Celine's POV
Aku duduk di sofa yang berada di kamar Harry. Aku kini sedang menunggunya karena dia masih mandi. Aku mengambil majalah yang berada di meja dan membacanya. Tak lama kemudian suara pintu terbuka membuatku menoleh dan mendapati Zayn dengan wajah bahagianya.
"Zayn?" Dia malah berlari ke arahku.
"Aku dan Gigi sudah berpacaran!" Katanya membuatku terkejut.
"Benarkah? Astaga! Congrats, Zayn!" Pekikku.
"Thanks, Celine!"
"Bukankah kau pernah berkata jika kau akan menembak Gigi pada saat di Paris?" Tanyaku dan dia hanya terkekeh.
"Aku pikir itu terlalu lama dan aku baru saja menembaknya dan dia menerimaku," Katanya dengan semangat membuatku tersenyum. "Aku dan Gigi akan bertemu hari ini. Aku ingin kau ikut," Tambahnya membuatku membelalakkan mataku.
"Untuk apa? Ini kencan pertamamu bukan?"
"Ya, aku tau! Tapi aku ingin mengenalkan kau sebagai moodbooster ku kepada Gigi. Kau juga bisa mengajak Harry jika dia mau," Katanya dan aku tersenyum.
Wajah bahagianya kembali saat ini.
"Tentu saja. Aku akan bertanya kepada Harry dulu soal ini," Dia mengangguk lalu keluar dari kamar ini.
Tak berapa lama Harry keluar dari kamar mandi dan aku melihatnya sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil putih. Aku menyunggingkan senyumanku kepadanya.
"Siapa itu tadi?" Tanyanya masih mengeringkan rambutnya.
"Zayn. Uhm, dia mengajakku bertemu dengan Gigi karena mereka sudah berpacaran dan ini adalah kencan pertamanya bersama Gigi. Kau ingin ikut? Aku boleh pergi 'kan?" Dia langsung terkejut saat aku mengatakan itu.
"Tidak. Kau dan aku tidak perlu pergi!"
"Harry! Tapi ini--"
"Tidak, Celine! Aku tak ingin kau berteman dengan Gigi!" Bantahnya membuatku terkejut.
"Kenapa? Ayolah, Harry!"
"Dia tidak baik untukmu, Celine! Gigi teman Kendall dan--"
"Aku sudah bilang mereka tak sama bukan? Mereka berbeda, Harry! Ayolah!" Rengekku.
"No!"
"Yes!"
"No!"
"Yes!"
"I say no!"
"But, I say yes!"
"Celine-- kau--"
"Harry," Aku mengeluarkan jurus andalanku-- puppy face.
Aku mendengar dia menarik napasnya kasar. "Baiklah. Tapi aku tak ingin kau terlalu dekat dengannya!" Aku mengangguk senang.
.
Sesampainya di taman, Aku, Gigi, Zayn, dan Harry langsung duduk di kursi taman. Zayn dan Harry pergi untuk membeli sosis bakar sedangkan aku dan Gigi duduk di taman ini.
"Hey, kau membenci Kendall?" Tanya Gigi tiba-tiba setelah kami tetdiam cukup lama.
"Tidak."
Dia terkekeh, "Sebenarnya dia adalah gadis yang baik. Sayangnya dia adalah gadis yang keras kepala. Dia selalu memiliki prinsip jika dia menginginkan sesuatu, dia harus mendapatkannya," Kata Gigi.
"Aku tahu. Aku tak membencinya. Aku tahu dia gadis yang baik," Kataku membuatnya tersenyum kepadaku.
Tak lama kemudian Zayn dan Harry datang dengan membawa bungkusan yang berisi sosis bakar. Mereka menghampiri kami.
"Boleh kami jalan-jalan?" Tanya Gigi sambil menggandeng tangan Zayn.
"Tentu saja," Jawab Harry dan mereka pergi.
Aku dan Harry masih duduk di bangku ini. Dia membuka bungkusannya. Aku memang memesan membeli jadi satu bersamanya karena aku tak seberapa menyukai sosis di tambah lagi dengan aku yang sudah sarapan di rumah.
"Makanlah," Dia menyunggingkan sosis itu kepadaku dan aku menggigitnya kecil.
Dia juga memakan di sisi yang lain. Aku menatap seluruh taman ini dan menemukan sebuah anak kecil yang berlari ke arah kami diikuti oleh ibunya yang berada di belakangnya. Aku dan Ibu selalu melakukan itu saat hari sabtu atau minggu tiba. Aku tersenyun menatap anak kecil dan ibu itu.
"Mum, bukan 'kah itu Hazza?" Aku sempat mendengar pertanyaan anak kecil perempuan itu kepada ibunya dan ibunya mengikuti arah pandangnya berdasarkan jari telunjuk anaknya yang menunjuk kepada kami.
Anak perempuan itu menggandeng tangan ibunya dan berjalan menuju kami. Aku rasa Harry masih belum menyadari anak kecil itu berjalan ke arah kami karena dia masih memakan sosis itu.
"Hazza," Bibir kecil nan imut itu bergerak membuat Harry menatap balita itu.
"Oh, hey, kemarilah!" Harry menaruh sosisnya dan menghampiri anak kecil itu lalu memeluknya.
Aku mengikuti Harry berdiri.
"Boleh aku memotret anakku bersama kalian?" Tanya ibu itu.
"Tentu saja, Nyonya. Aku akan sangat senang berfoto dengan gadis kecil ini," Kata Harry.
.
Setelah mengantar Gigi ke apartment-nya, kami segera pulang karena hari sudah mulai malam dan kini kami sudah sampai di depan basecamp.
"Astaga! Aku sangat senang!" Kata Zayn.
"Kau cocok dengannya, Zayn?" Tanyaku.
"Tentu saja! Ia sangat baik dan cantik. Karena kecantikannya, aku sampai tak bisa memalingkan wajahku kemana-mana," Aku tertawa atas ucapannya.
"Kau tahu kau berlebihan, Zayn?" Perkataan Harry yang sarkastik membuat aku dan Zayn terdiam.
"Harry, ada apa denganmu?" Tanya Zayn dan Harry malah pergi dari hadapan kami.
"Ada apa dengannya?" Kini Zayn bertanya kepadaku.
Aku memegang pundak Zayn. "Aku tidak tahu, Zayn. Aku yakin dia pasti sedang memiliki masalah. Bertanyalah kepadanya dan Ia akan menjawabmu. Berikan salam ku untuknya. Aku akan pulang sekarang."
"Tapi ini sudah malam. Biar aku mengantarmu," Tawar Zayn dan aku menolak.
"Tidak perlu, Zayn. Sekarang masuklah dan tanya apa masalah Harry. Aku sudah biasa pulang sendiri pada malam hari."
-
-
-
Holaa.. balik lagi nih.
Ciyee udah mau ending nih ceritanya.
Masih beberapa chapter lagi sih.
Sad ending atoo happy ending?
Well, stay tune yaa.
Vote sama commentnya jangan lupa yaaa, manis :))
Thanks a lot :)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lucky Girl ▶ h.s
FanfictionI don't care what people say when we're together. I love you just the way you are. Harbara Fanfiction