Sam dan Vanessa sudah selesai mandi. Sam memakai kaos polos dan celana basket, sedangkan Vanessa memakai setelan baby doll berwarna biru tua.
"KAK SAM... KAK VANESSA... CEPAT TURUN. KALIAN NGAPAIN AJA DIATAS, LAMA BANGET." Teriak Natha memanggil kedua orang yang sedang asyik mengobrol itu.
"I-IYAA... KITA TURUN." Ucap Sam kaget.
"Jam berapa sih nih?" Tanyanya pada Vanessa.
"Itu ada jam di belakang lo. Kenapa nanya gue." Ucap Vanessa cuek.
"Gue mager balik badan. Liatin aja susah amat." Ucap Sam balik. Vanessa mendengus. Saat melihat ke arah dinding yang dipasangi jam berwarna hitam, dia terbelalak. "Jam 7." Ucapnya. Dia tidak sadar kalau mereka mengobrol lama sekali.
"Lama juga ya ternyata. Ayo turun." Ucap Sam diikuti anggukan Vanessa.
Sesampainya di lantai bawah, ruang makan tepatnya. Mereka disuguhi tatapan menggoda dari semua orang, kecuali Sherra yang tampak kalem kalem saja.
"Kalian habis ngapain ya?" Ucap Zolla, mama Sam, membuka pembicaraan. Sam dan Vanessa mengerutkan alis kompak. "Apanya?" Tanya mereka bersamaan.
"Kamu hebat banget, Sam. Vanessa sampe jerit jerit gitu, persis kayak mama ka--- Aduhh... Kok aku dicubit sih, Zoll?" Rintih Jonathan sementara Zolla hanya memandangnya dengan tatapan mematikan.
Sam berpikir sebentar, "Oh... Astagaaa... Pikiran kalian semua kotor amat. Sam gak ngapa ngapain sama Vanessa. Suer deh." Ucap Sam sambil mengangkat tangannya dan membentuk V dengan telunjuk dan jari tengahnya.
"Awas ya, Sam. Kalo mama denger kamu hamilin anak orang. Papa kamu gak mama bolehin masuk kamar selamanya." Ucap Zolla mengancam.
"Loh? Kok aku sih, Zoll?" Protes Jonathan tidak terima.
"Iyalah... Keturunan mesumnya dari siapa coba?" Balas Zolla berapi api.
"Tapi kan gak ada hubungannya sama aku, Zoll." Balas Jonathan lagi.
"Kamu tuh se---"
"Kalian bisa diem gak sih, ada tamu disini. Gak sopan banget." Ucap Sam dingin. Membuat Zolla dan Jonathan diam, sementara Vanessa tersenyum kecil.
"Jadi inget keluarga aku dulu." Ucap Vanessa. Sam menoleh kepada Vanessa.
"Bukannya keluarga kamu baik baik aja?" Vanessa sontak membekap mulutnya sendiri. Gawat, keceplosan. Batinnya merutuki dirinya sendiri.
"E-eh... Itu maksudnya... Dulu mereka juga pernah tengkar di meja makan kayak gini. Jadi keinget waktu itu." Ucap Vanessa cepat.
"Oh... Gitu." Ucap Sam dingin. Dia berjalan ke arah kursi di samping Natha dan duduk... Oh, bukan... Dia mempersilahkan Vanessa duduk dengan isyarat mata. Vanessa hanya gelagapan dan segera duduk dan menundukkan kepalanya dalam, menghindari tatapan menggoda dari semua orang disana.
"Jangan kebanyakan bohong, numpuk dosa." Vanessa tersentak saat Sam berbisik di telinganya.
"Ekhm ekhm..." Kali ini suara deheman Natha terdengar. Sementara Sherra hanya memberi tatapan menggoda. Benar apa feeling Vanessa tadi, dia akan digoda habis habisan oleh orang orang ini.
Saat Vanessa memiringkan kepalanya untuk melihat Sam, Sam ternyata sudah duduk manis di sebelahnya.
"Sudah sudah... Ayo makan." Ucap Jonathan menyudahi godaan godaan yang dialami Vanessa. Kali ini Vanessa merasa bersyukur dan lega, tentu saja.
Mereka makan dengan tenang, tetapi ada yang mengganjal di pikiran Vanessa. Ya, Sam. Dia menjadi pendiam. Bahkan, setelah makan pun dia hanya membereskan peralatan makannya dan menaruhnya di wastafel lalu meninggalkan ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Coffee Latte
Fiksi RemajaOur Series 1, cerita pertama dari trilogi Ours. Chriseo Samuel Christian, anak dingin dan tidak tersentuh, terutama pada orang yang tidak dikenalnya. Suka menghabiskan waktu dengan novelnya di Frez Cafe, meminum Vanilla Latte yang disukainya. Most w...