Thanks." Ucap Vanessa sambil menyerahkan jaket berwarna hitam kepunyaan Sam.
"Gue uda bilang, ambil aja." Ucapnya.
"Gak. Sesuai janji kan, gue kembaliin 3 hari setelah lo pinjemin ke gue." Ucap Vanessa. Bahkan saat itu, Sam mengantarnya pulang. Vanessa sampai tidak enak karena harus merepotkan Sam.
"Iya deh." Ucap sam menerima jaket itu dan berdiri. Ternyata benar, tingginya hanya sehidung Sam. Padahal dia tergolong tinggi untuk perempuan se sekolah ini.
"Lo ngapain?" Tanya Vanessa saat Sam meraih tasnya.
"Pindah. Tukeran." Jawabnya. Dia meletakkan tas Vanessa di tempat duduknya tadi.
Vanessa tersenyum sekilas. Dia bahkan baru ingat kalau kemarin mereka dihukum karena Vanessa tidak dapat melihat papan.
Dia menoleh pada Sam yang sudah duduk di tempat duduknya. Dan dihampiri dua lelaki dan satu perempuan yang Vanessa yakini adalah temannya. Karena Vanessa beberapa kali melihat mereka mengobrol bersama di kantin. Oh, tidak... Dia baru sadar kalau dia terlalu banyak memperhatikan Sam belakangan ini. Kemana ketidakpedulianmu, Ness? Tanyanya dalam hati kepada diri sendiri.
Ya, Sam memang didatangi ketiga temannya. Mereka adalah Ardan, Varo, dan Lea. Ketiganya merupakan sahabat sejak kecil, karena mereka bertetangga. Ardan dalah anak pertama dari sahabat lama papa mamanya, Steven dan Claire, sedangkan Lea adalah adik Ardan yang berbeda 10 bulan dengan Ardan. Maka dari itu, mereka satu angkatan. Sedangkan Varo adalah tetangga pindahan dari Amerika. Ayah ibunya adalah keturunan Indonesia yang bekerja disana, dan saat Varo berumur 10 tahun, orangtuanya membawanya kembali ke tanah air, karena mereka tidak ingin Varo terbawa pergaulan bebas di Amerika.
"Hai, Sam." Sapa Lea ramah. Sam tersenyum balik pada Lea dan kedua orang di kanan kiri Lea.
"Eh, Sam... Lo kenapa sih? Kok kayaknya lagi berbunga bunga gitu." Ucap Ardan. Sam mengerutkan alisnya. Bahagia? Emang keliatannya gitu ya? Batin Sam.
"Gak." Ucapnya.
"Lo lagi fall in love yaa???" Ucap Lea sambil menaik turunkan alisnya.
"Gak."
"Alah... Gue gak percaya." Kata Lea. "For the first time in forever, akhirnya Sam jatuh cintaaa...." Kata Lea dengan menyanyikan lagu ala frozen.
"Emang Frozen masih jaman?" Ucap Ardan.
"Iya... Menurut aku, Frozen itu sudah lama. Kenapa kamu masih nyanyi lagu itu?" Ucap Varo. Varo memang tidak bisa menggunakan lo-gue. Tidak terbiasa katanya. Dan bahasa bicaranya juga formal. Karena dia belajar bahasa Indonesia hanya berbekal kamus dan conversation dengan tetangga serta orang tuanya yang mengajarinya.
"Suka suka gue lah..." Kata Lea tidak peduli.
"Tapi benar kamu jatuh cinta?" Ucap Varo lagi sambil mengarahkan pandangannya ke Sam. Sam mendengus sebal.
"Gak. Gue gak pernah pacaran dan belum tertarik sama cewek manapun." Ucap Sam cepat.
Vanessa yang sedari tadi membaca novel menajamkan pendengarannya. Dia terkejut dengan satu fakta itu...
Sam... belum... pernah... pacaran.
Tapi perlakuan Sam padanya membuatnya selalu tersipu. Dan dia mulai berpikir kalau Sam memiliki banyak mantan. Tapi ternyata, tidak ada satupun mantannya. Dia cepat cepat menggeleng kepala. Kenapa harus peduli dengan Sam? Memangnya dia siapa kamu? Batin Vanessa.
Gelengan itu ditangkap oleh Ardan yang duduk dan memperhatikan Vanessa sedari tadi.
"Lo ngapain geleng geleng kepala? Mikir kotor ya?" Tanya Ardan kepada Vanessa sambil menepuk pundaknya. Vanessa berjengit dan menjauhkan tangan Ardan darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Coffee Latte
Teen FictionOur Series 1, cerita pertama dari trilogi Ours. Chriseo Samuel Christian, anak dingin dan tidak tersentuh, terutama pada orang yang tidak dikenalnya. Suka menghabiskan waktu dengan novelnya di Frez Cafe, meminum Vanilla Latte yang disukainya. Most w...