Celine's POV
Aku menggeliat pelan merasakan ada seseorang yang memelukku dari belakang. Astaga, aku sangat nyaman berada di dekatnya.
WHAT? SESEORANG?
Aku langsung membuka mataku dan berbalik lalu memukul-mukul badan lelaki ini.
"Siapa kau? Berani sekali kau masuk ke dalam rumahku?" Aku terus memukul badannya.
"Hey, hey, sayang, ini aku. Aku Harry, ini aku," Dia bangun dan aku menghentikan aktivitasku memukul badannya.
Harry?
"Harry? Astaga, maafkan aku, astaga," Aku langsung mengelus badannya dan dia meringis kesakitan.
"Kau ini kenapa? Sakit sekali," Ujarnya sambil memegangi lengannya.
"Maafkan aku. Ada apa kau disini? Dan bagaimana kau bisa masuk ke rumahku?"
"Fara memberikanku kunci rumahmu," Katanya masih meringis kesakitan.
"Astaga, anak itu."
Harry memundurkan badannya dan dia menyandarkan badannya pada sandaran ranjang.
'Sebenarnya aku kesini karena aku ingin minta maaf kepadamu," Dia menarik tanganku sehingga aku mendarat di pelukannya.
"Aku mendapatimu sudah tertidur dan aku tak tega membangunkanmu. Akhirnya aku ikut tidur bersamamu," Tambahnya seraya memainkan rambutku.
"Lalu, kenapa kau kemarin meninggalkanku?" Tanyaku.
"Aku kemarin mendapat telepon dari Simon bahwa aku harus menemui salah satu sutradara dam aku sudah membuat sutradara itu menunggu. So, maafkan aku," Dia mencium puncak kepalaku.
"Sutradara? Apa dia perempuan?" Tanyaku sengaja menggodanya.
"Uhm, ya. Tapi dia hanya sutradara."
"Baiklah. Kau harus tahu jika kemarin aku tak bisa membayar semua makanan yang kau pesan. Semua berjumlah 47 dollar tapi aku hanya membawa 20 dollar," Jelasku.
"Benarkah?" Tanyanya tak percaya.
"Ya. Seorang pelayan menyuruhku untuk datang ke manager restoran itu karena aku tak bisa membayar. Aku datang ke manager itu dan aku meminta untuk menyicil dulu karena aku hanya membawa 20 dollar waktu itu. Dia mengenaliku sebagai kekasihmu lalu Ia berkata 'simpan saja uangmu dan aku relakan 47 dollar itu asalkan kau mau berfoto denganku dan memberi tanda tangan di kausku," Jelasku dan Harry tertawa.
Sial.
"Benarkah? Astaga, lucu sekali," Katanya dengan tertawa keras.
Aku mengerucutkan bibirku kesal karena dia malah menertawaiku. Dasar Styles yang sialan.
"Oh ayolah. Kau sangat lucu," Dia masih saja terus tertawa.
"Cukup Harry! Itu sama sekali tak lucu!" Ujarku kesal.
"Kau lucu," Dia masih saja tertawa.
Aku menyilangkan tanganku di dada sambil mengerucutkan bibirku kesal. Astaga. Mengesalkan sekali orang ini.
"Astaga, baiklah maafkan aku," Dia mencium keningku.
"Sudah, jangan mengerucutkan bibirmu seperti itu. Itu membuatku gemas," Dia menarik daguku agar menatapnya lalu Ia mencium bibirku dan melumatnya pelan.
"Kau sudah makan? Aku lapar," Tanyanya saat Ia sudah melepaskan ciuman kami.
"Belum. Kau mau makan? Aku bisa memasakkanmu sesuatu," Tanyaku dia mengangguk lalu tersenyum.
Aku langsung menyibakkan selimutku dan menguncir kuda rambutku.
"Kau ingin kubantu?" Tawar Harry.
"Jika kau mau boleh saja," Ujarku lalu aku turun kebawah dan mengambil bahan makanan dari kulkas.
