Latte -21-

13.8K 1K 64
                                    

Ini adalah pagi hari kedua, dan yang pertama bangun adalah Vanessa. Vanessa membuka matanya perlahan lahan, dan....

Oh my God!!!

Serunya dalam hati. Untungnya Vanessa bukan tipe orang histeris yang mudah berteriak. Karena kalau iya, dia pasti sudah berteriak sekarang. Bagaimana tidak, wajahnya dengan Sam begitu dekat sekarang!!! Sangat sangat dekat. Sampai kedua ujung hidung mereka bersentuhan. Bisa kalian bayangkan sedekat apa itu.

Vanessa bergerak cepat memundurkan wajahnya dari wajah Sam. Dia yakin wajahnya sudah merah padam sekarang. Vanessa terduduk dengan posisi bersandar di dinding. Wajahnya ditangkupnya dengan kedua tangannya.

'Astaga astagaa... Kenapa bisa begini??? Untung belum nempel bibirnya. Kalo udah???... Aaaa... Enggak enggak... Ga boleh berpikiran kotor Vanessa... Ga boleh!!!' Gumul batin Vanessa saat ini. Vanessa menarik nafas panjang dan membuangnya. Setelah merasa rileks, dia menatap sekitarnya. Ruang kelasnya, jam dinding yang masih menunjukkan pukul 4 pagi, cahaya matahari yang belum tampak dari luar jendela, dan lelaki yang masih berada di alam mimpi itu.

Sam menatapi wajah Sam lamat lamat. Vanessa memang mangakui, Sam adalah lelaki yang tampan. Tidak dapat dipungkiri, hatinya berdegup kencang saat melihat Sam. Sam yang baik, Sam yang perhatian, Sam yang ramah, Sam yang dingin, Sam yang cuek, Sam yang lembut, dan tentu saja, Sam yang melindungi.

Vanessa memberanikan diri untuk mendekati Sam. Dia kembali masuk ke dalam selimut, agar terasa hangat. Sekali lagi, ia duduk menatap sambil Sam. Dia menyentuh rambut Sam dengan pelan dan lembut. Mengusapnya pelan.

Kemudian jemarinya turun ke arah wajah Sam, dan membelai lembut pipinya yang mulus dan bersih, dan terakhir, turun ke rahang kokoh Sam, yang tadi malam menunjukkan urat urat tanda kemarahannya.

Vanessa sadar, oh bukan... Dia baru semenit yang lalu sadar, kalau Sam sudah mulai mengisi hatinya. Menyusup ke dalam relung hatinya yang kosong. Vanessa sudah bisa menyentuh dan memeluknya, yang notabene adalah seorang laki laki, yang pada awalnya dia sendiri tidak ingin menyentuh bahkan berdekatan karena kontak fisik yang haram dan membuatnya mengingat sosok ayahnya setiap melihat lelaki manapun.

Hati Vanessa menghangat, begitu juga wajahnya sekarang. Saat ini, dia merasa begitu nyaman berada bersama Sam. Dan dia tidak ingin kehilangan Sam, dia tidak ingin kehilangan sahabat yang mengisi hatinya saat ini.

Entah apakah Sam juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Entah apa Sam malah akan mengacuhkannya saat tau bahwa Vanessa mulai menyukai dirinya. Vanessa tidak peduli. Dia akan terus bersama Sam. Membiarkan perasaannya tumbuh semakin besar. Walaupun dia tau, kalau perasaannya bisa saja menghancurkan segalanya. Menghancurkan persahabatan mereka yang masih singkat ini.

Walau orang orang bilang, 'Matikanlah rasa cintamu kepada sahabatmu sendiri, karena rasa cintamu belum tentu berbalas, dan bisa saja menghancurkan persahabatanmu dan menyakiti perasaanmu sendiri', tapi mencintai tidak salah, kan? Cinta tidak salah, hanya perasaan yang membawanya itu salah, jika yang kita cintai adalah orang yang mustahil mencintai kita. Dan itulah yang Vanessa tidak ketahui. Sakit hati karena cinta.

Vanessa mendekatkan bibirnya ke arah telinga Sam dan berbisik pelan, "Lo tau? Gue rasa.... Gue udah mulai suka dan sayang ke lo." Lalu dengan segera menjauhkan wajahnya karena memerah. Sebelum sebuah tangan menggenggam tangannya. Mencegahnya lepas dari sana.

Ini gawat!! Batin Vanessa panik. Dia yakin Sam mendengar segalanya. Segalanya!!!

Sam membawa tangan Vanessa ke dalam dekapannya. Tentu Sam mendengarnya. Semuanya. Dan dia merasakannya. Saat dimana Vanessa mengusap rambut, wajah, dan rahangnya. Dia refleks saat menahan tangan Vanessa itu. Dia benar benar refleks. Dan dia sekarang hanya pura pura tidur supaya Vanessa tidak malu dan mengetahui kalau dirinya mendengar semuanya. Hati Sam berbunga bunga, tetapi dia kebingungan. Kenapa? Kenapa Vanessa bisa bisanya melakukan hal ini kepadanya? Bukankah Vanessa sudah jadian dengan Ardan? Tidak mungkin juga Vanessa berbohong dan ingin membuatnya merasa diberi pengharapan palsu. Karena Sam sedang tidur -ralat, pura pura tidur- bukan? Tapi biarkah, Sam senang mengetahui Vanessa menyukainya. Artinya, perasaannya terbalas bukan?

Our Coffee LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang