Vanessa dan Via sekarang berada di halaman belakang SMA Eldera. Niat Vanessa membawa Via kesini untuk membicarakan soal hubungannya dengan Sam. Tetapi, entah kenapa, lidah Vanessa menjadi kelu dan tidak bisa mengucapkan apapun disaat mereka berdua saja. Alhasil, suasana pun menjadi awkward.
"Kalo gak ada yang penting, gue balik. Percuma diem terus. Buang waktu." Ucap Via seraya bangkit berdiri, hendak meninggalkan Vanessa seorang diri di taman belakang ini.
Sebelum Via meninggalkan lapangan itu, tangan Vanessa terlebih dahulu menahannya. Via memutar bola mata jengah sambil menghempaskan tangan Vanessa. Dia kembali duduk di samping Vanessa.
"Gak pake lama." Ucap Via datar.
Vanessa menarik nafas dalam, "Gue minta maaf. Gue ternyata salah. Gue jatuh cinta sama Sam. Gue gak tau kenapa bisa kayak gini, tapi itulah kenyataannya. Gue ditembak sama Sam."
"Gue harap lo gak ngebenci gue gara gara hal ini. Gue tau gue salah karena gak bisa mikirin perasaan lo. Gue sahabat yang buruk." Kata Vanessa menyesal.
Via terkekeh sinis. "Lo tau, gue gak suka lo yang sekarang. Gak mikirin perasaan orang, gak bisa nepatin omongannya, dan yang paling penting...." Via terdiam, lalu melanjutkan, "Lo lupa sama persahabatan kita bertiga. Lo lupa kalo sahabat lo gak cuma Sam doang. LO PUNYA KITA, NESS!!! DAN LO LUPA ITU!!! Mungkin Vero emang gak masalah soal hal ini. Tapi gue tau, dia ngerasain hal ini juga." Via menurunkan kembali nadanya yang sempat meninggi, dia terbawa emosi dan kalut.
"Lo. EGOIS." Ucap Via lalu dia menjauhi Vanessa. Tidak meninggalkan Vanessa, tetapi duduk di bawah pohon yang ada di lapangan itu. Dia bukanlah tokoh di film film yang akan meninggalkan pertengkaran itu dan menggantung kisahnya. Bukan seperti itu.
Selama beberapa saat, semuanya hening. Via memijit pelipisnya dan menarik nafas panjang berulang kali, agar emosinya tidak meledak ledak. Sementara Vanessa hanya terdiam dengan pandangan kosong. Batinnya sedang dalam ambang kebingungan dan perasaan bersalah sekaligus. Menyelinap masuk ke dalam otaknya juga, perkataan Via beberapa saat lalu. Sepertinya Via memang benar, Vanessa adalah pribadi yang egois sekarang. Dia melupakan sahabatnya dan tidak memikirkan perasaan sahabatnya.
Vanessa menghirup nafas panjang, lalu melangkah mendekati Via. Dia duduk bersila di samping Via.
"Lo bener. Gue egois." Ucap Vanessa. Via menoleh menghadap sahabatnya itu.
"Bagus kalo lo sadar." Balas Via datar dan enteng, sambil menaikkan kedua bahunya tidak peduli. Vanessa hanya bisa menunduk menyesal. Dan suasana kembali menjadi canggung untuk kesekian kalinya.
"Jangan diulangi lagi, oke?"
Vanessa mengangkat kepalanya dan wajahnya bertemu dengan wajah Via yang tersenyum hangat.
"L-lo gak..." Ucapan Vanessa terhenti saat melihat Via menggeleng. "Buat apa marah, toh gue juga sadar diri, dia bukan takdir gue. Dari mata kalian udah keliatan kalo kalian sama sama suka, tapi sama sama gak peka sama perasaan sendiri." Ucap Via sambil menatap langit biru.
"Yang gue gak suka, lo bohong sama kita berdua. Gue sempat mikir lo gak nganggep gue sahabat lagi." Vanessa menggeleng kuat.
"Gak! Lo salah, Via. Lo salah. Lo sahabat gue yang terbaik." Vanessa menepis pemikiran Via dan langsung memeluk Via erat dari samping. Sangat erat hingga Via terkekeh dan memekik, "Lepas woy... Gue gak bisa nafas."
Vanessa ikut tertawa dan melepaskan pelukan mereka. "Lagian, banyak cowok lain di dunia. Gue bukan orang gila yang terobsesi sama satu laki laki. Kalo cinta kita gak kebalas, daripada terus terusan sakit, terus terusan galau, terus terusan ngejar sesuatu yang fana, lebih baik gue move on. Mungkin diluar sana ada cowok yang udah jadi takdir gue. Dan gue bakal nemuin orang itu." Ucap Via penuh harapan. Vanessa terkekeh.
"Ardan tuh cocok, sama sama bijak." Tandas Vanessa. Via hanya tersenyum kecil.
