara Fanfiction