"Kau ingin memasak apa?" Tanya Harry dan aku melihatnya.
Oh astaga. Dia melepas bajunya. Hanya bajunya. Kini Ia shirtless.
"Soup, mungkin? Entahlah," Ujarku seraya menutup kulkas.
Aku mulai memotong wortel dan Harry menaruh panci di atas kompor. Wortel selesai kupotong dan kini aku memotong bakso. Astaga, bakso ini sangat keras.
"Kau kesusahan?" Tanya Harry dan aku mengangguk.
"Bakso ini masih keras," Ujarku dan dia berjalan mendekatiku lalu memelukku dari belakang.
"Sini kubantu," Dia memeluk badanku dari belakang lalu memegang tanganku dan dia membantuku memotong bakso ini.
Aku melihatnya dan dia mencium pipiku.
"Jangan melihatku seperti itu," Ujarnya.
Astaga. Aku tertangkap basah sedang melihatinya.
Dak..
Bakso ini terpotong dengan sangat mudah. Kau memang bodoh, Celine. Hal kecil seperti ini saja kau tidak bisa? Menyebalkan.
Aku tertawa membuatnya menatapku aneh. "Ada apa?" Tanyanya dan aku hanya menggeleng.
.
Pagi ini Harry menemaniku dirumah. Kalian harus tahu jika aku sudah tak masuk kerja karena aku masih kecewa dengan Nathan.
"Kau tak ada niatan pergi hari ini?" Tanyanya sambil mengelus rambutku.
Ya. Aku kini sedang tidur di pahanya.
"Tidak. Kau ingin pergi?" Tanyaku balik.
"Tidak juga," Katanya.
Dering telepon membuatku bangkit dari paha Harry. Harry pun bangun dan mengangkat teleponnya.
Beberapa menit aku menunggu akhirnya Harry menutup teleponnya.
"Siapa?" Tanyaku dan dia duduk disampingku.
"Simon. Dia menyuruhmu datang ke basecamp. Dia ingin bicara sesuatu kepadamu," Ujarnya membuatku takut.
"Kenapa Ia ingin aku datang?" Tanyaku dan dia hanya mengerdikkan bahunya.
"Dia ingin kita datang sekarang. Bisa kau segera mengganti bajumu dan kita berangkat?" Aku mengangguk lalu aku segera mengganti bajuku.
.
Beberapa menit kami berkendara akhirnya kami sampai di basecamp dan seperti biasa, paparazzi selalu ada. Kami segera turun dari mobil Harry dan memasuki basecamp itu.
Setelah menaiki elevator, akhirnya kami sampai di ruangan basecamp dan kami segera masuk. Aku mendapati Simon yang duduk di sofa bersama The Boys.
"Celine. Akhirnya kau datang," Ujar Simon dan aku hanya tersenyum tipis.
"Ada apa?" Tanyaku.
"Aku hanya ingin mengatakan bahwa ada sebuah talkshow mengundangmu dan mereka ingin kau datang ke acara mereka. Hanya kau dan tanpa Harry. Acaranya besok dan aku harap kau sudah memiliki gaun untuk datang ke acara itu," Jelasnya dan aku mengangguk.
"Kenapa tanpa aku? Bagaimana dia bisa menghadapi itu semua?" Tanya Harry.
"Yang mereka inginkan hanya Celine, Harry," Jawab Liam ketus.
Aku menatapnya lalu meremas telapak tangannya berusaha memberitahunya bahwa aku baik-baik saja dan aku bisa melewati ini semua.
-
-
-
Holaa..
Jelek ya ceritanya ):
Maaf banget ya udah ngecewain kalian.
Jangan lupa vote yaa :)
Comment juga kalo bisa.
Silahkan beri kritik atau saran :)
Bantu ngebuat cerita ini lebih baik yaa :)
Thanks a lot 😊8 vote for next chapter 😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lucky Girl ▶ h.s
FanfictionI don't care what people say when we're together. I love you just the way you are. Harbara Fanfiction