"Boleh juga."
★★★★★★★★
Vanessa kembali bersama Via, melangkah di koridor dengan tenang, tapi untuk yang kesekian kalinya, siswa siswa yang ada di koridor menatap dirinya dengan tatapan aneh. Masalah apaan lagi sih, nih? Batinnya.
'Ih, kasian, udah bosen kali ya.'
'Iya tuh, baru juga berapa bulan pacaran, kasian.'
'Udah dipake kali ya... Makanya dibuang.'
'Iya, bener.. Cowok ganteng mah gitu'
'Iya, cowok ganteng bebas. Kasian banget.'
Vanessa mengernyitkan alisnya, dia tidak tau kenapa sebagian anak 'kasian' kepadanya.
"Ini ada apaan sih, Vi?" Tanya Vanessa kebingungan.
"Gak tau tuh. Ke kantin aja yuk." Ucap Via cuek. "Gausah ngisi otak pake omongan gak penting, mending ngisi perut." Tambahnya.
"Yaudah, yuk." Ucap Vanessa megikuti Via yang sudah berjalan.
Sesampainya di kantin, suasana kantin benar benar riuh. Vanessa lebih bingung lagi dengan situasi ini. Tapi dia tidak ambil pusing, dia berbalik untuk membeli siomay bandung setelah mendapat tempat duduk.
Saat berbalik, pemandangan yang mengejutkan kembali terpampang di hadapannya, tepat di depan matanya.
Bagaimana tidak, dia melihat Sam dan Angel sedang berciuman panas. Mungkin tidak masalah jika hanya itu, tapi Vanessa juga melihat Angel duduk di atas meja dan tangannya menjelajah tubuh Sam dengan memasukkan tangannya ke kemeja seragam Sam. Sebaliknya, tangan Sam juga mengelus paha angel dan semakin naik. Pemandangan macam apa itu?!
Tangan Vanessa yang mengepal erat berubah dingin, dan kiringan dingin juga mengucur di dahinya, dan wajahnya datar sedatar datarnya. Inilah yang terjadi kalau Vanessa sedang emosi, dia pasti menatap segalanya dengan dingin, dan tanpa bicara. Tatapan yang menusuk karena tajamnya.
Vanessa tidak mengurungkan niatnya untuk mengisi perut, dia menghadap Via dengan wajah dibuat setenang mungkin.
"Lo siomay juga? Gue pesenin ya?" Ucap Vanessa. Via berpikir sejenak dan mengangguk.
"Samain aja." Kata Via. Vanessa berbalik kembali, dengan usaha untuk tidak melihat pemandangan yang tidak senonoh itu.
Dia melangkah sambil menguatkan hati untuk melewati mereka berdua. Banyak orang yang menatapnya. Dia hanya melemparkan pandangan tajam dan siswa siswi itu langsung mengalihkan pandangan mereka.
"Mas, siomay bandungnya dua, minumnya air mineral aja dua." Ucap Vanessa berusaha hangat. Mas itu hanya mengangguk dan membuatkan pesanan Vanessa.
Beberapa saat kemudian, pesana Vanessa sudah siap. Vanessa membayarnya lalu mengangkat nampang kembali ke mejanya dan Via. Dia tau kalau kedua orang itu masih berpanas panas ria disana. Dan Vanessa tidak peduli. Dia hanya berusaha kembali ke meja kantinnya tanpa menabrak orang orang yang berkerumun disana.
PRANG!!!
Tetapi sepertinya usahanya tidak berhasil, seorang murid perempuan -entah siapa karena sudah berlalu ke kerumunan- tidak sengaja menyenggol nampan yang dibawanya hingga nampan beserta mangkuknya jatuh ke lantai dan menimbulkan bunyi keras. Serpihan dari mangkuk kaca yang pecah sebagian besar menggores kakinya, dan bajunya pun berlumuran bumbu kacang.
Ini semua gara gara mereka!!! Geram batin Vanessa. Ya, semuanya kacau, baik pikiran maupun hati Vanessa, sama persis dengan penampilannya saat ini. Dengan lantang dan penuh emosi, dia berteriak.
"HEH, LO BERDUA!!! CARI HOTEL SANA!!! DASAR SAMPAH!!!"
Teriakan yang belum pernah Vanessa lakukan di depan umum, mencerminkan betapa hancur hatinya.
★★★★★★★★
Jeng jeng jeng... Konflik dimulai!!!
Maaf aku gak sempat update lagi, tugas mau ujian semakin menumpuk;((
Vomments yang banyak ya, biar aku semangat nulis:))
Callista
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Coffee Latte
Teen FictionOur Series 1, cerita pertama dari trilogi Ours. Chriseo Samuel Christian, anak dingin dan tidak tersentuh, terutama pada orang yang tidak dikenalnya. Suka menghabiskan waktu dengan novelnya di Frez Cafe, meminum Vanilla Latte yang disukainya. Most w...