Sepulang sekolah, Vanessa menunggu Sam yang mengikuti ekskul basket. Sam berkata padanya dan meminta maaf padanya karena dia baru melihat jadwal latihan basket perdana untuk turnamen, yang hanya berisi tim inti, adalah hari Sabtu ini. Karena Vanessa sudah menyuruh Via dan Vero pulang terlebih dahulu, maka dia memutuskan untuk menunggu Sam saat ini.
Dia melihat Sam berlari dan melakukan passing kepada Varo. Lalu Varo melakukan dribbel dan langsung melakukan shoot yang jitu dari garis three point ke dalam ring basket. Kerjasama yang baik, batinnya.
Dia menoleh ke arah tas Sam yang ada di sebelahnya. Bukan tanpa alasan dia menoleh, tapi karena HP Sam berbunyi. Vanessa menimbang nimbang sebentar apakah ia harus mengangkatnya, dan akhirnya dia memutuskan mengangkatnya, karena siapa tau ada sesuatu yang penting.
"Halo..." Ucap Vanessa.
"Halo, ini betul HP nya Samuel, kan?" Tanya seorang perempuan di seberang sana.
"Iya, betul. Samuelnya ada latihan basket. Ini siapanya Samuel ya?" Ucap Vanessa ramah.
"Saya mamanya. Titip pesan ke Samuel ya, Nak. Jangan ke kafe dulu pulangnya, tante masak banyak di rumah. Nanti gak kemakan sama keburu dingin kalo dia ke kafe dulu." Ucap Zolla di seberang sana.
"Iya, tante. Ada lagi yang harus disampaikan?"
"Itu aja, oh iya... Tante lupa tanya. Nama kamu siapa ya?"
"Saya Vanessa, tante."
"Oke, Vanessa. Kamu nanti ikut aja ke rumah ya. Mmm... Sam pulang jam berapa ya kira kira?"
"Kira kira nanti jam 4 sore tante. Tapi saya gak tau nanti ikut atau enggak. Saya ijin ke bunda dulu."
"Oke. Makasih ya, Vanessa. Tante tutup dulu." Ucap Zolla sebelum sambungan terputus.
Vanessa menatap layar HP Sam dan melihat layar wallpaper HP Sam menampakkan Sam dengan dua orang anak perempuan di kanan dan kirinya. Sangat mirip dengan Sam. Vanessa yakin kalau mereka adalah adik Sam. Dia kembali menutup HP Sam dan menaruhnya di dalam tasnya.
Dia kembali menatap lapangan yang saat ini sudah mulai kosong, dan melirik jam tangannya. Ternyata sudah jam empat kurang lima belas menit. Pantas saja.
"Nih." Vanessa menyerahkan handuk dan botol air Sam yang juga ada di sebelahnya sedari tadi. Sam menerimanya dan langsung mengelap keringatnya. Vanessa tidak ingin mengakuinya, tetapi ia memang menyadari jika Sam tampan di saat seperti ini. Dia langsung mengalihkan pandangannya, karena wajahnya memerah. Sam yang menangkap wajah Vanessa hanya terkekeh dan duduk di sebelah Vanessa.
"Mana temen lo?" Tanya Vanessa. Sam menoleh dan menjawab, "Udah pulang."
"Oh ya, tadi mama lo nelpon. Bilang gak usah ke kafe. Mama lo masak banyak di rumah." Ucap Vanessa. Sam mengangguk. Lalu terdiam.
"Kenapa?" Tanya Vanessa bingung.
"Lo buka buka HP gue?" Tanya Sam balik dengan pandangan menyelidik. Vanessa gelagapan.
"Gu-gue cuma angkat telepon aja. Siapa tau penting." Ucapnya takut takut. Sam tidak dapat menahan senyumnya.
"Astagaaa... Biasa aja. Gue gak marah kok." Ucap Sam menepuk kepala Vanessa pelan. Vanessa tersenyum kaku.
"Yaudah. Ikut yuk. Mumpung Sabtu." Ucap Sam.
"Gue belum izin. Gue izin dulu." Ucap Vanessa. Dia meraih ponselnya dan menelpon bundanya.
"Halo.. Bunda. Vanessa hari ini pulang agak malem ya.. Diajak temen makan... Cowok sih.... Jangan gitu dong, bun. Aku gak enak nih, mamanya sendiri yang ngajak...---"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Coffee Latte
Teen FictionOur Series 1, cerita pertama dari trilogi Ours. Chriseo Samuel Christian, anak dingin dan tidak tersentuh, terutama pada orang yang tidak dikenalnya. Suka menghabiskan waktu dengan novelnya di Frez Cafe, meminum Vanilla Latte yang disukainya. Most w...