Vanessa bergidik ngeri saat pandangan menusuk dari semua orang di Eldera tertuju padanya, seakan akan ingin memusnahkannya saat itu juga.
"Hih, jijik!"
"Belum sah udah berani masuk kamar lawan jenis. Slut!"
"Iya, dia gak tau adat!"
"Jangan jangan, dia udah tidur sama Sam?!"
"Kalo iya, dia bitch!"
"Jijik gue! Pasti dia mohon mohon ke Sam buat ditiduri! Kalo gak, gak mungkin Sam sudi deket deket dia!"
Ucapan terakhir yang Vanessa dengar dari mulut anak sekelasnya membuat amarah Vanessa naik. Dia tidak tahu pokok permasalahan disini, tapi tidak ada yang mau memberitahukan padanya, malah mengatainya dengan kata kata kasar.
Dia melirik ke arah suara yang membuatnya naik darah itu. Itu suara Angel. Dia menyeringai saat Vanessa menatapnya.
Sabar Vanessa... Sabar... Batin Vanessa sambil mengelus elus dadanya.
Beberapa saat kemudian, Sam masuk ke dalam kelas. Tanpa senyuman atau raut kebahagiaan. Membuat Vanessa mengerutkan alisnya heran.
"Lo kenapa Sam? Kok murung gitu?" Tanya Vanessa saat Sam lewat di sampingnya. Sam tidak menjawab pertanyaan Vanessa, dia hanya menatap tajam gadis itu sambil berlalu menuju tempat duduk di belakang Vanessa.
"Sam, lo kenapa?" Ucap Vanessa berbalik menghadap Sam. Melihat raut wajah khawatir Vanessa membuat Sam semakin kesal. Oh, bukan... Wajah Vanessa mengingatkannya pada kejadian kemarin lusa perihal Vanessa tidak memberitahu Sam kalau dia pergi dengan Ardan. Itu yang membuatnya kesal.
"LO BISA DIEM GAK SIH?!!" Vanessa tersentak saat mendengar Sam berteriak terang terangan di depan wajahnya.
"So-sorry." Lirih Vanessa. Gadis itu berbalik menghadap ke depan dan menenggelamkan wajahnya ke lekukan tangannya. Beberapa saat kemudian, bahu Vanessa mulai bergetar tidak stabil.
Sam lupa bahwa Vanessa yang sebenarnya adalah pribadi yang lemah. Wajah dinginnya hanyalah topeng untuk menyembunyikan kerapuhannya. Dan jelas, dia sudah membuka topeng itu berkali kali di hadapan Sam. Dan Sam seharusnya mengerti, seorang perempuan akan menangis saat seorang yang dekat dengannya membentaknya tanpa alasan yang jelas.
Tapi biarlah... Sam ingin berusaha tidak peduli kali ini. Perasaannya itu salah. Dia tau itu. Disaat Vanessa sudah mengikat status dengannya, yaitu sebagai sahabatnya, dan sahabatnya yang lain menyukai Vanessa, dia malah terjebak dalam perasaan yang akan menghancurkan hubungannya dengan Vanessa maupun Ardan. Ia tidak tau lagi harus bagaimana menghadapi Ardan saat dirinya ketahuan menyukai Vanessa -yang pada awalnya, dia berjanji pada Ardan, kalau ia takkan menyukai Vanessa-.
Sam memijat pelipisnya. Dia lelah memikirkan semua ini. Bahkan dia tidak tau kapan ia mulai jatuh ke dalam jurang cinta ini. Dia tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Dan apa yang akan terjadi nanti.
Plakk...
Suara tamparan keras membuat Sam tersadar dari lamunannya. Dia menatap tepat ke arah depannya. Angel menampar Vanessa dengan begitu kuatnya. Bahkan, Sam bisa melihat tetesan darah di sudut bibir Vanessa.
"Apa apaan lo?!" Bentak Vanessa memegangi pipinya sambil meringis menahan nyeri yang merambat di sekujur kulit wajahnya.
"Rasain itu, cewek jalang!!! Gue tau lo cuma memohon mohon sama Sam buat tidur sama dia. Kalo nggak, Sam gak mungkin sudi deket sama cewek slut kayak lo!!! Lo tuh gak ada apa apanya sama gue!!! Lo cuma hobi cari perhatian guru!!! Cari perhatian ke Sam!!! Dasar cewek murahan!!!" Angel mengayunkan tangannya di udara, hendak menampar pipi kiri Vanessa lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Coffee Latte
Ficção AdolescenteOur Series 1, cerita pertama dari trilogi Ours. Chriseo Samuel Christian, anak dingin dan tidak tersentuh, terutama pada orang yang tidak dikenalnya. Suka menghabiskan waktu dengan novelnya di Frez Cafe, meminum Vanilla Latte yang disukainya. Most w...